GADIS KECIL DI PELAMINANKU 54
"Ah, iya Bu, eh, Umi," ucapku tergagap.'Apa hanya perasaanku saja, ya. Sepertinya sejak tadi tatapannya Azzam selalu mengarah padaku. Ah, tidak. Mungkin pada Syila, karena anaknya itu berada tepat di sampingku.'
Kami berempat terlibat obrolan ringan. Azzam dan Papa lebih banyak membahas tentang pekerjaan. Keduanya memiliki perbedaan dalam bidang usaha mereka. Namun, Papa dan Azzam terlihat sangat nyambung dalam obrolannya.
Setelah puas bercengkrama, akhirnya Azzam dan ibunya pamit untuk pulang. Aku mengantar kepergian mereka sampai di depan rumah, karena Syila yang tidak ingin pulang dan ingin tetap bersamaku.
"Tante Nda, Cila pulang, ya. Tapi ... nanti main lagi, boleh?" tanya gadis itu.
"Boleh, Sayang. Cila, hati-hati, ya?" ujarku mencubit gemas pipi chubby Syila.
Syila dan Umi Fatma sudah masuk ke dalam mobil. Tinggal Azza
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 55"Mbak Yumna, apa kabar? Lama sekali tidak datang." Seorang pria berpakaian rapi menghampiriku dan Nabila."Kabar saya baik, Pa. Alhamdulillah," jawabku ramah."Ada apa, Mbak. Apa karyawan saya bikin ulah?" tanyanya padaku."Oh, tidak. Justru saya ingin karyawan Bapak, untuk menemani saya di sini, sampai teman saya datang. Bisa?" Aku melirik Nabila, sepertinya dia tidak suka dengan perkataanku."Oh, tentu. Silahkan, Mbak. Dengan senang hati," ujar pria berkemeja hitam itu.Nabila keberatan mengabulkan keinginanku. Namun, usahanya untuk menghindar dariku gagal. Pemilik kafe justru menyuruh Nabila untuk duduk bersamaku."Mbak Yumna ini tamu langganan kita. Jadi, perlakukan dia dengan baik, dan jangan pernah mengecewakan dia. Paham?" ucap pemilik kafe itu pada Nabila.Nabila mengangguk patuh. Setelahnya, pria pemilik kafe itu pergi meninggalkan aku dan Nabila.
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 56Aku mengurungkan niatku untuk menelpon Pak Joko, saat ada orang yang menyapaku. Andra, dia menepikan mobilnya dan turun menghampiriku."Mogok, Yum?" tanyanya lagi."Tuh, bannya bocor," kataku seraya menunjuk ban mobil yang kempes."Oh, bocor doang. Ada ban serep, enggak?""Ada kayaknya."Aku dan Andra pun mengambil ban mobil cadangan yang di simpan di dalam ruang bagasi. Sebenarnya hanya Andra yang mengambil, aku hanya bantu melihatnya saja.Tanpa banyak bicara lagi, Andra langsung melepaskan ban mobil yang bocor dan menggantinya dengan yang baru saja dia ambil dari belakang.Beberapa saat berkutat dengan ban mobil, akhirnya Andra selesai. Dan mobilku sudah bisa aku pakai kembali."Minum, Dra." Aku memberikan sebotol air mineral yang selalu tersedia di dalam mobilku."Ya, makasih, Yum." Andra menegaknya
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 57"Ada acara apa, kok tiba-tiba di depan rumah banyak mobil," ucapku saat sampai di depan rumah. Ada beberapa mobil yang terparkir di halaman rumah. Terhitung ada empat mobil asing yang tidak aku kenali.Mungkinkah tamu Papa?Aku tidak bisa memasukkan mobilku ke dalam, akhirnya aku memarkirkan mobil di depan gerbang rumah. Kemudian, aku turun dan dengan langkah perlahan, aku masuk ke dalam rumah.Eh, tapi tunggu, sepertinya memang ada yang aneh. Aku menarik kakiku yang sudah sampai di ambang pintu. Berjalan mondar-mandir dengan mengigit jari telunjukku.Aku ingat-ingat lagi tanggal berapa dan bulan berapa sekarang. Bukan, sekarang bukan ulang tahunku. Jika pun aku ulang tahun, pastinya Salsa akan selalu hadir. Tapi, di sini tidak ada mobil dia.Apa jangan-jangan, Papa ...?"Tidak, tidak mungkin Papa kenapa-napa, bukannya tadi Papa yang mengirimku pesan?"Mengin
