Beranda / Romansa / Gadis Nakal Milik CEO / Bab 19. Ditinggal Sendirian

Share

Bab 19. Ditinggal Sendirian

Penulis: Bluemoongirl
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di pintu masuk Central Park, Lolita turun dari mobil dengan pandangan kagum. Ini tempat romantis yang sering dibicarakan banyak orang. Ternyata seindah ini.

"Kau masuk dulu, aku pergi sebentar. Ada urusan yang harus aku selesaikan. Aku segera kembali," ucap Edgar setelah menerima panggilan dari Franklin yang mengatakan jika para investor datang ke perusahaan untuk bertemu dengannya.

"Siap, Om," jawab Lolita berusaha menutupi rasa kecewanya. Dia melihat Edgar masuk ke dalam mobil, lalu mobil itu melaju meninggalkan Lolita yang masih berdiri di tempatnya. Angin yang berhembus pelan menerpa wajahnya, Lolita merutuki kebodohannya. Kenapa juga tadi dia tidak membawa jaket? Udara sekarang sedang dingin, dan dia hanya memakai dress tanpa lengan.

Lolita memutuskan untuk masuk ke Central Park sambil sesekali memeluk tubuhnya sendiri, berharap itu membuatnya lebih hangat.

Lolita mengedarkan pandangan ke sekeliling. Terlihat banyak pengunjung berpasangan dan sedang menikmati waktu mereka bersama
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 20. Musuh Bisnis

    "Edgar?" balas Jones berdiri dari tempat duduk dan mengarahkan tatapan tak sukanya pada Edgar.Sedang, Edgar langsung menarik Lolita ke arahnya, mengambil tas gadis itu dan langsung mengajaknya pergi.Lolita buru-buru mengusap air matanya sebelum Edgar tahu. Dia menyeimbangkan langkah Edgar yang cepat dan tegas."Kenapa kau bisa bersama pria tadi?" tanya Edgar setelah dia menghentikan langkahnya. Mereka sekarang berada di tengah Central Park, cukup jauh dari jangkauan Jones.Lolita tertegun sesaat ketika mendapati suara Edgar terselip nada tak suka. Mungkin kah pria itu cemburu?"Dia tadi menolongku, Om. Saat aku bertemu teman-temanku yang pernah membullyku," jawab Lolita terus menilik perubahan ekspresi wajah Edgar yang semula mengeras, menjadi sedikit tenang."Kau dibully?" Edgar bertanya dengan dahi berkerut.Lolita mengangguk pelan. "Iya. Maka dari itu aku benci sekolah dan teman-temanku."Setelah ucapan Lolita itu, tidak ada lagi yang terdengar hanya suara hembusan angin, dan ker

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 21. Yang Hilang

    Setelah lelah berjalan-jalan. Lolita menjatuhkan dirinya di sofa sesampainya di apartemen. Loli merasa senang. Meski begitu, dia sedikit takut akan membuat marah Edgar tadi, karena dia telah lancang menyuapi pria itu coklat. Tapi, suasana hati yang tenang itu segera membaik. Sungguh melegakan.Edgar baru masuk sesudah dia mengambil semua pakaian Lolita dari mobil. Dia menempatkan ke sisi Lolita dengan sedikit melemparnya. "Ini semua pakaianmu.""Aku akan berangkat kerja sekarang. Jadi, mana flashdiskku? Berikan sekarang! Aku memerlukannya." Edgar menjulurkan tangan pemberitahuan, meminta flashdisknya. Dia sudah berkorban banyak hari ini. Jadi, sekarang giliran dia yang mendapatkan apa yang dia inginkan. Flashdisknya.Lolita tiba-tiba bangkit berdiri. Dia meraih tasnya dan mencari flashdisknya di sana. Semua barang sudah dia keluarkan, tapi benda berwarna biru gelap itu tidak segera dia temukan.Gerakannya berhenti begitu teringat kejadian tadi saat berada di Central Park. Kedua teman

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 22. Jatuh Cinta?

