Beranda / Romansa / Gadis Nakal Milik CEO / Bab 12. Perkelahian Dua Wanita

Share

Bab 12. Perkelahian Dua Wanita

Penulis: Bluemoongirl
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kekasih Tuan Edgar?" tanya Loren memicingkan mata tak percaya. Mana mungkin Tuan Edgar menyukai gadis polos yang berdiri di depannya ini.

Kalau dari fisik, dia cantik. Hanya saja, pakaian yang dia pakai sungguh tidak membuat pria mana pun berselera. Pakaiannya terlalu membosankan, dan tidak memperlihatkan lekuk tubuh sama sekali. Loren terus menilai Lolita. Loren menatapnya dari kepala sampai ke ujung kaki.

"Kau berbohong ya? Mana mungkin Tuan Edgar suka dengan perempuan sepertimu! Kau pasti wanita sewaan Tuan Edgar yang baru ya?" Loren mengacungkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Lolita.

"Bagaimana mungkin ada wanita sewaan yang tinggal di apartemennya, jika orang itu tidak istimewa?" balas Lolita tak mau kalah.

Loren semakin kesal. Tujuannya pergi ke apartemen Edgar adalah mempertanyakan kabar pria itu, kenapa lama tidak pergi ke club, dan tidak pernah menghubunginya lagi.

Edgar adalah salah satu sumber penghasilannya. Tapi, gadis yang terlihat lebih muda darinya ini telah me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 13. Balas Dendam

    Di sebuah club, wanita yang Edgar dan Lolita tengah bicarakan sedang menghabiskan dua botol bir sendirian.Loren menangis sambil terus mengomel. Sesekali dia membanting botol pelan ke meja bar. "Huh, menyebalkan. Dasar gadis licik. Dia merebut Tuan Edgar dariku." Loren mulai berbicara rancau. "Awas saja, aku akan membuatmu menyesal karena sudah berurusan denganku."Ketika Loren bangkit dari duduknya, hendak memesan bir lagi, dia tidak sengaja menabrak pundak seorang laki-laki."Maaf," ucap keduanya bersamaan secara spontan.Loren menyipitkan matanya melihat sosok jangkung itu. Wajahnya sangat tidak asing, karena pernah menyewa Loren beberapa kali. Dan Loren tahu kalau dia adalah anak dari keluarga kaya raya. Sebastian Brown."Kau Sebastian kan?" tanya Loren. Tapi, detik berikutnya dia merengut kecewa. "Kenapa kau memakai seragam driver pengantar makanan? Bukannya kau kaya?"Laki-laki bernama Sebastian itu membuang wajah. "Sial sekali aku bertemu denganmu di sini. Keluargaku bangkrut.

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 14. Nyaris Dilecehkan

    Rahang Edgar mengeras, giginya bergemeletuk menahan amarah. Dengan gerakan cepat, dia menarik laki-laki yang mencoba memperkosa Lolita. Lalu, membantingnya ke lantai.Edgar sudah kehilangan kendali. Dia memukul Sebastian membabi buta, tak memberikan kesempatan pada laki-laki itu untuk membalas pukulannya.Brakk!Tubuh Sebastian terpelanting ke dinding dengan cukup keras. Darah mulai mengalir dari hidung dan pelipisnya.Lolita menatap ngeri Edgar yang terus memberikan pukulan pada Sebastian, meski lawannya itu sudah kehilangan kesadaran. "Om, cukup," lirih Lolita dengan air mata yang sudah reda. Tapi, tubuhnya masih bergetar, menahan ketakutan. Dia menutupi tubuh polosnya dengan handuk ketika Edgar menoleh ke arahnya.Kedua mata Edgar berkilat. Dia terlihat sangat menakutkan. Namun, perlahan tatapan matanya meredup.Edgar mendekati Lolita yang duduk meringkuk di dekat dinding, lalu menangkup pundaknya pelan."Kau baik-baik saja? Siapa dia? Kenapa dia bisa masuk ke sini?"Lolita hanya b

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 15. Menelusuri Tubuh Indahnya

