***
Hanya dalam hitungan beberapa menit saja, Club Pelangi jadi berantakan karena amukan Ayu.Anak buah Dirgo sudah angkat tangan. Begitupun dengan Dirgo sendiri, ia tak berani lagi bersikap tidak sopan setelah tahu , bahwa Ayu adalah menantu dari Marcel Group.
Ruby gementar ketakutan. Bibirnya yang seksi mengeluarkan darah.
Tak lama kemudian Marcel dan Shella datang.
"Memalukan," cibir Marcel menatap Aldo.
Aldo yang masih belum sepenuhnya sadar, malah tak merespon apa-apa. Aldo hanya meringis sambil memegangi hidungnya yang kena pukulan Ayu.
"Sabar, sayang. Sebaiknya kita bicarakan masalah ini di rumah," ucap Shella pada Ayu dengan lembut.
Ayu mengangguk setuju. Dirgo hanya menunduk melihat keluarga nomer satu di kota itu datang ke Club miliknya, dan membuat kerusuhan.
Setelah Ayu dan keluarga Aldo pulang. Dirgo menghampiri Ruby.
"Apa yang kau lakukan? Tuan besar Marcel bisa saja menutup u
***Kini Ayu telah tiba di sebuah kontrakan yang cukup besar. Lokasinya juga sangat dekat dari kantor."Kak Ayu, terima kasih." Galang berkata penuh haru."Sama-sama. Sekarang kalian istirahat di dalam! Nanti akan ada seseorang yang mengantarkan peralatan masak, serta kebutuhan kalian. Jangan berkeliaran di jalanan lagi. Mulai besok pikirkan sesuatu yang lebih berguna, Kakak akan membantu kalian semua," papar Ayu.Semua anak itu sungguh merasa bahagia. Ayu telah mempersiapkan segala kebutuhan untuk bertahan hidup tanpa harus mengamen lagi.Setelah selesai mengurus teman-teman barunya. Kini Ayu pulang kerumah. Hari sudah semakin gelap. Aldo dan yang lain mencemaskan Ayu.Ketika sampai, tentu saja si bawel Aldo akan mengintrogasi lagi."Dari mana saja? Kenapa baru pulang? Dan kenapa teleponmu tak bisa dihubungi?"Ayu acuh tak acuh. Satu pertanyaan pun tak ada yang Ayu jawab.Marcel berdehem pelan ketika melihat Ayu ber
***Pertemuan berlangsung tegang, tapi cukup meriah. Perusahaan masing-masing memperkenalkan kelebihannya.Ayu bersikap tenang, ia yakin jika memang kerja sama ini jodohnya, maka akan jatuh di tangannya."Baiklah, kita semua sudah mendengar persembahan dari semua pebisnis di sini. Maka saya hanya ingin menyampaikan pesan singkat saja. Bagi saya, selain mengecek hasil kerja karyawan, kita juga perlu mempunyai strategi yang matang. Kerja sama kali ini, bukan sebuah tentang masak-masakan. Ini sangat penting dan berisiko. Bisni ini tidak cocok dipimpin oleh wanita," papar Mr J.Ayu menatap tajam, tapi sikapnya masih tenang dan santai."Saya keberatan dengan pendapat Mr J. Wanita atau pria sama saja. Yang membuat perusahaan maju bukan karena jenis kelamin si pemimpin," sambung Ayu.Mr J tersenym getir.Kini keputusan akhir harus ditentukan. Semua tegang menunggu hasil dari pemilihan. Mr J sangat percaya diri. Ia yakin bahwa dir
***Setelah berhasil melumpuhkan penculik itu. Kini Ayu dan yang lain segera pulang. Sementara pihak kepolisian sudah menangani para penjahat yang menculik Aldo."Kenapa menyuruh Danu menjemput saya?" tanya Ayu."Mas, khawatir padamu," sahut Aldo."Tidak perlu terlalu mengkhawatirkan saya. Lihatlah sekarang, bukankah Mas lebih butuh perlindungan," ujar Ayu.Aldo menunduk malu. Lagi-lagi ia diselamatkan oleh Ayu."Saya butuh latihan yang lebih keras. Tetapi akhir-akhir ini, kamu selalu sibuk dengan urusan kantor.""Mas bisa berlatih dengan yang lain. Saya ada kabar baik." Ayu sangat senang hari ini."Pasti kontrak kerja sama itu jatuh