    Sepanjang perjalanan pulang, Edgar masih terngiang-ngiang perkataan Franklin. "Mana mungkin aku jatuh cinta dengan Lolita?" tanya Edgar pada dirinya sendiri sambil terus memutar setir saat melewati belokan di depannya.Edgar bergeleng pelan. "Itu tidak mungkin."Mobil Edgar berhenti saat sudah berada di parkiran apartemen. Edgar membawa dirinya ke unit apartemen miliknya dan tak mendapati Lolita di ruang tamu. Padahal biasanya gadis itu duduk menunggunya di sana.Entahlah. Edgar tak mau terlalu memikirkannya. Dia menggiring langkahnya menuju kamarnya. Namun, aroma lezat makanan yang tercium dari arah dapur menghentikan gerakan kakinya.Edgar bergerak menuju dapur, dia penasaran dari mana asal aroma lezat ini. Alisnya tertaut saat mendapati Lolita sibuk di dapur. Celemek terpasang di tubuh mungilnya, dan kedua tangannya lincah memotong sayuran, kemudian memeriksa daging yang tengah dipanggang di teflon. Gadis itu terlalu sibuk sampai tak menyadari keberadaan Edgar yang berdiri di bela

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 23. Bertemu Lagi

    Edgar meninggalkan uang lima puluh dolar seperti biasanya untuk Lolita, tapi sekarang dia tambahkan lima puluh dolar lagi.Semalam Roy menghubunginya dan bertanya tentang Lolita. Suara Roy terdengar begitu khawatir, dan berubah lega setelah Edgar menjelaskan jika keadaan Lolita baik-baik saja. Roy berencana pulang bulan depan, tapi karena ada acara penting di rumah ibunya, Roy menunda kepulangannya. Dua bulan lagi Roy baru bisa pulang. Itu berarti waktu yang Lolita habiskan untuk menginap di apartemen Edgar juga semakin lama.Edgar mendengus pelan. Dia berbalik setelah meletakkan uang di atas meja makan, dan seketika terkejut melihat Lolita sudah berdiri di belakangnya."Sejak kapan kau ada di sana?" tanya Edgar menunjuk ke arah Lolita berdiri.Lolita tak menjawab pertanyaan Edgar. Dia berjalan menghampiri Edgar, dan mengecup pipi kanannya dengan berjinjit."Semangat kerjanya, Om," ucap Lolita tersenyum manis setelah mencium Edgar.Edgar sempat terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 24. Pantang Menyerah

    Nola enggan untuk pulang. Dia masih menunggu di luar ruangan Edgar sampai pria itu keluar dari sana. Beberapa karyawan yang lewat di depannya berbisik-bisik begitu melihat Nola. Beberapa dari mereka tampak kagum dan tak henti-hentinya memandangi Nola.Banyak orang yang mengenal Nola. Dia model menjadi brand ambasador produk fashion terkenal. Sebelumnya para investor perusahaan Beauty Corp memberikan saran agar Edgar memakai Nola untuk menjadi modelnya, karena di saat itu nama Nola sedang melambung-melambungnya. Tapi, Edgar menolak. Apapun yang terjadi Edgar tidak akan pernah memakai Nola sebagai modelnya, karena Edgar tak ingin lagi berhubungan dengan Nola. Dia berharap tak akan pernah bertemu lagi dengan Nola seumur hidupnya."Dia masih menunggu?" tanya Edgar kepada Franklin yang berdiri menunggu di dekat pintu ruangan yang masih dibiarkan terkunci.Franklin mengangguk. "Iya, Tuan. Dia masih berdiri di luar."Edgar mendengus. "Sifat keras kepalanya tidak berubah sama sekali," desis

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 25. Tubuhnya Panas

    Lolita baru saja keluar dari kamarnya, tapi tak mendapati keberadaan Edgar di ruang tamu. Padahal dia tadi bangun lebih awal agar dia bisa memberikan ciuman penyemangat lagi untuk Edgar sebelum pria itu berangkat kerja.Saat beralih ke dapur, Lolita juga tak menemukan uang yang biasanya Edgar tinggalkan untuknya di sana.Dengan rasa penasaran yang tinggi bercampur rasa khawatir, Lolita mencoba berderap ke kamar Edgar."Om …." Lolita mengetuk pintu kamar Edgar yang masih tertutup rapat.Tidak ada jawaban sama sekali. Lolita mencoba kembali mengetuknya dan memanggil nama Edgar."Om Edgar …."Tidak ada sahutan dari dalam sana.Lolita mencoba memutar knop pintu. Ternyata pintu tidak terkunci. Dengan gerakan pelan Lolita memasukkan kepalanya lebih dulu untuk memeriksa keadaan. Lalu, dia segera masuk saat melihat Edgar masih terbaring di atas kasur, tapi pria itu menggigil dengan mata masih tertutup.Lolita mematikan pendingin ruangan di kamar Edgar, lalu mendudukkan dirinya di tepi tempat