    Lolita tak mengindahkan penolakan dari Edgar. Dia terus bergerak, menempelkan bibirnya pada bibir Edgar, lalu mendesah. "Sudah terlanjur begini, lebih baik diteruskan saja, Om."Lolita enggan disentuh oleh Sebastian. Tapi, jika Edgar yang menyentuhnya, tentu berbeda. Lolita menginginkan Edgar. Menginginkan tangan Edgar yang menelusuri setiap lekuk tubuhnya dan memuaskan hasratnya yang terpendam.Sialan. Edgar mengumpat dalam hati. Pertahanan dirinya semakin menipis. Apalagi ketika Lolita melepaskan semua pakaiannya yang dia biarkan jatuh berserakan di lantai. Sehingga Edgar bisa melihat jelas tubuh indah Lolita. Sungguh indah. Sampai Edgar menelan ludahnya berulang kali."Ayo, Om. Aku tidak mau jejak tangan Sebastian masih tersisa di kulitku," ucap Lolita dengan nada sensual, yang semakin memancing Edgar.Darah Edgar berdesir hangat. Dengan cepat batangnya menegang. Hanya dengan melihat tubuh telanjang Lolita, dia sudah berhasil terangsang. Sial!Edgar merutuki dirinya. Dia tidak bisa

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 16. Peraturan Yang Lolita Buat

    Edgar sama sekali tak keluar dari kamarnya sampai pagi. Dia baru keluar saat hendak pergi bekerja. Edgar yang sudah memakai setelan jas formal, dan rambut coklatnya yang sudah tertata rapi dengan baluran pomade, berjalan tegas menuju kamar Lolita. Dia nyaris lupa untuk menanyakan flashdisknya yang sepertinya jatuh di apartemen ketika dia tergesa-gesa sebelum berangkat kemarin. Karena semalam Edgar sudah mencarinya di kamar, tapi tidak ada. Mungkin saja, Lolita yang menemukannya saat bersih-bersih.Edgar berdiri di depan pintu kamar Lolita, terdengar suara dengkuran samar dari dalam sana. Dia hendak berbalik tapi urung. Edgar harus mendapatkan flashdisknya agar rapat nanti dia bisa mempresentasikan produknya di depan para investor. Di dalam flashdisk itu terdapat file yang sangat penting, karena menyimpan rencana peluncuran produknya dan konsep yang akan dia gunakan."Lolita!" Edgar menaikkan suaranya, walau tak sekeras biasanya. Apa yang telah terjadi di antara mereka kemarin, mem

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 17. Anggap Saja Ini Kencan

    Selama perjalanan pulang, Edgar terus memikirkan ide yang Franklin berikan tadi.“Mengajaknya jalan-jalan, hmm?” tanya Edgar tertegun sendiri sambil tangannya terus bergerak lincah di atas setir. pemandangannya lurus memandangi jalan di depannya. Namun, pikiran melayang ke orang lain. Memikirkan Loli.Ketika sudah tiba di area parkir apartemennya. Edgar menghentikan mobilnya, dan melompat keluar.Edgar naik lift yang segera melesat menuju apartemennya berada. Bunyi penyok mengiringi ketika pintu lift terbuka.“Hah….” Edgar melepaskan napas kasar dan berat saat Lolita menyambut kedatangannya dengan duduk di sofa sambil memainkan flashdisk di tangan."Om, ingat aturannya ya. Jangan membawa wanita dan bercinta di sini, dan jangan pulang larut malam dalam keadaan mabuk. Om paham kan?" tanya Lolita memutar, melempar, lalu menggenggam benda kecil berwarna biru tua itu di tangan kecurigaan.Edgar menggeram pelan, berusaha menahan amarah. Dia buru-buru menarik napas dalam dan membuangnya untu

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 18. Dress yang Sangat Cantik

    Lolita dan Edgar kini berjalan menuju butik langganan Edgar, setelah kenyang makan di restoran mewah.Lolita tadi merinding melihat bill saat Edgar hendak membayar makanan mereka. Hampir seribu dolar dihabiskan hanya untuk makan satu kali. Uang yang sangat banyak. Memang sih itu bukan apa-apa bagi Edgar, tapi bagi Lolita itu uang yang sangat banyak dan sayang dihabiskan hanya untuk membeli makanan.Memikirkan hal itu membuat Lolita berjalan lebih lambat dari Edgar. Pria itu sudah jalan jauh di depannya. Lolita tersadar dan berlari menyusul Edgar.Saat sudah sejajar dengan Edgar, Lolita melirik kedua tangan pria itu yang terselip di saku celana. Dengan sengaja Edgar menghindari bergandeng tangan dengan Lolita. Sekali lagi Edgar menegaskan dalam hati. Ini bukan kencan!"Om ….""Hmmm …" balas Edgar hanya dengan sebuah deheman."Bukan apa-apa." Lolita seketika melempar pandangan ke arah lain. Awalnya dia ingin memberikan flashdisknya sekarang karena Edgar sudah membelikan makanan enak un