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 58"Pak Zaka, gimana dengan tanggal pernikahannya? Kita bahas sekalian di sini saja, ya?" ujar Umi Fatma pada Papa.Pernikahan? Secepat itu?Aku harus bicara dengan Azzam. Terlalu cepat untuk kita menikah. Aku belum mengenal dia lebih jauh. Aku tidak tahu karakter dia yang sebenarnya."Pa, Umi, maaf, Yumna mau bicara dulu sama Azzam, bisa?" tanyaku.Azzam menatapku seolah menanyakan maksud dan tujuanku."Oh, boleh. Tapi, jangan terlalu dekat, ya. Ingat, belum halal." Umi Fatma mengingatkan aku dan putranya. Aku mengangguk paham, begitu pun dengan Azzam.Lagian, siapa juga yang mau dekat-dekat. Aku mau bicara karena harus ada yang diluruskan antara aku dan dia.
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 59Aku masih diam mematung saat Umi berteriak histeris memanggil ayah dari Syila. Aku syok. Tidak menyangka ini akan terjadi di kamarku.Ranjangku penuh dengan coretan lipstik. Semua perabotan dari meja riasku berpindah ke atas kasur. Bedak, parfum, skincare yang baru dua hari aku beli pun tak luput menjadi korban keanarkisan Nasyila.Sedangkan anak itu, ia tersenyum lebar saat ketahuan sedang mengaplikasikan alat make up milikku. Bukan hanya ranjang yang jadi korban, wajah dia pun menjadi tempat untuk menuangkan bakatnya dalam berhias.koleksi parfumku musnah. Uang belasan juta yang aku keluarkan untuk memenuhi meja riasku raib dalam sekejap.Dia baru calon anak. Tidak terbayangkan jika nanti dia sudah menjadi anakku.Aku menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya. Berjalan pelan menghampiri ranjang yang sudah sangat amat berantakan.Semakin aku mendekat, dadaku semaki
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 60"Yum, duduk di sini." Papa menepuk ruang kosong di sebelahnya.Aku mengangguk dan duduk di fofa di sebelah Papa."Ini, pakailah." Papa menyodorkan satu kotak kecil yang sedari tadi ia simpan di saku celananya."Ini punya siapa, Pa?""Punyamu, masa punya Papa. Itu dari Azzam, tadi belum sempat memberikan karena keburu riweuh sama anaknya, 'kan?"Aku membuka kotak kecil itu, ternyata isinya sebuah cincin yang sangat cantik. Senyumku terukir melihat barang mungil di dalam sana."Coba pakai, jangan diliatin terus," ujar Papa.Aku pun mengambil cincin itu dan memakaikannya ke jari manisku."Pas, lho Pa.""Berarti jodoh," ujar Papa terkekeh."Oh, iya Yum, dua bulan lagi pernikahanmu dengan Azzam digelar," ujar Papa lagi membuatku menoleh."Dua bulan lagi?" ujarku seraya membulatkan mata karena kaget.Papa