padamu kan?"Aldo tampak biasa-biasa saja."Benar sekali. Saya sangat senang. Papi juga pasti senang," ucap Ayu antusias.Aldo berdehem pelan. Aldo tak ingin Ayu terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan.Waktu berjalan, kini mereka sudah sampai di depan ru
***Pagi harinya Ayu dan Aldo bangun dengan wajah berseri-seri.Tiga bulan pernikahan telah berlalu. Aldo tak sabar ingin segera memiliki keturunan dari Ayu."Mas, aku berangkat sekarang," ucap Ayu berpamitan.Ayu dan Dewi bergegas ke kantor. Namun, di tengah jalan, ada mobil yang menghadang.Ayu merasa kesal. Hari ini adalah hari penting baginya. Ada berkas yang harus segera disiapkan. Orang ini tentu mengetahui tentang pekerjaan Ayu, hingga sengaja menghadang."Siapa kalian?" tanya Ayu dengan tenang."Tak perlu tahu siapa kami, yang jelas anda dilarang lewat sini," ucap salah soerang pria itu.Pria itu lupa menyimpan lambang di saku jasnya. Ayu sangat paham, itu adalah lambang perusahan Mr J."Minggir, atau mau celaka?" ancam Ayu."Kami tahu kau cukup tangguh. Tetapi kami juga tak bodoh!"Ayu terlibat perkelahian. Kaki Ayu mendarat sempurna di wajah pria itu. Tubuh Ayu berayun bagai kare
***Marcel dan Ayu kembali ke kantornya dengan perasaan tak karuan. Dari cara Mr J berbicara, sepertinya ia tak berdusta, pikir Ayu."Pi, bagaimana jika benar yang dikatakan Mr J?" tanya Ayu."Jangan terkecoh, itu hanyalah sandiwaranya," sahut Marcel.Hati kecil Ayu mengatakan, Mr J tak bersalah. Namun, Marcel sudah terlanjur marah.Kini Mr J memerintahkan anak buahnya untuk menyelidiki masalah ini."Caritahu siapa yang sudah berani menyerang keluarga Marcel dengan mengatas namakan perusahaan saya!" ujar Mr J pada pesuruh kepercayaannya."Baik, Bos." Bayu bergegas pergi.Detik berikutnya muncul seorang gadis cantik, ia berlari ke arah Mr J."Daddy," lirihnya manja."Nani. Kenapa malah ke kantor? Harusnya istirahat saja di rumah. Kau pasti lelah karena baru tiba di Indonesia," ujar Mr J.Nani adalah salah satu putri cantiknya. Hanya saja Nani sedikit culun."Dimana Nadin?" tanya Mr J pula.
***Malam harinya, Mr J sudah mendapatkan informasi. Bayu berhasil mengungkap siapa pelaku yang telah mengatas namakan Perusahaan Mr J."Ternyata Non Nadin yang menyerang menantu Tuan besar Marcel, Bos." Bayu memberi laporan."Berarti Nyonya muda itu berkata jujur tadi sore," ucap Mr J."Yang paling mengejutkan, Non Nadin bekerja sama dengan Aris. Mereka sengaja memakai lambang perusahaan kita, agar keluarga Marcel Group salah paham," papar Bayu.Mr J mengepalkan kedua tangannya. Nadin benar-benar keterlaluan."Anak itu memang sangat durhaka. Saya tidak akan pernah mengampuninya." Mr J sangat marah.Kini Ayu sudah menunggu di tempat yang telah dijanjikan bersama Mr J.Ayu pergi dengan Aldo, sedangkan Mr J bersama Bayu dan Nani."Bagaimana?" tanya Ayu."Anak buah saya sudah menyelidiki. Biarkan dia yang memberi penjelasan," ujar Mr J."Nyonya muda, saya bersumpah ini adalah perkataan yang jujur. Yang menyera
***Nadin menatap ke arah Aris. Sementara Ayu menghapus darah yang keluar dari hidungnya."Tenang, Mas. Akan kuhabisi wanita ini!" ujar Nadin.Setelah berjeda beberapa menit. Kini Nadin menyerang Ayu lagi.Mr J hanya menonton, ia penasaran siapa yang lebih tangguh antara Nadin dan Ayu.Tangan Ayu dilipat ke belakang oleh Nadin. "Kali ini kau tak akan selamat."Ayu menahan rasa sakitnya, Aris semakin cemas. Namun, Ayu tidaklah menyerah