Share

34a. Kecelakaan

last update Last Updated: 2023-04-19 07:27:16

"Jadi, apa kau masih berpikir untuk membiarkanku membawa mantanku ke dalam pernikahan kita."

Anne seketika menggeleng dengan tegas meski nuraninya sebagai sesame wanita terhadap Esther tersentil. Dengan posisinya saat ini, ia tak bisa lepas dari pernikahan. Karena Luciano menginginkan demikian, pun karena kedua orang tuanya.

Kepuasan Luciano terlihat jelas dari seringai pria itu akan pilihan yang diputuskan oleh Anne. "Pilihan yang bagus, Anne."

Bagi Anne itu bukan pilihan yang bagus, melainkan pilihan terbaik yang bisa diambilnya saat ini.

"Jadi, apa kau tahu apa yang perlu kau lakukan dengan pilihanmu, kan?"

'Merelakan Eshan, merelakan perasaan apa pun yang masih tersisa di hatinya untuk Eshan, membuang jauh-jauh harapan dalam hubungan mereka.' Ya, itulah yang harus dilakukannya. Anne pun mengangguk, dengan runtuhan perasaannya yang berserakan dalam usahanya untuk merelakan.

Sekali lagi seringai kepuasan tersungging di ujung bibir Luciano. Tangannya mendorong punggung Anne untuk sem
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   34b. Kecelakaan

    Sesampai di rumah sakit, Faraz dan Anne menunggu di ruang operasi sudah lebih dari dua jam. Tetapi pintu ganda putih yang ada di hadapan mereka sama sekali tak bergerak sejak setengah jam yang lalu ketika salah satu perawat keluar karena kekurangan stok darah."Bersihkan dirimu, Anne." Faraz mengulurkan kantong berisi pakaian ganti untuk wanita itu. Yang dimintanya dari anak buah Luciano untuk mengambilkan di rumah.Anne mengerjapkan matanya dan terbangun dari lamunannya. Menunduk dan menatap kantong yang diletakkan Faraz di pangkuannya. Saat itulah ia menyadari pakaiannya yang berlumuran darah, berikut di tangannya dengan darah yang sudah mengering."Setelah membersihkan diri, kau harus menemui dokter untuk diperiksa dan memastikan kau benar-benar tidak terluka.""Aku tidak membutuhkannya. Aku baik ...""Lakukanlah untukku." Ada permohonan dalam suara Faraz. "Jika sesuatu terjadi padamu dan aku tidak melakukan apa pun untuk mencegahnya, Luciano akan melemparkan semua kesalahan padaku

    Last Updated : 2023-04-19
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   35a. Kabar Di Tengah Kekacauan

    “Apa yang terjadi? Bagaimana semua ini bisa terjadi?” Esther melangkah menyeberangi ruangan dan berhenti tepat di samping Anne. Kedua tangan wanita itu seketika menggenggam tangan Luciano dengan air mata yang mengalir di pipi. “Maaf aku baru datang. Aku baru mendengar kecelakaanmu ketika bangun tadi pagi dan langsung ke sini.” Luciano hanya terdiam, mengamati kepanikan yang menyelimuti wajah Esther. Bergantian dengan raut keheranan di wajah Anne. “Apa yang dikatakan oleh dokter? Kudengar kau berada di ruang operasi selama tiga jam. Kenapa tidak ada yang menghubungiku?” Luciano ingin menarik tangannya dari genggaman Esther, tetapi lengannya terasa lemah dan ia benci merasa tak berdaya seperti ini. Sepertinya pengaruh obat bius, ia pun mencoba mengurai genggaman tangan Esther dengan tangannya yang lain. Dan saat itulah pintu kembali terbuka dan dokter melangkah masuk. “Tuan, Anda sudah bangun?” Dokter itu bergegas memeriksa dan menanyakan beberapa hal setelah Anne melangkah mundur u

    Last Updated : 2023-04-20
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   35b. Kabar Di Tengah Kekacauan

    Saat masih sibuk mencuci mukanya dari bekas muntahan, Anne mendengar namanya dipanggil dari luar pintu toilet. Ia pun bergegas keluar agar Eshan tidak membuat keributan lebih banyak lagi. Pria itu benar-benar memperhatikannya dengan sangat berlebihan. "Aku sudah menyuruhmu untuk menunggu, Anne," sergah Eshan dengan raut yang diselimuti kepanikan. Memegang kedua pundak Anne dan semakin digelisahkan oleh wajah Anne yang pucat pasi seperti mayat. Bahkan kedua mata wanita itu tampak sangat sayu. “Ayo.” Eshan pun membawa Anne kembali ke ranjang pasien. Dengan salah satu teman dokternya yang sudah menunggu. Anne tak bisa menolak. Sepertinya ia memang butuh istirahat lebih lama sebelum pulang ke rumah. Dokter tersebut memeriksa detak jantung, tekanan darah, dan menanyakan semua keluhan Anne. "Mual, muntah, pusing? Apakah Anda sedang hamil?" tanya dokter tersebut sembari melepaskan benda di lengan atas yang baru saja digunakan untuk memeriksa tekanan darahnya. Tubuh Anne seketika membeku

