GADIS KECIL DI PELAMINANKU 35
"Siapa?"
"Bibi, Neng!"
Meski dengan terpaksa, aku turun dari tempat tidur untuk membukakan pintu.
"Boleh Bibi masuk?" tanya Bibi saat aku sudah membukakan pintu.
Aku menggeser tubuhku, memberikan ruang untuk bibi berjalan masuk ke kamar. Kemudian, aku menutup pintu kembali setelah Bibi sudah berada di dalam kamarku.
"Ini susunya diminum, ya Neng Geulis." Bibi menyimpan susu di atas nakas.
"Makasih, Bi."
Wanita seumuran Mama itu kini menghampiriku dan duduk di pinggir ranjang. Tangannya terulur mengelus pundakku yang meringkuk di sana.
"Kenapa, Neng?"
"Gak papa, Bi!"
"Maaf, tadi Bibi se
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 36"Teh, anakmu membenciku sekarang. Dia menganggapku sebagai perebut suami kita. Dia tidak mempercayaiku lagi, Teh."Aku masih berdiri di belakangnya, mendengarkan apa yang ia adukan pada kakak madunya."Yumna marah padaku, Teh. Dia pasti akan sangat membenciku setelah ini. Aku harus bagaimana, Teh? Aku tidak mau kehilangan kasih sayang Yumna, aku tidak mau jika nanti dia malah menganggapku orang lain."Mendengar Mama menangis tergugu, aku pun tidak tahan dan akhirnya air mataku keluar juga. Perlahan, aku mendekati Mama, kuusap pundaknya yang bergetar akibat menangis."Yumna, tidak membenci Mama. Maafkan Yumna, Ma!""Ya Allah, Nak. Kamu ke sini?" Mama berbalik menghadapku. Ia begitu kaget
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 37Sudah satu jam lamanya sejak aku menemukan anak ini dan duduk di kafe ini, tapi tidak satu dari yang ada di sini, menanyakan atau mengambil anak perempuan yang kini tengah tidur di gendonganku.Tadi, anak yang menyebut dirinya Cila, ini meminta makan dan minum. Sepertinya, anak ini sudah sangat lama berpisah dari ibunya hingga ia kelaparan dan kehausan."Yum, kok lama banget gak ada yang cari anak ini, kita bawa pulang aja, deh kalau kamu gak mau kasih anak ini ke satpam." Aku menggaruk kepalaku yang terhalang pasmina plisket.Bingung, jika aku simpan anak ini di satpam, takutnya dia akan menangis karena tidak kenal mereka. Sedangkan bersamaku sekarang, dia sudah tenang."Kasihan, Ma, kalau kita tinggal di sini. Kita bawa pulang aja gimana? Nanti kita bantu carikan orang tuanya jika kita sudah di rumah," usulku pada Mama.Tidak mungkin juga aku harus berdiam sepanjan
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 38"Yum, pria tadi ngejar kita. Ada apa, ya?" ujar Mama.Aku menoleh sebentar ke belakang, lalu kembali berjalan lurus tanpa ingin berhenti. Hingga akhirnya dia memanggil lagi."Mbak, belanjaannya ketinggalan!"Aku berhenti dan melirik ke arah Mama. Sepertinya Mama pun punya pikiran yang sama denganku. Ia tersenyum seraya mengangkat kedua tangannya yang hanya membawa tas tangan miliknya.Aku mengusap wajah menyadari jika aku dan Mama sama-sama lupa dengan belanjaan yang kita beli tadi."Ini Bu, belanjaannya. Maaf, untuk yang tadi." Pria itu memberikan beberapa paper bag kepada Mama."Iya, sudah kami maafkan. Kami juga minta maaf dan terima kasih, sudah merepotkan Tuan, dengan mengantarkan
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 39"Papa, kok bisa sama mereka. Ngapain?" Aku langsung bertanya saat sudah berada satu ruangan dengan mereka."Hanya kebetulan, Papa datang ke sini untuk menyuruh kamu memilihkan gaun pesta yang bagus buat kamu, juga Mamamu. Malam ini kita akan mengadakan pesta ulang tahun perusahaan kita," jawab Papa.Aku menjatuhkan bokongku pada sofa di samping Papa. Melihat dia wanita di depan sana yang tengah memilih dan memilah gaun rancanganku.Mama Arum dan Nabila. Mereka ada di butikku saat ini."Eh, calon mantan menantu, apa kabar?" sapa Mama Arum saat melihatku."Baik, Ma. Mama apa kabar?" tanyaku balik."Baik, dong. Makanya Mama sekarang bisa ke sini. Yumna, Mama masih berharap jika kamu mau kembali pada Daffa. Kamu lebih pantas menja