begitu saja. Lagi-lagi kaki Ayu menendang bagian kepala Nadin.Bugh!Nadin ambruk ke lantai. Ayu menginjak perutnya kencang. Nadin muntah darah."Sudah cukup!" Mr J membuka suaranya.Ayu menarik nafas dalam-dalam menetralkan emosinya."Kau beruntung karena kali ini ada orang tuamu di sini," ucap Ayu menatap tajam.Nadin sudah lemas bersimbah darah. Bayu membawanya pergi atas perintah Mr J.Kini mereka fokus pada Aris."Kau ternyata belum
***Marcel sampai di perusahaannya. Aldo berada di ruangan mengurus semua berkas. Namun, Aldo baru sadar, data yang diterimanya adalah palsu."Brengsek," gumam Aldo kesal.Marcel masuk tanpa mengetuk pintu."Kenapa?" tanya Marcel"Semua data yang dikembalikan oleh anak buah Aris palsu, Pi."Marcel berdehem pelan."Ya sudah. Sekarang kami urus perusahaanmu! Biar Papi yang mengurus Marcel Group ini.""Baik, Pi."Aldo beralu tanpa berani protes, padahal hatinya merasa tersinggung. Marcel tak percaya dengan kemampuan dirinya.Seperginya Aldo. Kini Marcel memerintahkan orang-orangnya untuk mencari keberadaan Mikayla. Data Marcel Group harus segera kembali. Jika tidak, Aris akan menanggung akibatnya.***Sementara Mr J pulang lebih awal. Ia menemani Nadin."Kata dokter, hari ini kau bisa pulang," ujar Mr J.Nadin bergeming. Matanya sembab, hatinya kesal karena Aris dipenjarakan.
Harga diri laki-laki.Part: 11.***Delisa diantarkan pulang ke rumah. Mikayla menyambut dengan antusias.Ia memeluk sang putri begitu erat. Lalu tersadar Delisa memegangi boneka pemberian Maya.Mikayla langsung marah dan merampasnya."Buang boneka jelek ini, Delisa! Mami tak suka melihatnya!" hardik Mikayla.Delisa menangis karena boneka kesayangannya itu terpental jauh keluar."Mikayla! Kau sungguh keterlaluan!" bentak Gio."Aku keterlaluan, Mas? Apa Mas tak salah bicara? Delisa adalah putriku, kenapa Mas membuatnya dekat dengan wanita lain? Kalau Mas ingin hidup dengan Maya silakan! Tapi, jangan pernah bawa Delisa lagi!""Delisa ambil boneka itu dan masuk ke dalam kamar ya, Nak! Papi mau bicara dengan Mani," ujar Gio.Delisa menurut. Ia dengan cepat mengambil kembali boneka dari Maya, laku membawanya masuk ke dalam kamar."Mas, aku sudah menerima keputusanmu untuk bercerai. Kita akan segera bertemu di pengadilan. Tapi, hak asuh Delisa tentu akan menjadi milikku. Lagi pula, Mas send
Harga diri laki-laki.Part: 10.***Mikayla terus menanamkan rasa benci di hati Delisa pada Maya. Gadis kecil itu tak tahu kalau kalau sebenarnya Mami yang ia bela justru lebih dalam menoreh luka."Delisa, sayang ... sebentar lagi Papimu akan datang. Ini waktunya Delisa membuat Papi memilih kita! Mami tak mau berpisah dengan Papi. Delisa juga tak mau kan sayang?" "Iya, Mi. Delisa tak mau Papi memilih Tante jahat itu!"Mikayla tersenyum senang. Ia berharap rencananya kali ini berhasil.Tak lama kemudian bel rumah berbunyi. Gio datang dengan wajah cemasnya."Papi, Delisa tak mau melihat Papi bersama Tante jahat itu lagi," ujar Delisa.Mikayla hanya diam dan seolah tak mendengar perkataan Putrinya."Kenapa Delisa bicara begitu, sayang? Tante Maya itu adalah Tante Delisa. Dia tidak jahat," sahut Gio lembut.Gio melempar pandangan ke arah Mikayla. Ia tahu, pasti semua yang dikatakan Delisa adalah ajaran darinya."Tidak, Papi! Tante itu bukan Tante Delisa! Dia jahat! Dia sudah merebut Papi