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 61Aku menarik tanganku yang hendak dia pegang. Seperti aku, dia pun kaget karena ternyata kita bertemu di tempat ini."Kamu, tidak apa-apa?" tanya Azzam.Aku hanya mengangguk tanpa melihatnya, mataku terus menatap pria yang kini masih bergeming di depanku. Benci, muak, rasanya aku ingin mendorong dia sampai dia jatuh dari lantai dua mall ini.Melihatnya, mengingatkanku pada kejadian saat penyekapan di vila. Aku memohon mengiba untuk dipulangkan, tapi dia dan ibunya kekeh ingin aku tetap di sana dengan tujuan yang sama dengan Surya. Yaitu, harta.Mendapatkan tatapan yang tiada henti dariku, Mas Daffa salah tingkah. Namun, bukannya pergi menjauh, dia malah nekad mencekal lenganku dan membawaku keluar dari toko parfum tadi."Mas, lepas. Sakit!"Dia tidak mendengarkanku, dia terus menyeretku hingga menjauh dari tempat itu. Sedangkan Azzam, ia tak hentinya memanggilku dan mengek
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 62Aku mengulum senyum melihat wajahnya. Dia sangat lucu. Duda satu anak tapi manisnya mengalahkan Oppa Korea. Jadi, ingin cepet-cepet dihalalin. Eh.Surat izin sudah aku pegang, aku tidak menunggu nanti untuk memborong kosmetik dan alat-alat make up yang aku butuhkan. Bagiku, ini sangat menyenangkan. Ternyata Syila membawa keberuntungan bagiku."Bang, Umi dan Syila di mana? Masa dari tadi kita belanja terus, tapi Umi dan Syila tidak ikut?"Aku tidak mau dicap sebagai menantu yang matre oleh mertua. Meskipun, kita ke sini juga karena usulan dari Umi, tapi tidak enak jika kita hanya jalan berdua sedangkan Umi dan Syila, tidak tahu keberadaannya di mana sekarang."Tadi Umi kirim pesan, mereka sedang ada di tempat makan. Katanya Syila lapar," jawab Azzam."Yaudah, yuk kita susul mereka ke sana.""Belanjanya sudah?" tanyanya."Sudah, aku
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 72Dalam kebingunganku, tiba-tiba Azzam melepaskan sabuk pengamannya, ia menarik tanganku dan memeluk tubuhku. Menyandarkan kepalaku di dadanya."Maaf, ya tadi aku teriak di depanmu, dan bikin kamu takut," ujarnya seraya mengusap kepalaku.Oh, ternyata dia mengerti kegelisahanku. Aku pun membalas pelukannya dengan menganggukkan kepala.Setelah mengecup kepalaku singkat, Azzam kembali memakai sabuk pengamannya, dan melajukan mobil."Mau mampir dulu, enggak?" tanyanya."Ke mana?""Ke mana aja. Kamu maunya ke mana, aku ikutin," ujarnya melirikku seraya tersenyum.Mendadak aku teringat pada Nabila. Sejak mengantarkan dia ke madrasah, aku tidak pernah tahu lagi keadaan dia. Juga tidak pernah bertukar kabar dengannya.Rasanya aku ingin sekali melihatnya. Bagaimana keadaan dia sekarang, dan kehidupan dia sesudah keluar dari rumah Mama
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 71"U—Umi?""Jangan seperti itu, Yumna." Umi berucap dengan manatapku lekat."Maaf, Umi.""Ayo, ikut Umi."Umi menuntunku ke belakang rumah. Hatiku jadi tidak karuan, pastinya Umi akan memarahi aku karena niatku jailku tadi."Kamu mau mengerjai Rahma, 'kan?" tanya Umi."Maaf, Umi. Yumna, tidak suka karena tadi dia mendekati Bang Azzam," jawabku pelan."Iya, intinya tadi kamu mau ngerjain Rahma, 'kan?"Aku mengangguk lemah."Bukan pakai itu, caranya." Umi mengambil bubuk cabe dari tanganku. "Tapi, dengan itu," tunjuk Umi pada ulat bulu yang berada dalam toples.Aku membulatkan mata, tidak percaya dengan apa yang Umi lakukan."M—maksud Umi?""Kita kerjain dia pakai itu. Ini memang salah, tapi Umi sudah empet banget sama Rahma. Beberapa kali sudah Umi bilang, kalau datang ke sini harus
