***
Marcel sampai di perusahaannya. Aldo berada di ruangan mengurus semua berkas. Namun, Aldo baru sadar, data yang diterimanya adalah palsu."Brengsek," gumam Aldo kesal.
Marcel masuk tanpa mengetuk pintu.
"Kenapa?" tanya Marcel
"Semua data yang dikembalikan oleh anak buah Aris palsu, Pi."
Marcel berdehem pelan.
"Ya sudah. Sekarang kami urus perusahaanmu! Biar Papi yang mengurus Marcel Group ini."
"Baik, Pi."
Aldo beralu tanpa berani protes, padahal hatinya merasa tersinggung. Marcel tak percaya dengan kemampuan dirinya.
Seperginya Aldo. Kini Marcel memerintahkan orang-orangnya untuk mencari keberadaan Mikayla. Data Marcel Group harus segera kembali. Jika tidak, Aris akan menanggung akibatnya.
***Sementara Mr J pulang lebih awal. Ia menemani Nadin."Kata dokter, hari ini kau bisa pulang," ujar Mr J.
Nadin bergeming. Matanya sembab, hatinya kesal karena Aris dipenjarakan.
<***Mr J keluar. Namun, ia melihat Nani sedang berada di depan."Lho, terus yang di dalam?" Mr J bertanya-tanya sendirian.Kini Mr J berlari menuju ruangannya lagi. Nadin kepergok sedang mencari data-data penting perusahaan."Nadin!" hardik Mr J.Nadin terperanjak. Ia sangat terkejut."Daddy, ini Nani," ucap Nadin."Omong kosong!"Mr J menghampiri Nadin. Ia membuka kaca mata Nadin dan memecahkannya."Jangan kira Daddy tak tahu!"Mr J sangat murka, gemertak rahangnya terdengar begitu keras. Nadin jadi pucat seketika."Daddy, lepas!"Mr J melepaskan cengkraman tangannya. Nadin langsung berlari keluar."Sial! Aku gagal lagi," gerutu Nadin sambil berlalu.***Waktu berjalan ....Hari ini tepat sembilan bulan sepuluh hari usia kandungan Ayu."Mi, sakit!" rintih Ayu."Sabar sayang, sebentar lagi dokter kandungan datang."Ayu ingin melahirkan normal
***Setelah jam pulang kantor, Ayu dijemput Pak Samsul."Arya, ayo kita pulang, Nak!" ajak Ayu."Arya mau main di taman dulu, Bun."Ayu mengabulkan keinginan Arya. Ia meminta Pak Samsul untuk mengantar mereka ke taman.Tak disangka, Ayu dan Nadin bertemu. Nadin membawa Marsha bermain di taman juga..Aris yang melihat kedatangan Ayu menjadi senang. Wajah manis itu sangat Aris rindukan."Kau bahkan tak berubah sedikitpun. Wajahmu masih sama seperti dulu," batin Aris.Sedangkan Nadin, menatap Ayu penuh dendam.Marsha tersenyum ke arah Arya. Keduanya masih terlalu polos. Mereka bermain bersama."Kenalkan, namaku Marsha," ucap gadis kecil itu mengulurkan tangan."Aku Arya Kusuma."Nadin menarik lengan Marsha. "Sini.""Ma, Marsha mau main sama Arya.""Tidak! Kita pulang sekarang," ujar Nadin.Ayu hanya diam menyaksikan adegan di depannya."Sayang, biarkan Marsha bermain."
***Hari berganti ....Nadin mengunjungi Mr J bersama Aris dan Marsha.Setelah berada di dalam kamar Me J. Aris tak berani masuk. Ia hanya menunggu di luar pintu."Eyang," lirih Marsha memeluk Mr J yang terbaring lemah."Cucu, Eyang." Mr J meraih tangan kecil itu.Nadin mendekat, hatinya bersedih melihat sang Ayah terbaring lemah. Namun, ia juga tetap kesal padanya."Nadin, sini Nak!""Kenapa Daddy? Aku tak bisa berlama-lama di sini," ucap Nadin menyembunyikan kesedihannya."Daddy cuma mau menyerahkan aset-aset berharga padamu. Ambilah Perusahaan itu, Nak. Kelola dengan baik. Sedangkan rumah ini, Daddy serahkan pada Nani," papar Mr J.Nadin tersenyum senang, begitupun Aris yang sedari tadi menguping di depan.Akhirnya perusahaan itu kembali lagi ke tangan Aris."Terima kasih, Daddy." Nadin memeluk Mr J.Nani dan Bayu yang berada di sana juga, merasa bahagia. Mereka tak pernah merasa iri.