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 19. Ditinggal Sendirian

    Di pintu masuk Central Park, Lolita turun dari mobil dengan pandangan kagum. Ini tempat romantis yang sering dibicarakan banyak orang. Ternyata seindah ini."Kau masuk dulu, aku pergi sebentar. Ada urusan yang harus aku selesaikan. Aku segera kembali," ucap Edgar setelah menerima panggilan dari Franklin yang mengatakan jika para investor datang ke perusahaan untuk bertemu dengannya."Siap, Om," jawab Lolita berusaha menutupi rasa kecewanya. Dia melihat Edgar masuk ke dalam mobil, lalu mobil itu melaju meninggalkan Lolita yang masih berdiri di tempatnya. Angin yang berhembus pelan menerpa wajahnya, Lolita merutuki kebodohannya. Kenapa juga tadi dia tidak membawa jaket? Udara sekarang sedang dingin, dan dia hanya memakai dress tanpa lengan.Lolita memutuskan untuk masuk ke Central Park sambil sesekali memeluk tubuhnya sendiri, berharap itu membuatnya lebih hangat.Lolita mengedarkan pandangan ke sekeliling. Terlihat banyak pengunjung berpasangan dan sedang menikmati waktu mereka bersama

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 20. Musuh Bisnis

    "Edgar?" balas Jones berdiri dari tempat duduk dan mengarahkan tatapan tak sukanya pada Edgar.Sedang, Edgar langsung menarik Lolita ke arahnya, mengambil tas gadis itu dan langsung mengajaknya pergi.Lolita buru-buru mengusap air matanya sebelum Edgar tahu. Dia menyeimbangkan langkah Edgar yang cepat dan tegas."Kenapa kau bisa bersama pria tadi?" tanya Edgar setelah dia menghentikan langkahnya. Mereka sekarang berada di tengah Central Park, cukup jauh dari jangkauan Jones.Lolita tertegun sesaat ketika mendapati suara Edgar terselip nada tak suka. Mungkin kah pria itu cemburu?"Dia tadi menolongku, Om. Saat aku bertemu teman-temanku yang pernah membullyku," jawab Lolita terus menilik perubahan ekspresi wajah Edgar yang semula mengeras, menjadi sedikit tenang."Kau dibully?" Edgar bertanya dengan dahi berkerut.Lolita mengangguk pelan. "Iya. Maka dari itu aku benci sekolah dan teman-temanku."Setelah ucapan Lolita itu, tidak ada lagi yang terdengar hanya suara hembusan angin, dan ker

Bab terbaru

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 123. Bonus

    "Winter!""Ya, Mom," balas Winter berlari ke arah Lolita yang duduk di sofa ruang tamu.Winter sekarang sudah remaja. Tingginya bahkan sudah melebihi tinggi Lolita. Senyumnya teramat manis, dan memiliki mata biru yang indah yang dia turunkan dari Edgar."Ada apa, Mom?" tanya Winter saat sudah berdiri di hadapan ibunya.Lolita saat ini sedang hamil tua. Dan dia sedang ingin makan sesuatu. "Felix ingin makan kue coklat. Bisakah kau membelikannya, Winter?"Winter memutar matanya malas. Dia lalu menatap perut ibunya yang sudah besar. "Bukan Felix yang ingin, tapi Mommy kan?"Lolita terkekeh pelan. "Kau tahu saja. Anggap saja yang ingin Felix. Kau harus membelikannya sekarang. Adikmu ini akan menendang-nendang kalau tidak segera dituruti permintaannya.""Baiklah. Aku pergi dulu, Mom." Winter berpamitan keluar pada Lolita setelah menerima uang dari Lolita. Karena Edgar masih belum pulang kerja, jadi dirinya yang bertugas menjaga ibunya yang hamil.Winter naik ke mobilnya yang menjadi hadiah

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 122. The End

    Edgar dan Lolita kini sudah sampai di New York. Mereka akan meninggalkan bandara dan pergi menuju apartemen Jones untuk menjemput Winter."Tidak terasa satu minggu sudah berlalu. Aku sangat merindukan Winterku. Dia juga pasti akan merindukan Daddynya ini," tukas Edgar menghela napas lega sambil menggiring kopernya.Lolita mengangguk pelan. "Aku sudah tak sabar memeluk Winter lagi. Semoga dia tidak marah pada kita karena sudah meninggalkannya cukup lama."Edgar mengedikkan kedua bahunya samar. "Dia tidak akan marah. Aku sudah menyiapkan banyak mainan untuknya. Dan lagi pula Winter kan suka pria tampan. Sudah pasti dia tidak marah, dan justru senang karena tinggal bersama Jones dan Franklin."Lolita mengerucutkan bibirnya. "Tetap saja. Bagaimana kalau dia justru bertanya kita pergi ke mana? Dan kita melakukan apa selama kita pergi? Apa yang harus aku jawab, My Husband?"Edgar mengulas senyum. "Bilang saja kalau kita sedang ada urusan pekerjaan. Kita mencari uang untuk membelikan mainan