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 70"Maaf, Umi. Yumna tidak bisa bantu menyiapkan sarapan," ucapku pada Umi pagi ini.Bagiamana aku bisa membantu Umi, kalau Azzam tidak membiarkanku keluar kamar setelah salat subuh tadi. Dia mengurungku dengan alasan kami adalah pengantin baru."Tidak apa-apa, Yumna. Ayo duduk, kita sarapan bareng."Aku mengangguk, mulai melayani suamiku di meja makan. Setelah makanan untuk Azzam sudah siap, aku duduk di samping Syila yang sedang menikmati sarapannya."Nda, yambutnya basah, ya? Tuh, keyudung Nda jadi ikutan basah."Sontak saja, semua mata kini tertuju padaku yang terkena serangan rasa malu. Jangankan untuk menjawab, menelan ludah pun rasanya sulit. Bibir Syila membongkar segalanya. Ketahuan juga jika aku baru saja mandi sebelum turun untuk sarapan.Jika Umi hanya tersenyum menanggapi celotehan cucunya, beda lagi dengan Azzam y
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 69Kakiku mendekati ranjang. Rasanya begitu berbeda dengan sebelumnya. Aku merasa gugup dan bingung harus berbuat apa.Haruskah aku loncat ke atas ranjang?Ah, memalukan!Apa aku harus pura-pura ke kamar mandi untuk menghilangkan kegugupan ini?Terlambat. lututku sudah mentok menyentuh ranjang.Ya Allah, bisakah malam ini mati lampu, agar dia tidak bisa melihat wajahku yang sudah terasa memanas ini?Pinggulku sudah menyentuh ranjang. Aku duduk dengan kaki yang masih menjuntai ke bawah. Sedangkan dia, dia terus saja menatapku tanpa berkedip.Itu mata emang gak pedih, ya?Detak jantungku bertalu-talu saat kurasakan ranjang di sebelahku bergoyang. Dia bergerak merangkak semakin dekat dan .... Azzam menyimpan kepalanya di pangkuanku.Aku bisa bernapas lega, tapi desiran halus kini kurasakan kembali saat dia mengambil tanganku lalu diletakkan di k
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 68"Dra, yang mau menjalani rumah tangga itu kamu, bukan Umi. Jadi, pandai-pandailah mengenali karakter dan sifat seseorang yang akan kamu jadikan istri. Umi tidak bisa menjawab pertanyaan kamu, karena Umi pun, belum mengenal Salsa itu. Mungkin nanti kamu bawa dia ke sini, kenalkan sama Umi," ujar Umi panjang lebar.Salsa itu orangnya baik, cuma memang bicaranya saja yang suka nyablak dan sesuka bibirnya kalau berucap."Sayang, sudah sarapannya? Kita jalan-jalan, yuk!"Azzam bicara padaku, aku pun mengangguk karena memang sarapanku sudah habis."Hadeuh ... terus saja terus, bikin ubun-ubunku tambah ngebul!" ujar Andra yang melihat kemesraan aku dan Azzam.Tanpa mendengarkan ledekan adiknya, Azzam menggandengku dan Syila untuk pergi. Setelah sebelumnya kita berpamitan kepada Umi terlebih dahulu.Aku tidak mau bertanya ke mana di