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 26. Gairah Yang Membara

    Lolita kembali ke kamarnya sendiri saat Edgar sudah tertidur pulas. Itu cukup melegakan. Setelah pria itu memutuskan untuk tidak bekerja hari ini, dan memilih untuk beristirahat di apartemen. Lolita jadi ingin sering memeriksa keadaan pria itu.Lolita menahan diri dari keinginannya menengok Edgar lagi. Dia menjatuhkan dirinya di atas kasur setelah meraih ponselnya yang tergeletak di meja.Pesan ayahnya memenuhi layar ponselnya. Dia mengulas senyum saat membaca satu per satu pesan dari ayahnya itu.Roy menanyakan kabar tentang Lolita. Pria itu juga mengatakan jika dia belum bisa pulang dalam bulan ini. Setidaknya dua bulan lagi baru dia bisa pulang.Lolita justru merasa senang karena itu berarti dia bisa berlama-lama tinggal di apartemen Edgar. Namun, dia membalas pesan ayahnya itu dengan tulisan bernada sedih.Baru saja balasannya terkirim, Roy langsung menelepon Lolita."Ya, Dad?" tukas Lolita setelah menerima panggilan dari ayahnya."Maafkan Daddy, Lolita. Daddy tidak bisa menepati

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 27. Kembali Bugar

    Lolita tertidur di ranjang Edgar karena kelelahan. Dia dan Edgar tadi bercinta sampai lima ronde tanpa henti. Tubuh Lolita terasa sakit semua, dan bagian intimnya juga masih terasa perih.Edgar yang tidur menyamping, terus menatapi Lolita yang terlelap. Wajah tertidur Lolita yang tampak damai membuatnya betah lama-lama menatapnya.Sebelah tangan Edgar menarik selimut untuk menutupi dada telanjang Lolita. Lalu, dia mengusap lembut rambut hitam panjang gadis itu, menyingkirkannya dari wajah Lolita."Thanks, Lolita. Kau bisa membuatku sebahagia ini. Dan …. maafkan aku. Aku telah gagal menjagamu," tandas Edgar tetap mengusap rambut Lolita.Lolita menggeliat dan dia membalikkan posisinya menjadi menghadap persis ke arah Edgar. Matanya terbuka pelan. Sebenarnya dia tidak tidur, hanya pura-pura tidur agar Edgar berhenti menggagahinya. Karena pria itu tidak ada lelahnya menggenjotnya tadi. Lolita takut, jika diteruskan, bisa-bisa tubuhnya benar-benar remuk. Lima ronde saja sudah membuatnya se

Bab terbaru

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 123. Bonus

    "Winter!""Ya, Mom," balas Winter berlari ke arah Lolita yang duduk di sofa ruang tamu.Winter sekarang sudah remaja. Tingginya bahkan sudah melebihi tinggi Lolita. Senyumnya teramat manis, dan memiliki mata biru yang indah yang dia turunkan dari Edgar."Ada apa, Mom?" tanya Winter saat sudah berdiri di hadapan ibunya.Lolita saat ini sedang hamil tua. Dan dia sedang ingin makan sesuatu. "Felix ingin makan kue coklat. Bisakah kau membelikannya, Winter?"Winter memutar matanya malas. Dia lalu menatap perut ibunya yang sudah besar. "Bukan Felix yang ingin, tapi Mommy kan?"Lolita terkekeh pelan. "Kau tahu saja. Anggap saja yang ingin Felix. Kau harus membelikannya sekarang. Adikmu ini akan menendang-nendang kalau tidak segera dituruti permintaannya.""Baiklah. Aku pergi dulu, Mom." Winter berpamitan keluar pada Lolita setelah menerima uang dari Lolita. Karena Edgar masih belum pulang kerja, jadi dirinya yang bertugas menjaga ibunya yang hamil.Winter naik ke mobilnya yang menjadi hadiah

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 122. The End

    Edgar dan Lolita kini sudah sampai di New York. Mereka akan meninggalkan bandara dan pergi menuju apartemen Jones untuk menjemput Winter."Tidak terasa satu minggu sudah berlalu. Aku sangat merindukan Winterku. Dia juga pasti akan merindukan Daddynya ini," tukas Edgar menghela napas lega sambil menggiring kopernya.Lolita mengangguk pelan. "Aku sudah tak sabar memeluk Winter lagi. Semoga dia tidak marah pada kita karena sudah meninggalkannya cukup lama."Edgar mengedikkan kedua bahunya samar. "Dia tidak akan marah. Aku sudah menyiapkan banyak mainan untuknya. Dan lagi pula Winter kan suka pria tampan. Sudah pasti dia tidak marah, dan justru senang karena tinggal bersama Jones dan Franklin."Lolita mengerucutkan bibirnya. "Tetap saja. Bagaimana kalau dia justru bertanya kita pergi ke mana? Dan kita melakukan apa selama kita pergi? Apa yang harus aku jawab, My Husband?"Edgar mengulas senyum. "Bilang saja kalau kita sedang ada urusan pekerjaan. Kita mencari uang untuk membelikan mainan