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 121. Menyukai Papa Kuda

    Sudah lima hari Winter dan Boy tinggal di apartemen Jones. Kedua anak kecil ini selalu saja berbuat ulah, membuat Jones serta Franklin jadi kehabisan stok kesabarannya. Tapi, Jones dan Franklin berusaha untuk tetap menekan amarahnya setiap kali menghadapi dua bocah ajaib itu.Untung saja Winter dan Boy sudah menjadi lebih akrab. Jones dan Franklin jadi tidak perlu harus menemani mereka bermain. Yah, walau kadang kali Winter masih suka usil sampai membuat Boy menangis. Jones mendesah pelan. Dia dipusingkan oleh urusan perusahaan, ditambah dia juga harus mengurus Winter dan Boy. Kurang dua hari lagi, orang tua kedua bocah itu akan kembali. Dan di saat itu tiba, Jones akan tidur seharian untuk menukar tidurnya yang akhir-akhir ini selalu terganggu."Papa Kuda," panggil Winter berlari ke arah Jones yang baru saja mengistirahatkan tubuhnya di sofa.Jones yang awalnya membaringkan punggungnya ke sofa, segera menegakkan punggungnya kembali saat Winter sudah sampai di depannya. "Ya, Winter.

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 120. Panggil Aku Om

    Sore harinya. Edgar dan Lolita menikmati sunset di pantai. Mereka duduk di pinggir pantai sambil menyesap minuman mereka.Edgar melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Lolita. "Sunsetnya sangat cantik ya, My Lovely."Lolita mengangguk mengiyakan. "Iya, My Husband.""Secantik kau," balas Edgar membuat Lolita tersipu."My Husband bisa aja." Lolita mencubit lengan Edgar pelan.Edgar lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Lolita, lalu berbisik, "Nanti malam aku mau lagi, My Lovely."Lolita mengernyit tak paham. "Mau apa?""Mau bercinta lagi denganmu," jawab Edgar mengulas senyumnya.Lolita bergeleng pelan. "My Husband, aku masih lelah. Tidak bisakah kita undur besok malam saja? Kita kan masih lama di Hawaii.""Baiklah. Aku akan menahannya, Lolita." Edgar menampakkan wajah kecewa.Lolita merasa gemas dengan Edgar yang seperti itu. Dia mencium bibir Edgar singkat dan tersenyum. "Begitu dong, sekali-sekali My Husband mau menurut."***Menjelang malam, Jones dan Franklin sibuk dengan balita

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 119. Dua Papa Tampan

    "Ahh …. My Husband. Lagi. Lakukan lagi. Ini sangat nikmat." Lolita memejamkan kedua matanya saat Edgar menggenjot dirinya.Edgar semakin bersemangat. Dia sudah mencapai klimaksnya sampai dua kali, tapi dia tidak mengalami kelelahan sama sekali, dia justru semakin semangat dan semakin cepat menggerakkan miliknya pada milik Lolita. Sampai dia mencapai klimaksnya lagi bersamaan dengan Lolita."Thanks, My Lovely. Aku benar-benar senang bisa bercinta lagi denganmu." Edgar tersenyum, kemudian mencium bibir Lolita. Lolita balas tersenyum saat Edgar sudah melepaskan ciumannya. ***Nola dan Robert berjalan cepat dan tergesa-gesa karena takut terlambat jadwal penerbangannya ke Bali. Nola menggendong Boy yang sedang tertidur, sedang Robert membawa dua tas besar berisi semua keperluan Boy, termasuk mainan milik Boy. "Jones!" panggil Nola memencet bel apartemen Jones. Dia hendak memecet lagi saat Jones tak kunjung menyahut dari dalam, tapi diurungkan oleh kedatangan Franklin.Franklin mengerutk