Harga diri laki-laki.Part: 9***Gio pindah ke sebuah apartemen yang telah berhasil ia beli. Saat hendak memejamkan mata, bayangan peristiwa satu tahun yang lalu kembali muncul dalam memori otaknya.Saat itu Gio baru pulang dari luar kota. Ia memang pulang lebih awal dari rencananya.Suasana rumah begitu sepi. Gio berpikir kalau Delisa sudah pasti sudah tidur. Gio yang ingin memberi kejutan pada sang istri, masuk ke dalam rumah secara diam-diam dengan menggunakan kunci cadangan yang ia bawa.Namun, malah sebaliknya. Gio yang dibuat begitu terkejut ketika mendapati sang istri sedang bersama pria lain di dalam kamar mereka."Mikayla!" hardik Gio.Mikayla yang tengah terkapar lemah di bawah selimut menjadi pucat karena terkejut."Bajingan!"Gio menarik pria yang bersama Mikayla. Pukulan bertubi-tubi Gio layangkan pada pemuda yang bernama Hendri itu."Mati kau pecundang!" maki Gio.Hendri terluka parah, tapi ia pun sempat membalas Gio hingga kening Gio berdarah."Mas, cukup! Ampun, Mas
Harga diri laki-laki.Part: 8***"Mas," lirih Mikayla mendekat.Gio bergeming, tatapannya kosong ke depan."Mas, apa memang tak ada tempat bagiku dalam hatimu lagi, Mas? Aku bersedia melakukan apa saja, asal Mas melupakan kesalahan besarku di masa lalu," papar Mikayla.Lastri juga turut mendekat ke arah Mikayla dan menepuk lembut pundak sang menantu kesayangan."Maaf, tapi aku sungguh tak bisa melupakan kejadian itu, Mikayla. Walau sudah setahun berlalu, bayangan saat melihat kau tengah satu ranjang dengan laki-laki itu selalu terngiang dalam ingatanku. Aku tidak sudi menyentuhmu lagi. Aku merasa begitu geli dan menjinjikkan ketika membayangkan peristiwa silam."Mikayla sangat terpukul dengan pernyataan sang suami. Tubuhnya goyah, bahkan hampir tersungkur ke lantai. Namun, Lastri dengan sigap memeluk menantu tersayangnya."Diam kau Gio!" hardik Lastri."Mama yang diam!" sambung Reno."Selama ini Papa selalu mengalah pada Mama. Tepat di mana harga diri Gio, putra satu-satunya yang Pap
Harga diri laki-laki.Part: 7***Lastri pulang ke rumahnya, menceritakan masalah ini pada Reno, sang suami."Pa, ternyata Mas Arkan memiliki istri lain sebelum menikahi Mery."Reno terkejut hingga membuat ekspresi wajah tuanya semakin lucu."Jangan ngada-ngada, Ma.""Papa gak percayaan banget sih. Tadi Mama baru saja dari rumah istri pertama Mas Arkan, dia juga memiliki seorang putri. Yang mengkhawatirkan, putrinya itu sedang dekat dengan Gio," papar Lastri antusias."Kok bisa, Ma? Kenapa selama ini tak ada berita sama sekali tentang Anak dan istri Mas Arkan itu? Harusnya putri dari istri pertamanya juga diakui di depan publik.""Ngapain pakai diakui segala. Mereka itu beda kelas dengan Mbak Mery, Pa. Pastinya Mas Arkan lebih memilih berlian lah dari pada butiran debu begitu," cibir Lastri.Reno menggeleng-geleng heran. Istrinya tak pernah berubah. Semua hanya diukur dengan harta."Terserah Mama saja. Papa malah penasaran dengan sosok saudari Mikayla itu.""Jangan katakan saudari Mik
Harga diri laki-laki.Part: 6***"Tenang dulu, Ma. Aku butuh dukungan Mama saat ini. Aku tidak rela kehilangan Mas Gio," ujar Mikayla."Mama akan selalu ada di pihakmu, sayang."Lastri kembali memeluk Mikayla.--Sementara di sisi lain, Maya juga tengah memeluk tubuh sang Ibu."May, maafkan Ibu, Nak. Seharusnya dulu Ibu bisa mempertahankan kebahagiaanmu," lirih Asih."Ini bukan salah Ibu. Namun, yang aku sesali sekarang, kenapa harus istri dari Tuan Gio yang menjadi Adik tiriku, Bu. Kenapa?Asih perlahan merenggangkan pelukannya. "Ada apa, Nak?"Maya menarik napas panjang, mata indah itu tertutup beberapa detik sebelum bersuara kembali."Tuan Gio selalu mendekatiku di kantor, Bu. Aku sudah berusaha menjauhinya. Walaupun tak ada tindakan yang berlebihan selain makan siang. Namun, hal itu berlangsung selama dua bulan ini."Asih mengerutkan keningnya sambil berpikir. "Apa mungkin Gio menyukaimu?""Aku tak tahu, Bu.""Kalau benar, maka jauhilah, Nak! Sakit hati Ibu memang sangat dalam,