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 121. Menyukai Papa Kuda

    Sudah lima hari Winter dan Boy tinggal di apartemen Jones. Kedua anak kecil ini selalu saja berbuat ulah, membuat Jones serta Franklin jadi kehabisan stok kesabarannya. Tapi, Jones dan Franklin berusaha untuk tetap menekan amarahnya setiap kali menghadapi dua bocah ajaib itu.Untung saja Winter dan Boy sudah menjadi lebih akrab. Jones dan Franklin jadi tidak perlu harus menemani mereka bermain. Yah, walau kadang kali Winter masih suka usil sampai membuat Boy menangis. Jones mendesah pelan. Dia dipusingkan oleh urusan perusahaan, ditambah dia juga harus mengurus Winter dan Boy. Kurang dua hari lagi, orang tua kedua bocah itu akan kembali. Dan di saat itu tiba, Jones akan tidur seharian untuk menukar tidurnya yang akhir-akhir ini selalu terganggu."Papa Kuda," panggil Winter berlari ke arah Jones yang baru saja mengistirahatkan tubuhnya di sofa.Jones yang awalnya membaringkan punggungnya ke sofa, segera menegakkan punggungnya kembali saat Winter sudah sampai di depannya. "Ya, Winter.

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 120. Panggil Aku Om

    Sore harinya. Edgar dan Lolita menikmati sunset di pantai. Mereka duduk di pinggir pantai sambil menyesap minuman mereka.Edgar melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Lolita. "Sunsetnya sangat cantik ya, My Lovely."Lolita mengangguk mengiyakan. "Iya, My Husband.""Secantik kau," balas Edgar membuat Lolita tersipu."My Husband bisa aja." Lolita mencubit lengan Edgar pelan.Edgar lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Lolita, lalu berbisik, "Nanti malam aku mau lagi, My Lovely."Lolita mengernyit tak paham. "Mau apa?""Mau bercinta lagi denganmu," jawab Edgar mengulas senyumnya.Lolita bergeleng pelan. "My Husband, aku masih lelah. Tidak bisakah kita undur besok malam saja? Kita kan masih lama di Hawaii.""Baiklah. Aku akan menahannya, Lolita." Edgar menampakkan wajah kecewa.Lolita merasa gemas dengan Edgar yang seperti itu. Dia mencium bibir Edgar singkat dan tersenyum. "Begitu dong, sekali-sekali My Husband mau menurut."***Menjelang malam, Jones dan Franklin sibuk dengan balita

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 119. Dua Papa Tampan

    "Ahh …. My Husband. Lagi. Lakukan lagi. Ini sangat nikmat." Lolita memejamkan kedua matanya saat Edgar menggenjot dirinya.Edgar semakin bersemangat. Dia sudah mencapai klimaksnya sampai dua kali, tapi dia tidak mengalami kelelahan sama sekali, dia justru semakin semangat dan semakin cepat menggerakkan miliknya pada milik Lolita. Sampai dia mencapai klimaksnya lagi bersamaan dengan Lolita."Thanks, My Lovely. Aku benar-benar senang bisa bercinta lagi denganmu." Edgar tersenyum, kemudian mencium bibir Lolita. Lolita balas tersenyum saat Edgar sudah melepaskan ciumannya. ***Nola dan Robert berjalan cepat dan tergesa-gesa karena takut terlambat jadwal penerbangannya ke Bali. Nola menggendong Boy yang sedang tertidur, sedang Robert membawa dua tas besar berisi semua keperluan Boy, termasuk mainan milik Boy. "Jones!" panggil Nola memencet bel apartemen Jones. Dia hendak memecet lagi saat Jones tak kunjung menyahut dari dalam, tapi diurungkan oleh kedatangan Franklin.Franklin mengerutk