    Last Updated : 2023-04-20
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   36. Mencoba Menerima Kehamilan

    Sampai di depan pintu ruang perawatan Luciano, Anne berpapasan dengan Esther yang baru saja menutup pintu di belakangnya. Pandangan keduanya bertemu untuk sesaat dan Esther melangkah mendekat lebih dulu. “Apakah Eshan sudah menceritakan semuanya padamu?” Tak ada gurat keramahan yang tersisa di wajah Esther. “Alasan yang mendasari pembatalan pertunangan kami.” Anne tak menjawab. Tentu saja yang dimaksud oleh Esther adalah tentang siapa wanita itu sebenarnya di sisi Luciano. Dan ia pun tak ingin mengangguk. Berhadapan dengan Esther belum pernah terasa secanggung ini, bahkan ketika wanita itu diperkenalkan sebagai calon tunangan Eshan. “Aku ingin kau melepaskannya, Anne. Dia memutuskan hubungan kami karena melindungiku. Itulah alasannya menolak kembali padaku meski ingatanku telah kembali. Tapi … aku tak akan menyerah. Aku akan terus berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa hubungan kami memiliki harapan.” Anne semakin kehilangan kata-kata. Esther mendesah pelan. “Luciano masih tak b

    Last Updated : 2023-04-21
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   37a. Terbakar Cemburu

    Seolah belum cukup Anne merasa dipermalukan oleh Luciano setelah membantu pria itu buang air kecil, sekarang pria itu malah menyuruhnya untuk mengganti pakaiannya."Apa yang kau tunggu, Anne? Kau ingin aku menyuruh perawat atau wanita lain untuk mengganti pakaianku," pintah Luciano melihat Anne yang tetap bergeming ketika ia menyuruhnya untuk membuka pakaiannya.Anne ingin mengangguk, tetapi baru saja kepalanya hendak bergerak Luciano sudah menggeram rendah dengan tatapan peringatan."Setelah semua yang kulakukan untukmu, inikah yang kudapatkan darimu?" dengus Luciano tajam.Anne menelan ludahnya dan bergerak selangkah lebih dekat. Wajah Anne menunduk dalam ketika melepaskan kancing baju pasien yang dikenakan oleh Luciano. Tentu saja ia tak akan berkutik dengan ancaman pria itu yang satu ini.Luciano menekan kekesalannya akan keraguan Anne terhadap dirinya. Ia masih bisa merasakan penolakan Anne, bahkan setelah segala hal yang dilakukannya pada wanita itu. Ya, tentu saja wanita itu ma

    Last Updated : 2023-04-23
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   37b. Terbakar Cemburu

    Luciano hanya mendengus mendengar rekaman yang baru saja dimatikan oleh Esther. Ada kepuasan di wajah Esther, yang tentu saja ada alasannya. Ia tak akan menyangkal betapa kosongnya pernikahannya dan Anne. "Kau tidak bisa menahan seseorang yang tidak menginginkanmu dan mencampakkanku yang justru masih mencintaimu, Luciano.""Kenapa kau masih tak memahami situasi ini, Esther? Kenapa hatimu begitu sulit menerima kenyataan yang terjadi?""Apa yang kau inginkan darinya yang tidak bisa kuberikan padamu?"Salah satu alis Luciano terangkat. "Kau sungguh ingin tahu?""Ya, aku butuh instropeksi diri untuk memperbaiki kesalahan sehingga kau mencampakkanku, kan? Meski aku yakin alasanmu adalah untuk melindungiku."Cukup lama Luciano menatap dalam-dalam kedua mata Esther sebelum menjawab dengan keseriusan. "Lionel sudah kembali."Kedua mata Esther melebar. Ada ketakutan yang mulai menggetarkan hatinya ketika benaknya dipenuhi ruangan yang begitu gelap. Kedua matanya ditutup dengan kain hitam dan

    Last Updated : 2023-04-23
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   38a. Esther vs Reene