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 118. Pergi Honeymoon

    Waktu berjalan begitu cepat, dan saat yang paling ditunggu-tunggu Edgar akhirnya datang juga. Honeymoonnya dengan Lolita.Lolita yang awalnya ingin menunggu Winter berusia tiga tahun dulu, barulah dia dan Edgar akan pergi honeymoon. Memundurnya lagi satu tahun, karena dia begitu sibuk merawat Winter. Dan sekarang, tepatnya hari ini Lolita dan Edgar memutuskan akan pergi honeymoon ke Hawaii setelah sempat tertunda.Minggu lalu mereka baru saja merayakan ulang tahun Winter yang ke empat tahun. Mereka juga sudah memberitahukan rencana berlibur mereka pada Winter, tapi tidak mengatakan kalau sebenarnya yang mereka akan lakukan adalah honeymoon. Winter mengiyakannya, meski dengan syarat Edgar harus membelikan banyak mainan baru untuknya saat pulang nanti. Tentu, itu permintaan yang sangat gampang bagi Edgar. Dia langsung menyanggupi permintaan Winter dengan enteng.Kini Lolita dan Edgar pergi bersama Winter kecil ke apartemen Jones."Jones," panggil Edgar saat dia sudah sampai di depan apa

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 117. Ingin Honeymoon

    "Tidak!" tolak Edgar dengan satu kata yang tegas, singkat, dan tak terbantahkan saat Jones meminta izin padanya untuk membawa Winter selama satu hari.Jones mendengus kecewa. "Satu jam saja kalau begitu," ucapnya memelas.Edgar sekali lagi bergeleng. "Aku tidak akan mengizinkan kau membawa Winterku, Jones. Kau hanya boleh melihatnya di apartemenku seperti sekarang ini."Jones mendengus sekali lagi. "Baiklah. Benar kata Roy, kau lebih posesif."Edgar berkacak pinggang. "Kau baru tahu, huh?""Tidak. Aku sudah tahu dari dulu," balas Jones datar. Dia lalu mendekati Winter lagi."Winter, ini Om Jones," ucap Jones tersenyum lebar. Dia melambaikan tangan pada Winter, berharap bayi mungil itu melihat ke arahnya dan tersenyum untuknya.Edgar bergeleng pelan mendapati apa yang Jones lakukan. Dia berderap ke samping Jones. "Winter baru saja lahir, pandangannya masih kurang jelas. Jadi, kau tak perlu berharap Winter bisa membalas senyummu itu."Jones mengangguk paham. "Iya. Aku akan menunggu dia

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 116. Melahirkan Bayi Yang Rupawan

    Delapan bulan berlalu. Nola dan Robert kini sedang berada di rumah sakit, menanti kelahiran bayi mereka. Jones menunggu dengan tak sabaran bersama Franklin di ruang tunggu.Semenjak berita Gio dan keluarga Brown ditangkap karena kasus penyelundupan narkoba, Jones merasa tenang karena keadaan perusahaannya menjadi lebih baik dan lebih kondusif.Jones menoleh pada Franklin yang sibuk bermain dengan ponselnya. "Bagaimana? Apa Lolita juga akan melahirkan?" Franklin menurunkan ponselnya dari pandangannya. "Lolita masih melakukan pemeriksaan di rumah sakit. Dokter memperkirakan Lolita akan melahirkan besok pagi."Jones mengangguk paham. Dia spontan menatap pintu ruangan di mana Nola ditangani, karena tiba-tiba suara bayi menangis terdengar dari arah sana."Aku akan benar-benar dipanggil Om setelah ini," tukas Jones tersenyum.Robert keluar dari ruangan dengan senyum bahagianya. Dia menutup pintu ruangan kembali dan langsung berlari ke arah Jones."Tuan Jones, Tuan Franklin. Boy sudah lahir

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 115. Gio Kelabakan

    "Apa yang sudah kau lakukan selama ini, Gio? Kenapa kau lengah, huh? Apa kau tahu semua orang-orang Daddy dipecat secara tidak terhormat oleh Jones?"Gio membulatkan matanya saat mendengar ucapan ayahnya. Dia sedikit berbisik agar Jones dan Valen tidak mendengar perkataannya. "Bagaimana bisa hal itu terjadi, Dad? Setahuku Jones akhir-akhir ini lebih sering menghabiskan waktunya bersama wanita-wanitanya. Dia bahkan tidak pernah pergi ke perusahaan selama aku mengikutinya.""Kau bodoh! Jadi, pekerjaanmu hanya mengikutinya saja?!" Suara ayah Gio membalas dengan suara yang keras. "Huh … aku menyesal sudah memilihmu, Gio. Aku harusnya menyerahkan semuanya pada anak kakakku, dan bukan kau. Kau hanya beban bagi keluarga Brown."Gio menggigit bibir bawahnya keras-keras. Dia menurunkan ponselnya dari telinganya setelah ayahnya memutuskan telepon sepihak. Dia mengepalkan kedua tangannya sambil terus berpikir, bagaimana bisa Jones melakukan itu? Bagaimana pria yang tahunya hanya bersenang-senang

DMCA.com Protection Status