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 40"Dilamar?""Iya, Yum. Seneng banget, deh gue. Ya, meskipun belum resmi, sih, baru dari omongan saja. Tapi, serius, gue seneng banget."Viona, ia datang ke butik dengan membawa kabar bahagianya. Baru saja di putusin sama pacarnya, sekarang dia sudah punya penggantinya. Dilamar pula. Sedang aku? Aku masih saja terjebak dalam rasa masa lalu.Setelah selesai memilih pakaian, Mama dan Papa pulang dari butikku. Sedangkan aku memilih tetap di sini. Tidak lama kemudian, Viona datang dengan membawa kabar yang membahagiakan."Eh, kenalin ke gue, dong. Siapa, sih cowoknya?" Aku dibuat semakin penasaran tentang siapa pria yang sudah melamar sahabatku itu."Gue malu bilangnya. Sebenarnya, lo kenal juga sama dia, Yum. Mak
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 41Aku memalingkan wajah saat tahu siapa yang hendak bersalaman denganku. Dia, pria dingin dan angkuh yang tadi pagi aku temui di mall. Lebih tepatnya, dia ayah dari anak kecil yang aku temukan."Kalian sudah saling kenal?" tanya wanita yang aku yakini ibu dari pria itu."Kenal di mana?" tanya Papa padaku."Itu, loh Pa. Tadi pagi kita ketemu di mall. Kebetulan, Nak Azzam ini ayah dari anak kecil yang kita tolong di mall." Mama menjelaskan yang kami alami tadi pagi."Oh, jadi Yumna, penolong yang kamu ceritain ke Mama, Zam?" Wanita yang memakai hijab lebar itu menoleh pada putranya, mencari jawaban tentang yang ia tanyakan.Lelaki bernama Azzam itu hanya mengangguk singkat dan langsung memalingkan wajah."Oalah, pantas kamu ngomong kayak gitu,
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 42"Selamat malam untuk Bapak Direktur Utama PT. Teh Ayu. Yakni, Bapak Zakaria beserta keluarga. Selamat malam juga untuk para tamu undangan yang sudah hadir di sini. Ijinkan saya untuk menyampaikan beberapa susunan acara yang akan kami selenggarakan malam ini.1. Pembukaan.2. Penyambutan oleh Bapak Direktur.3. Pemotongan kue.4. Hiburan dan makan bersama.5. Beberapa permainan oleh karyawan.6. Penutupan.Untuk yang pertama, ialah acara pembukaan.Pertama-tama, mari kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga malam ini kita bisa berkumpul bersama dalam acara ulang tahun PT. Teh Ayu yang ke dua puluh tiga. Yang tidak lain adalah perusahaan teh terbesar di kota ini.Yang kedua, ialah acara penyambutan yang akan disampaikan Bapak Zakaria selaku pemilik perus
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 43Tubuhku limbung dan ambruk setelah ada benda besar yang menghantamku. Sakit, perih, sepertinya ada darah yang merembes keluar dari tubuhku.Dalam kegelapan ini aku sudah tidak berdaya. Tubuhku tidak bisa aku gerakan. Perlahan, tubuhku terasa melayang dan kesadaranku menghilang.Setitik cahaya membuatku tersadar, perlahan aku membuka mata hingga semuanya terlihat kembali terang. Aku menarik napas panjang seraya memindai ruangan yang serba putih ini.'Mungkinkah aku berada di rumah sakit? Ah, ya pasti.''Namun kenapa tidak ada orang menungguiku di sini?''Papa, Mama, ke mana mereka?'Aku mencoba untuk bangun, tapi sakit di kepalaku membuatku tidak berdaya. Aku memilih tetap berbaring seraya terus mengingat kejadian malam itu.Ceklek!Pintu terbuka, seseorang masuk dan menghampiriku. Aku merasa lega, ternyata Surya yang datang.