    Reene melangkah keluar dari lift dengan terburu. Tetapi kemudian langkahnya terhenti ketika melihat sosok familiar yang juga baru saja keluar dari lift di sampingnya. Wajahnya seketika memucat oleh rasa kesal mengenali wanita itu adalah Esther."Esther?" panggil Reene tanpa sadar, yang menghentikan langkah Esther. Pandangannya mengamati penampilan Esther dari ujung kepala hingga ujung kaki. Banyak perubahan yang terjadi sejak terakhir kali mereka bertemu, yang membuat Reene diserbu rasa iri karena perubahan tersebut membuatnya semakin tersaingi. Esther jelas terlihat lebih cantik dan seksi. "Reene?" Esther tersenyum, meski yakin Reene tak akan membalas senyumnya. Sejak dulu Reene tak pernah menyukainya.Reene melangkah mendekat dengan kedua tangan bersilang dada. Dagunya terangkat, lengkap dengan keangkuhannya dan tatapan mencemooh pada Esther. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya meski sudah jelas tujuan keduanya sama. Menuju ruang perawatan Luciano."Bukankah itu yang seharusny

    Last Updated : 2023-04-24
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   38b. Esther vs Reene

    Sialan. Tepat ketika Luciano mengakhiri kalimatnya, saat itu juga ia menyumpahi dirinya sendiri. Kekhawatirannya terhadap Anne memang berlebihan. Yang entah bagaimana sulit dikendalikan. Ia memiliki alasannya tetapi tak akan mengakui sikapnya berlebihan terutama di hadapan Esther dan Reene. Ia hanya perlu menunjukkan bahwa perhatiannya pada Anne jelas lebih besar dari yang berusaha didapatkan oleh Reene dan Esther. kedua wanita ini benar-benar keras kepala. Tak ingin mengerti hanya dengan penjelasan yang singkat.Wajah Reene dan Esther seketika memias. Pegangan tangan Esther melonggar ketika kedua kaki Luciano menyentakkannya dan turun ke bawah. Mengambil kantung infus dan berjalan ke kamar mandi. Yang terluka hanya kepala dan lengan kirinya, kedua kakinya jelas masih berfungsi dengan baik.Faraz yang dengan sigap menyusul ke kamar mandi, melihat Anne yang membungkuk di depan lubang toilet. Memuntahkan isi perutnya dengan keringat yang membasahi seluruh permukaan wajah."Kau baik-baik

    Last Updated : 2023-04-24

Latest chapter

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   27. Gadis Kecil Kesayangan

    "Jadi memang ya?" Anne mendorong dada Luciano menjauh. Kedongkolan tampak jelas memekati rautnya yang muram. Menyentakkan tangan Luciano yang masih melingkari pinggangnya."Aku tidak mengatakan tidak. Itu terdengar seperti sebuah kebohongan, Anne. Kau tak akan menyukainya.""Tidak. Kau salah besar, Luciano.""Lalu apa yang kau inginkan?" Suaranya mulai diselimuti kefrustrasian. "Aku lebih baik mendengar kebohongan. Aku akan mempercayaimu. Selama kau yang mengatakannya."Luciano membelalak. Mulutnya membuka nutup tak percaya. Belum pernah ia setercengang ini menghadapi kelabilan Anne. "Jadi kau lebih suka kebohonganku?""Sekarang, tidak keduanya. Kau memang tak pernah memahami wanita, Luciano. Tak pernah memahamiku sebagai seorang istri. Sebagai pasangan. Sebagai satu-satunya wanitamu. Kau yakin kau menganggapku sebagai istrimu? Bukan hanya sebagai wanita pemuas nafsumu seperti mereka?""Kau tahu itu tidak benar, Anne. Jangan mengada-ada sesuatu yang tak pernah benar."Anne mengibaska

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   26. Pesta Pernikahan Ibra

    Suasana pesta sudah ramai dan ballroom sudah dipenuhi kemeriahan serta canda tawa. Suara musik yang mengalun lembut sebagai latar belakang kemewahan pesta tersebut menyambut Anne dan Luciano yang bergandengan mesra memasuki ruangan yang luas dengan hiasan bunga dan kerlap-kerlip lampu di mana-mana.“Apakah Faraz dan Estelle akan datang?”“Mereka sudah putus, Anne. Kenapa mereka datang bersama?”“Siapa bilang mereka sudah putus. Tadi pagi aku menelpon Estelle dan yang menjawab Faraz. Mereka jelas masih sering tidur bersama. Faraz benar-benar memanfaatkan Estelle. Kenapa meniduri wanita jika tidak berniat menikahinya.”“Hmm, itu urusan mereka.”Anne mendadak terdiam dengan reaksi penuh ketenangan Luciano. Kedua alis wanita itu saling bertaut ketika menoleh ke samping dengan. “Apakah gaya berkencan kalian memang seperti itu?”“Siapa kalian?”“Kau dan Faraz.”“Hanya Faraz, Anne. Kenapa kau membawa-bawa namaku?”“Meski sekarang aku satu-satunya wanita yang tidur denganmu, kau pikir aku per