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 118. Pergi Honeymoon

    Waktu berjalan begitu cepat, dan saat yang paling ditunggu-tunggu Edgar akhirnya datang juga. Honeymoonnya dengan Lolita.Lolita yang awalnya ingin menunggu Winter berusia tiga tahun dulu, barulah dia dan Edgar akan pergi honeymoon. Memundurnya lagi satu tahun, karena dia begitu sibuk merawat Winter. Dan sekarang, tepatnya hari ini Lolita dan Edgar memutuskan akan pergi honeymoon ke Hawaii setelah sempat tertunda.Minggu lalu mereka baru saja merayakan ulang tahun Winter yang ke empat tahun. Mereka juga sudah memberitahukan rencana berlibur mereka pada Winter, tapi tidak mengatakan kalau sebenarnya yang mereka akan lakukan adalah honeymoon. Winter mengiyakannya, meski dengan syarat Edgar harus membelikan banyak mainan baru untuknya saat pulang nanti. Tentu, itu permintaan yang sangat gampang bagi Edgar. Dia langsung menyanggupi permintaan Winter dengan enteng.Kini Lolita dan Edgar pergi bersama Winter kecil ke apartemen Jones."Jones," panggil Edgar saat dia sudah sampai di depan apa

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 117. Ingin Honeymoon

    "Tidak!" tolak Edgar dengan satu kata yang tegas, singkat, dan tak terbantahkan saat Jones meminta izin padanya untuk membawa Winter selama satu hari.Jones mendengus kecewa. "Satu jam saja kalau begitu," ucapnya memelas.Edgar sekali lagi bergeleng. "Aku tidak akan mengizinkan kau membawa Winterku, Jones. Kau hanya boleh melihatnya di apartemenku seperti sekarang ini."Jones mendengus sekali lagi. "Baiklah. Benar kata Roy, kau lebih posesif."Edgar berkacak pinggang. "Kau baru tahu, huh?""Tidak. Aku sudah tahu dari dulu," balas Jones datar. Dia lalu mendekati Winter lagi."Winter, ini Om Jones," ucap Jones tersenyum lebar. Dia melambaikan tangan pada Winter, berharap bayi mungil itu melihat ke arahnya dan tersenyum untuknya.Edgar bergeleng pelan mendapati apa yang Jones lakukan. Dia berderap ke samping Jones. "Winter baru saja lahir, pandangannya masih kurang jelas. Jadi, kau tak perlu berharap Winter bisa membalas senyummu itu."Jones mengangguk paham. "Iya. Aku akan menunggu dia

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 116. Melahirkan Bayi Yang Rupawan

    Delapan bulan berlalu. Nola dan Robert kini sedang berada di rumah sakit, menanti kelahiran bayi mereka. Jones menunggu dengan tak sabaran bersama Franklin di ruang tunggu.Semenjak berita Gio dan keluarga Brown ditangkap karena kasus penyelundupan narkoba, Jones merasa tenang karena keadaan perusahaannya menjadi lebih baik dan lebih kondusif.Jones menoleh pada Franklin yang sibuk bermain dengan ponselnya. "Bagaimana? Apa Lolita juga akan melahirkan?" Franklin menurunkan ponselnya dari pandangannya. "Lolita masih melakukan pemeriksaan di rumah sakit. Dokter memperkirakan Lolita akan melahirkan besok pagi."Jones mengangguk paham. Dia spontan menatap pintu ruangan di mana Nola ditangani, karena tiba-tiba suara bayi menangis terdengar dari arah sana."Aku akan benar-benar dipanggil Om setelah ini," tukas Jones tersenyum.Robert keluar dari ruangan dengan senyum bahagianya. Dia menutup pintu ruangan kembali dan langsung berlari ke arah Jones."Tuan Jones, Tuan Franklin. Boy sudah lahir

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 115. Gio Kelabakan

    "Apa yang sudah kau lakukan selama ini, Gio? Kenapa kau lengah, huh? Apa kau tahu semua orang-orang Daddy dipecat secara tidak terhormat oleh Jones?"Gio membulatkan matanya saat mendengar ucapan ayahnya. Dia sedikit berbisik agar Jones dan Valen tidak mendengar perkataannya. "Bagaimana bisa hal itu terjadi, Dad? Setahuku Jones akhir-akhir ini lebih sering menghabiskan waktunya bersama wanita-wanitanya. Dia bahkan tidak pernah pergi ke perusahaan selama aku mengikutinya.""Kau bodoh! Jadi, pekerjaanmu hanya mengikutinya saja?!" Suara ayah Gio membalas dengan suara yang keras. "Huh … aku menyesal sudah memilihmu, Gio. Aku harusnya menyerahkan semuanya pada anak kakakku, dan bukan kau. Kau hanya beban bagi keluarga Brown."Gio menggigit bibir bawahnya keras-keras. Dia menurunkan ponselnya dari telinganya setelah ayahnya memutuskan telepon sepihak. Dia mengepalkan kedua tangannya sambil terus berpikir, bagaimana bisa Jones melakukan itu? Bagaimana pria yang tahunya hanya bersenang-senang

DMCA.com Protection Status