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 72Dalam kebingunganku, tiba-tiba Azzam melepaskan sabuk pengamannya, ia menarik tanganku dan memeluk tubuhku. Menyandarkan kepalaku di dadanya."Maaf, ya tadi aku teriak di depanmu, dan bikin kamu takut," ujarnya seraya mengusap kepalaku.Oh, ternyata dia mengerti kegelisahanku. Aku pun membalas pelukannya dengan menganggukkan kepala.Setelah mengecup kepalaku singkat, Azzam kembali memakai sabuk pengamannya, dan melajukan mobil."Mau mampir dulu, enggak?" tanyanya."Ke mana?""Ke mana aja. Kamu maunya ke mana, aku ikutin," ujarnya melirikku seraya tersenyum.Mendadak aku teringat pada Nabila. Sejak mengantarkan dia ke madrasah, aku tidak pernah tahu lagi keadaan dia. Juga tidak pernah bertukar kabar dengannya.Rasanya aku ingin sekali melihatnya. Bagaimana keadaan dia sekarang, dan kehidupan dia sesudah keluar dari rumah Mama
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 71"U—Umi?""Jangan seperti itu, Yumna." Umi berucap dengan manatapku lekat."Maaf, Umi.""Ayo, ikut Umi."Umi menuntunku ke belakang rumah. Hatiku jadi tidak karuan, pastinya Umi akan memarahi aku karena niatku jailku tadi."Kamu mau mengerjai Rahma, 'kan?" tanya Umi."Maaf, Umi. Yumna, tidak suka karena tadi dia mendekati Bang Azzam," jawabku pelan."Iya, intinya tadi kamu mau ngerjain Rahma, 'kan?"Aku mengangguk lemah."Bukan pakai itu, caranya." Umi mengambil bubuk cabe dari tanganku. "Tapi, dengan itu," tunjuk Umi pada ulat bulu yang berada dalam toples.Aku membulatkan mata, tidak percaya dengan apa yang Umi lakukan."M—maksud Umi?""Kita kerjain dia pakai itu. Ini memang salah, tapi Umi sudah empet banget sama Rahma. Beberapa kali sudah Umi bilang, kalau datang ke sini harus
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 70"Maaf, Umi. Yumna tidak bisa bantu menyiapkan sarapan," ucapku pada Umi pagi ini.Bagiamana aku bisa membantu Umi, kalau Azzam tidak membiarkanku keluar kamar setelah salat subuh tadi. Dia mengurungku dengan alasan kami adalah pengantin baru."Tidak apa-apa, Yumna. Ayo duduk, kita sarapan bareng."Aku mengangguk, mulai melayani suamiku di meja makan. Setelah makanan untuk Azzam sudah siap, aku duduk di samping Syila yang sedang menikmati sarapannya."Nda, yambutnya basah, ya? Tuh, keyudung Nda jadi ikutan basah."Sontak saja, semua mata kini tertuju padaku yang terkena serangan rasa malu. Jangankan untuk menjawab, menelan ludah pun rasanya sulit. Bibir Syila membongkar segalanya. Ketahuan juga jika aku baru saja mandi sebelum turun untuk sarapan.Jika Umi hanya tersenyum menanggapi celotehan cucunya, beda lagi dengan Azzam y
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 69Kakiku mendekati ranjang. Rasanya begitu berbeda dengan sebelumnya. Aku merasa gugup dan bingung harus berbuat apa.Haruskah aku loncat ke atas ranjang?Ah, memalukan!Apa aku harus pura-pura ke kamar mandi untuk menghilangkan kegugupan ini?Terlambat. lututku sudah mentok menyentuh ranjang.Ya Allah, bisakah malam ini mati lampu, agar dia tidak bisa melihat wajahku yang sudah terasa memanas ini?Pinggulku sudah menyentuh ranjang. Aku duduk dengan kaki yang masih menjuntai ke bawah. Sedangkan dia, dia terus saja menatapku tanpa berkedip.Itu mata emang gak pedih, ya?Detak jantungku bertalu-talu saat kurasakan ranjang di sebelahku bergoyang. Dia bergerak merangkak semakin dekat dan .... Azzam menyimpan kepalanya di pangkuanku.Aku bisa bernapas lega, tapi desiran halus kini kurasakan kembali saat dia mengambil tanganku lalu diletakkan di k
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 68"Dra, yang mau menjalani rumah tangga itu kamu, bukan Umi. Jadi, pandai-pandailah mengenali karakter dan sifat seseorang yang akan kamu jadikan istri. Umi tidak bisa menjawab pertanyaan kamu, karena Umi pun, belum mengenal Salsa itu. Mungkin nanti kamu bawa dia ke sini, kenalkan sama Umi," ujar Umi panjang lebar.Salsa itu orangnya baik, cuma memang bicaranya saja yang suka nyablak dan sesuka bibirnya kalau berucap."Sayang, sudah sarapannya? Kita jalan-jalan, yuk!"Azzam bicara padaku, aku pun mengangguk karena memang sarapanku sudah habis."Hadeuh ... terus saja terus, bikin ubun-ubunku tambah ngebul!" ujar Andra yang melihat kemesraan aku dan Azzam.Tanpa mendengarkan ledekan adiknya, Azzam menggandengku dan Syila untuk pergi. Setelah sebelumnya kita berpamitan kepada Umi terlebih dahulu.Aku tidak mau bertanya ke mana di