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   25. Tak Ada Kecemasan

    “Laki-laki lagi?” Luciano mengangkat salah satu alisnya. Suara rengekan baby Zha mulai tenang dalam gendongan Anne.“Ya. Kau tak suka?”Luciano menggeleng. “Laki-laki atau perempuan, aku tak pernah mempermasalahkannya, Anne. dia anakku.”“Mamaku bilang, saat kau melahirkan anak perempuan. Itu artinya kau menciptakan musuh bebuyutanmu.”Mata Luciano membulat tak percaya, lalu terbahak dengan keras hingga gigi geraham pria itu terlihat.“Kenapa kau tertawa? Kau pikir itu lucu?”Luciano menggeleng. Mencoba menghentikan tawanya karena baby Zha yang mulai bergerak tak nyaman. “Apa maksudmu dengan menciptakan musuh bebuyutan?” tanyanya, berusaha menahan tawanya kembali terlepas.“Dia bahkan bisa menjadi lebih licik dari wanita-wanita yang mencoba memisahkan kita, Luciano.”“Dia putrimu.”“Itulah sebabnya aku ingin seorang putra. Aku tak mau memusuhi putriku sendiri.”“Apakah kau memusuhi ibumu?”Anne terdiam, tampak mengingat-ingat lalu mengangguk. “Setiap kali mama dan papa saling berdekat

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   24. Satu Kesempatan

    Anne terbangun karena dorongan dari dalam perut yang membuatnya gegas turun dari ranjang. Memuntahkan semua makan malamnya yang bahkan tak seberapa. Semakin hari gejala kehamilan datang semakin intens. Bahkan pusing yang semakin sering datang jika ia kurang tidur atau terlalu banyak tidur.Setelah beberapa saat, akhirnya napasnya kembali normal dan tenaganya memulih. Ia bangkit berdiri, menyeka wajahnya di wastafel. Menatap wajah pucatnya yang rasanya sedikit gemuk.Rasanya selera makannya menurun akhir-akhir ini. Meski tak pernah melewatkan jadwal makannya dan memaksa makanan masuk ke mulutnya. Setidaknya untuk memenuhi gizinya dan janin dalam kandungannya. Yang sepertinya lebih banyak dibantu oleh susu ibu hamil dan vitamin.Tubuhnya berputar, hendak keluar ketika tersentak dengan keras dan nyaris berteriak saking kagetnya dengan sosok yang bersandar di pinggiran pintu.“L-luciano?” Suara Anne tercekat. Berusaha meredakan jantungnya yang berdegup kencang. Matanya berkedip beberapa k

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   23. Ditinggalkan

    Anne tak tahu ke mana Luciano membawa baby Zha pergi. Ia hanya menunggu di rumah selama berhari-hari. Berharap pria itu akan datang untuk pulang. Tetapi hingga satu minggu berlalu, Anne masih sendirian. Tak berhenti merasa sendirian dan kesepian meski beberapa kali Ibra menghubunginya dan menanyakan keadaannya.Anne berusaha menghubungi Farz untuk mencari tahu di mana pria itu dan putranya. Tapi lagi-lagi jawaban Faraz tak pernah memuaskannya.“Aku tahu kau tahu di mana mereka berada, Faraz. Siapa pun tak ada yang tahu, kecuali kau.”Faraz mendesah pelan. Menurunkan kedua tangannya di meja. “Kalau begitu kuralat jawabanku. Aku tak bisa memberitahumu.”“Setidaknya minta Luciano bicara denganku. Apakah dengan pergi akan menyelesaikan masalah?”“Lalu apakah dengan meminta cerai juga akan menyelesaikan permasalahanmu?”Anne menutup mulutnya. Jatuh terduduk di kursinya. “Aku tak bermaksud mengatakannya,” sesalnya dalam gerutuan yang lirih. Wajahnya tertunduk lunglai.Faraz menatap Anne se