Harga diri laki-laki.Part: 5***Maya mencoba menyadarkan Mikayla. Sedangkan Asih tak peduli sama sekali. Luka di hati wanita paruh baya itu sudah berkarat. Hingga untuk melunturkannya butuh waktu lama, bahkan tak akan mungkin bisa kembali pulih."Tuan, tolong ambilkan minyak angin yang ada di atas meja itu!" Gio dengan sigap bergerak. Maya mengoleskan ke hidung, dan bagian belakang leher Mikayla. Perlahan Mikayla mulai sadar, Maya juga memberikan minum."Minum dulu! Kamu pasti syok," ujar Maya.Mikayla meneteskan air mata, ia duduk dan langsung memeluk Asih dengan erat."Maafkan saya, Bu. Saya tidak tahu kalau ternyata Ayah dan Bunda saya pernah menoreh luka begitu dalam pada keluarga Ibu," lirih Mikayla terisak.Asih bergeming, ia tak membalas pelukan Mikayla. Dalam hati Asih pun ikut menangis.Siapa yang harus dipersalahkan?Mikayla?Bukankah Mikayla tak tahu apa-apa?"Sekarang kamu sudah tahu semuanya. Lalu apa tanggapanmu?" tanya Maya datar.Mikayla melepaskan pelukannya, dan
Judul: Harga diri laki-laki.Part: 4***Pagi harinya, Gio bangun dengan disambut wajah cemberut oleh Delisa."Hey, Anak Papi! Kenapa wajahnya masam di pagi hari ini?" tanya Gio sambil menaikan Delisa di atas pangkuannya."Delisa marah sama Papi," ujar Delisa."Lho, marah kenapa?" Gio menautkan alisnya menanggapi ucapan putri tercinta."Tadi malam Delisa sudah siap-siap buat makan di luar, tapi Papi malah tidur cepat.""Oh, jadi itu alasan Delisa marah?""Iya."Mikayla hanya mendengarkan sambil tersenyum."Baiklah, sayang. Sebagai tanda maaf Papi. Hari ini kita jalan-jalan sampai sore. Mumpung wekeend," ujar Gio."Beneran, Pi? Asyik! Mami siap-siap yuk!" ajak Delisa antusias.Mikayla ikut senang. Ia dan Delisa langsung bergegas untuk bersiap.Sedangkan Gio hanya berniat membahagiakan putrinya.--Kini Gio, Mikayla dan Delisa bermain di area taman. Tak jauh dari sana juga ada restoran. "Sayang, kita makan siang dulu yuk!" ajak Gio pada Delisa."Ayo, Pi." Sementara Mikayla seperti ta
Judul: Harga diri laki-laki.Part: 3***"Bu, boleh aku menanyakan sesuatu?" tanya Maya pada Ibunya."Tanyakan saja, Nak!"Maya menarik nafas berat, kemudian bertanya. "Dimana kuburan Ayah?"Asih bergeming, seketika mata tua itu langsung berembun.Maya tahu, sang Ibu pasti tak suka membahas soal ini. Namun, Maya sangat penasaran."Baiklah, Maya. Ibu rasa ini sudah waktunya memberitahumu," ucap Asih.Maya mendengarkan dengan serius."Ibu akan mengantarkanmu ke tempat pemakamannya besok. Setelah itu tidak perlu menanyakan tentang Ayahmu lagi pada Ibu.""Maafkan aku, Bu. Sebagai seorang Anak, aku hanya ingin mengunjungi Ayahku. Walaupun kenyataannya Ayah sudah berbuat tidak adil pada kita. Namun, Ayah sudah tak ada. Bukankah sebaiknya kita memaafkan kesalahannya?"Asih Terdiam. Sakit hatinya masih belum hilang. Saat itu Arkan Santosa sukses dalam usahanya. Kehidupan Asih dan keluarga berubah drastis.Maya yang berusia dua tahun, belum mengerti apa-apa. Asih merasa suaminya berubah semenj