***Nani dan Nadin pulang ke rumah Mr J. Keduanya saling menguatkan. Namun, Nadin tak tahu, jika Nani terluka karena Bayu.Samapai di depan rumah, Bayu sudah menunggu dengan perasaan cemas."Nani, kamu dari mana?" tanya Aris meraih lengan Nani lembut.Baju Nani basah kuyup, pandangannya kosong.Nani melangkah ke dalam tanpa menjawab pertanyaan Bayu. Nadin curiga jika Nani disakiti oleh Bayu."Sini!" Nadin menarik Bayu."Ada apa? Di mana kamu menenmukan Nani?""Jangan berpura-pura di hadapanku! Katakan apa yang sudah kau lakukan padanya?" Nadin menatap tajam.Bayu menggeleng tak mengerti. Ia tak melakukan apa-apa. Namun, seketika Bayu teringat tentang ucapannya ketika menatap photo Nadin tadi."Apa Nani mendengar?" tanya Bayu dalam hati."Kenapa kau diam!" bentak Nadin.Nani yang mendengar teriakan Nadin, ia keluar lagi setelah selesai berganti baju."Nadin, Mas Bayu tidak salah. Su
***Bulan berganti tahun ....Kini usia Arya memasuki 15 tahun. Arya tumbuh jadi remaja yang sangat tampan dan tangguh.Marcel sudah sakit-sakitan. Bahkan hari ini semua telah berkumpul."Do, jaga keluargamu dengan baik. Papi sudah saatnya beristirahat dengan tenang," ujar Marcel.Aldo berlinangan air mata, begitupun Shella. Wajah Marcel sangat pucat. Ia menarik napas panjang, detik berikutnya tangan itu terkulai lemah."Pi!" teriak Aldo histeris."Ikhlaskan, Mas." Ayu memeluk Aldo."Opa! Jangan tinggalkan Arya!"Shella menjadi sesak menerima kenyataan sang suami telah tiada, ia pun pingsan. Namun, saat diperiksa, denyut nadi Shella juga sudah tak ada.Aldo dan Ayu sangat beduka, mereka kehilangan kedua orang tua sekaligus.Waktu berjalan. Pemakaman pun selesai.Ayu dan Aldo kembali dengan perasaan hampa.Arya yang menginjak usia remaja, kini ia sudah diajarkan tentang mengurus per
***Arya menoleh ke belakang, dan menatap Marsha tengah menunduk. Tiba-tiba ada perasaan iba di hati Arya.Detik berikutnya, Arya melanjutkan langkahnya menuju kelas."Aku bukan anak penjahat," gumam Marsha berlinangan air mata.Di sisi lain, Ayu mendapat musuh baru. Seorang pria seumuran dengannya menghadang jalan Ayu."Serahkan semua isi tasmu!" ucap Miky tukang palak yang kejam."Kalau saya tidak mau?" tanya Ayu dengan sorot mata menantang."Kau akan menyesal.""Saya tidak takut."Miky memecahkan kaca mobil dengan tabgan kosong. Tubuhnya kebal, pecahan kaca tak melukai kulitnya.Ayu tak gentar. Ia turun dengan tangan bergetar menahan amarah.Serahkan!" hardik Miky lagi.Ayu menggeleng pelan, Miky ingin merampas. Namun, Ayu menepis tangan Miky."Jangan harap bisa merampok saya!" bentak Ayu.Miky mulai kesal. Ia mencengkram tangan Ayu dengan keras."Lepas! Atau tanganmu in
***Ayu bersorak bangga, mendapati putra tampannya berhasil melumpuhkan Miky yang kebal.Sementara Miky terus meringis kesakitan. Matanya penuh darah. Anak panah Arya menancap tepat di bola mata Miky."Tolong! Saya mohon, tolong saya. Saya berjanji akan mengabdi pada kalian," ucap Miky."Tidak akan!" hardik Arya.Ayu tersenyum getir melihat sikap keras kepala anaknya. Namun, Ayu merasa iba pada Miky."Sayang, masuklah!" perintah Ayu."Baik, Bunda." Arya menurut."Pak Samsul, bawa dia ke dalam mobil. Kita ke rumah sakit sekarang!""Siap, Nyonya."Miky masuk ke dalam mobil, Ayu dan yang lain menuju rumah sakit."Bun, kenapa harus menolong penjahat ini," ujar Arya kesal."Dia sudah mengakui kesalahannya dan meminta maaf, sayang. Kita harus memberinya kesempatan. Lagi pula, Bunda tidak terluka," papar Ayu.Arya mengerti, sedangkan Miky terus meringis kesakitan. Selama ini ia kebal, dan tak pernah
***Hari berbilang bulan, bahkan bulan berganti tahun. Arya semakin tumbuh menjadi pria dewasa yang tampan. Kini Arya sudah mengambil alih Marcel Group. Namun, Ayu tetap mengawasi.Sedangkan Marsha, masuk dalam perguruan tinggi luar negeri. Nadin sengaja menjatuhkan Marsha dari kota ini.Sejak saat itu, Arya dan Marsha tak pernah bertemu sama sekali."Arya, Perusahaan yang di pusat kota ingin mengunjungi kita hari ini. Persiapkan semua berkasnya!" perintah Ayu."Baik, Bunda."Aris giat mengurus perusahaan. Sementara ingatan tentang Marsha mulai pudar.Akan tetapi Marsha di negeri orang masih memikirkan Arya. Ia enggan membuka diri pada lawan jenisnya di sana. Setiap jam pulang kampus, Marsha langsung kembali ke tempat tinggal yang disediakan Nadin.***Aldo semakin lemah, dan mulai sakit-sakitan. Ayu merawatnya di rumah. Ayu hanya sesekali saja ke kantor untuk mengecek keadaan."Mas, sebaiknya kita berobat ke