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   22. Menetapkan Perasaan

    “Ibra?” Anne terkejut dengan kemunculan Ibra yang berjalan memasuki ruangan.“Hai.” Ibra melangkah masuk, lekas mendekati ranjang dan menyentuhkan telapak tangannya di kening baby Zha. “Panasnya sudah turun.”“Kau di sini?” Anne menatap jam di dinding yang baru saja melewati tengah malam.“Esther mengirimiku pesan. Luciano tiba-tiba membatalkan pertemuan untuk besok karena baby Zha masuk rumah sakit. Butuh beberapa jam untuk sampai, jadi aku datang.”“Kau tak perlu datang.”“Aku sudah datang, jadi jangan menyuruhku pulang.” Ibra kembali menatap baby Zha. “Apa kata dokter?”“Hanya demam. Tapi masih menunggu hasil tes untuk kepastiannya. Mungkin besok pagi. Kuharap semuanya baik-baik saja.”“Ya, mungkin hanya kelelahan karena seharian main bersama mama dan papaku.”“Ya, kuharap. Terima kasih sudah datang.”Ibra menarik kursi mendekat ke ranjang pasien. “Sepertinya kau belum tidur sama sekali.”“Tadi sempat tertidur, tetapi terbangun karena rengekannya dan langsung ke rumah sakit.”“Tidu

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   21 Kesalahan Yang Fatal

    Melihat kedua orang tua Ibra, rasanya seperti meluapkan kerinduannya terhadap kedua orang tuanya. Anne memeluk dalam-dalam mama Ibra, berharap pelukan itu adalah pelukan mamanya sendiri. Begitu pun dengan papa Ibra yang mengusap ujung kepalanya dengan penuh kasih.“Sudah lama tak melihatmu, Anne. Dan putramu sudah semakin besar sejak terakhir kali om lihat.”Anne tertawa. Melihat papa Ibra yang menggendong baby Zha, dalam benaknya seolah adalah papanya sendiri yang menggendong putranya. Keinginan dan harapan terbesar papanya yang belum sempat ia tunjukkan pada sang papa.Ibra menyodorkan sapu tangannya ke arah Anne.“Terima kasih.” Anne mengusap ujung matanya yang basah. Kembali menatap kedua orang tua Ibra yang kini tertawa gemas dengan celotehan baby Zha.Ibra merangkul Anne, menjatuhkan kepala wanita itu ke pundaknya. Sedikit meredakan kerinduan Anne pada kedua orang tua wanita itu di tengah keluarganya. “Kau tahu kau tak pernah sendirian di dunia ini, Anne. Kami keluargamu.”Anne

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   20. Perang Dingin

    Anne sengaja memejamkan matanya begitu mendengar suara langkah kaki dari arah belakang punggungnya. Berusaha memancing rasa kantuk yang sejak tadi sulit datang meski jam sudah melewati tengah malam karena Luciano belum pulang. Tak biasanya pria itu pulang larut dan tanpa kabar seperti ini.Marah, sedih, dan kecewa. Pada dirinya sendiri dan pada pria itu. Ialah yang memulai perang dingin ini lebih dulu. Tetapi kenapa balasan dari Luciano juga terasa begitu menusuk dadanya. Mengiris hatinya dengan cara yang paling buruk. Apakah keraguannya layak dibalas dengan pengkhianatan pria itu?Suara pintu kamar mandi yang ditutup membuat mata Anne kembali terbuka. Menatap pintu tersebut dengan genangan yang mulai membentuk di kedua mata.Selama seminggu lebih, Anne dan Luciano masih tak saling bicara. Anne selalu bangun kesiangan dan Luciano sudah berangkat ke kantor, malamnya Anne selalu tidur lebih dulu karena Luciano pulang larut malam. Keduanya nyaris tak saling berkomunikasi. Satu-satunya ya

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   19. Kecurigaan Anne

    “Mungkin ini terlambat dan sedikit sengaja. Tapi … bagaimana pun selamat untuk kalian berdua.” Luciano memecah keheningan yang cukup lama membentang di tengah meja. Terutama dengan sang istri yang lebih banyak menatap isi piring yang sejak tadi hanya berkurang dua potong.“Ya, kuharap kalian bisa datang di acara pernikahan kami.”“Ya. Kami akan datang. Benar, kan sayang?” Luciano menoleh pada Anne, yang duduk di sampingnya.Anne mengangkat wajah lalu mengangguk singkat. Pelayan datang untuk membawakan pesanan Ibra dan Esther. Pesanan yang sama. Pandangan wanita itu tak lepas dari Ibra yang memotong kecil-kecil daging panggang di depannya sebelum menukarkan dengan piring milik Esther.“Terima kasih, Ibra,” senyum Esther dengan tatapan yang mesra, yang ditanggapi Ibra dengan senyum yang tak kalah lebarnya.Anne mencoba mengalihkan pandangan, sibuk pada isi piringnya sendiri yang entah kenapa rasanya menjadi hambar. Mulutnya terasa pahit. Ya, ia akui ada kecemburuan yang tersemat di cela

DMCA.com Protection Status