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 67"TIDAK!!""Sssttt ... kok, malah teriak?"Aku menutup mulutku rapat-rapat dengan telapak tangan.Oh, ya ampun, ternyata aku hanya berhalusinasi! Ternyata kita belum melakukan apa-apa. Azzam yang tadi mengulurkan tangannya, kini menariknya kembali. Aku menoleh ke sampingku, melihat gadis kecil itu yang masih terlelap dalam tidurnya.Azzam bangkit dan menghampiriku, ia duduk di pinggir ranjang, tepat di sampingku yang tengah mengatur napas."Kenapa?" tanyanya."Jangan, Bang. Kita tidak bisa melakukannya sekarang, aku tidak mau apa yang ada dalam bayanganku jadi kenyataan. Serem, Bang."Azzam menautkan alis. Dia tidak paham dengan apa yang aku katakan."Maksudnya? Emang kamu membayangkan apa?"Aku pun menceritakan apa yang aku bayangkan tadi. Namun, diluar dugaan. Azzam malah tertawa. Ia sampai menutup mulut menggunakan telapak tangan agar tawanya
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 66"Maaf, Sayang. Mendingan, Syila sekarang bobok, ya. Udah malem, lho." Azzam membujuk putrinya.Syila menggelengkan kepala. Dia menolak untuk tidur, dengan alasan belum mengantuk.Sedangkan aku, aku hanya menjadi penonton drama antara anak dan ayah itu. Sesekali aku tertawa melihat Azzam yang berusaha membuat Syila tidur. Ia menggendong putrinya, dan mengayun tubuh kecil itu. Namun, bukannya tidur, Syila malah merengek ingin turun. Setelah diturunkan, Syila lari ke arahku dan memeluk tubuhku."Ayah, nakal, Nda." Syila mengadu sembari mengusap rambutnya yang menghalangi wajahnya."Nanti, Bunda jewer telinga, Ayah, ya? Sekarang, Syila bobok dulu, ini sudah malam," kataku dengan lembut.Syila mendongak, mata bulatnya menatapku. Perlahan, dia mengangguk dan berkata, "Tapi, boboknya sama Nda, ya?"Aku melirik ke arah Azzam. Dia memberik
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 65DUA BULAN KEMUDIANCinta bisa membuat manusia terlena, cinta menjanjikan hidup jadi kian berwarna. Namun, cinta juga bisa membuat hati kecewa dan terluka.Berwarna, kecewa dan terluka telah aku alami dalam mengenal cinta. Setelah luka itu sirna, kini aku kembali merasakan indahnya jatuh cinta. Bersama dia yang kini sedang menggenggam tanganku erat."Haus?" Dia bertanya.Aku menggeleng sebagai tanda jawaban."Mau makan?"Kembali aku menggeleng tanda penolakan."Terus, maunya apa?" Dia kembali bertanya.Mauku adalah, dia tetap seperti ini. Bersikap manis dan lembut disetiap waktu. Selalu menggenggam tanganku hingga kulitku kian mengendur."Loh, kok malah senyam-senyum." Dia mengusap pipiku yang tertutup hiasan make up.Bukan hanya saling senyum, kini kita malah tertawa bersama seolah telah menemukan sesua
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 64"Maksudnya apaan, tuh kemping?" tanya Salsa penasaran."Eng–enggak, kok. Tasya memang suka ngaco. Tasya makan baksonya lagi, ya?" ujar Nabila pada anaknya.Seperti yang menghindar, Nabila malah memilih untuk memakan bakso yang tersaji di depannya, ketimbang menjawab pertanyaan Salsa.Anak kecil itu jujur, dan aku yakin jika jawaban Tasya tadi memang apa adanya. Tapi, apa yang dimaksud kemping? Apa jangan-jangan mereka tidur di emperan? Seketika dadaku berdenyut, membayangkan jika yang aku pikirkan memang benar adanya."Bil, kamu dan Tasya tidak tidur di emperan 'kan?" tanyaku membuat Nabila menghentikan suapannya."Tid—""Jangan bohong, jawab aja yang jujur. Kali aja kita bisa bantuin, lo." Salsa kembali berucap."Aku tidur di taman," jawab Nabila akhirnya."Hah! Lo, kagak salah? Kasihan anak, lo nanti dia keding