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 67"TIDAK!!""Sssttt ... kok, malah teriak?"Aku menutup mulutku rapat-rapat dengan telapak tangan.Oh, ya ampun, ternyata aku hanya berhalusinasi! Ternyata kita belum melakukan apa-apa. Azzam yang tadi mengulurkan tangannya, kini menariknya kembali. Aku menoleh ke sampingku, melihat gadis kecil itu yang masih terlelap dalam tidurnya.Azzam bangkit dan menghampiriku, ia duduk di pinggir ranjang, tepat di sampingku yang tengah mengatur napas."Kenapa?" tanyanya."Jangan, Bang. Kita tidak bisa melakukannya sekarang, aku tidak mau apa yang ada dalam bayanganku jadi kenyataan. Serem, Bang."Azzam menautkan alis. Dia tidak paham dengan apa yang aku katakan."Maksudnya? Emang kamu membayangkan apa?"Aku pun menceritakan apa yang aku bayangkan tadi. Namun, diluar dugaan. Azzam malah tertawa. Ia sampai menutup mulut menggunakan telapak tangan agar tawanya
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 66"Maaf, Sayang. Mendingan, Syila sekarang bobok, ya. Udah malem, lho." Azzam membujuk putrinya.Syila menggelengkan kepala. Dia menolak untuk tidur, dengan alasan belum mengantuk.Sedangkan aku, aku hanya menjadi penonton drama antara anak dan ayah itu. Sesekali aku tertawa melihat Azzam yang berusaha membuat Syila tidur. Ia menggendong putrinya, dan mengayun tubuh kecil itu. Namun, bukannya tidur, Syila malah merengek ingin turun. Setelah diturunkan, Syila lari ke arahku dan memeluk tubuhku."Ayah, nakal, Nda." Syila mengadu sembari mengusap rambutnya yang menghalangi wajahnya."Nanti, Bunda jewer telinga, Ayah, ya? Sekarang, Syila bobok dulu, ini sudah malam," kataku dengan lembut.Syila mendongak, mata bulatnya menatapku. Perlahan, dia mengangguk dan berkata, "Tapi, boboknya sama Nda, ya?"Aku melirik ke arah Azzam. Dia memberik
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 65DUA BULAN KEMUDIANCinta bisa membuat manusia terlena, cinta menjanjikan hidup jadi kian berwarna. Namun, cinta juga bisa membuat hati kecewa dan terluka.Berwarna, kecewa dan terluka telah aku alami dalam mengenal cinta. Setelah luka itu sirna, kini aku kembali merasakan indahnya jatuh cinta. Bersama dia yang kini sedang menggenggam tanganku erat."Haus?" Dia bertanya.Aku menggeleng sebagai tanda jawaban."Mau makan?"Kembali aku menggeleng tanda penolakan."Terus, maunya apa?" Dia kembali bertanya.Mauku adalah, dia tetap seperti ini. Bersikap manis dan lembut disetiap waktu. Selalu menggenggam tanganku hingga kulitku kian mengendur."Loh, kok malah senyam-senyum." Dia mengusap pipiku yang tertutup hiasan make up.Bukan hanya saling senyum, kini kita malah tertawa bersama seolah telah menemukan sesua
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 64"Maksudnya apaan, tuh kemping?" tanya Salsa penasaran."Eng–enggak, kok. Tasya memang suka ngaco. Tasya makan baksonya lagi, ya?" ujar Nabila pada anaknya.Seperti yang menghindar, Nabila malah memilih untuk memakan bakso yang tersaji di depannya, ketimbang menjawab pertanyaan Salsa.Anak kecil itu jujur, dan aku yakin jika jawaban Tasya tadi memang apa adanya. Tapi, apa yang dimaksud kemping? Apa jangan-jangan mereka tidur di emperan? Seketika dadaku berdenyut, membayangkan jika yang aku pikirkan memang benar adanya."Bil, kamu dan Tasya tidak tidur di emperan 'kan?" tanyaku membuat Nabila menghentikan suapannya."Tid—""Jangan bohong, jawab aja yang jujur. Kali aja kita bisa bantuin, lo." Salsa kembali berucap."Aku tidur di taman," jawab Nabila akhirnya."Hah! Lo, kagak salah? Kasihan anak, lo nanti dia keding