Mengetahui fakta, bahwa Ibunya merupakan dalang dari konspirasi atas peristiwa delapan tahun silam. Akhirnya Mark membuat perhitungan pada wanita tua tersebut.Pun Casandra. Hanya saja wanita arogan itu masih berada dalam persembunyiannya.Brak!Mark menggebrak pintu rumah Mely dan menerobos masuk ke dalam."Mama!" panggil Mark dengan lantangnya. Seolah tak menghargai wanita yang telah melahirkannya itu."Mark? Mengapa ribut-ribut? Ada apa mencariku? Apakah akhirnya kau menyadari kesalahanmu?" sahut Mely dengan santainya begitu keluar dari kamar."Tutup mulut, Mama!" seru Mark emosional tanpa tendensi. Tak pelak wajah Mely berubah pucat pasih.Betapa tidak, Mely sangat mengenal Anaknya itu. Bila Mark sudah meninggikan suara tujuh oktaf, artinya dia telah mengetahui sesuatu yang menyudutkan dirinya. Dan ini merupakan perihal besar."Katakan, ada apa kau mencariku?" Dan akhirnya Mely pun memperbaiki sikap dan perkataannya agar tetap tenang dan terlihat baik-baik saja. Meski dalam hati i
Menghadapi kenyataan, bahwa Putranya telah berpaling. Mely pun tidak terima. Ia pun akhirnya menyambangi kediaman Putranya itu untuk membuat perhituangan kepada Maria. Walau mereka belum pernah bersua semenjak wanita itu kembali kepada Mark.Brak!Mely pun akhirnya menggebrak pintu masuk yang sengaja dibuka Mark untuk Joe yang sedang bermain. Namun, masih dalam pengawasan Rudolf."Maria!" teriak Mely berapi-api. Namun, tak ada tanggapan sama sekali."Maria! Keluar kau!" panggil Mely sekali lagi. Namun, yang datang bukanlah Maria. Melainkan Jesika, asisten baru di rumah megah itu."Maaf, Nyonya. Anda dilarang masuk kedalam," ucap Jesika, mengusir Mely. Sehingga wanita tua itu meradang penuh amarah.Plak!Ia pun menampar Jesika yang hanya menjalankan tugas sesuai dengan perintah Mark."Beraninya kau mengusirku dari sini. Apa kau tidak tahu siapa aku?!" seru Mely menggebu-gebu sembari menatap tajam Jesika."Maafkan saya, Nyonya. Saya hanya melakukan perintah dari Tuan Mark," sahut wanita
Maria berdiri dalam keadaan perasaan bersalah terhadap pria yang selama ini disangkanya hidup bahagia bergelimang harta.Hidup bersuka cita bersama istri baru yang ia puja-puja. Serta memiliki rumah tangga yang harmonis dan sejahtera berbalut senyuman manja lagi mesrah.Akan tetapi, siapa sangka bila itu semua hanyalah angan-angan semu belaka. Mark tak pernah merasa bahagia semenjak peristiwa delapan tahun silam.Tak ada lagi gelak tawa renyah khas dirinya. Senyuman yang dahulu merekah, telah pudar warnanya seiring dengan peristiwa menyakitkan itu.Maria pikir selama ini hanya dia yang menderita. Siapa sangka, bila Mark jauh lebih berduka. Setidaknya wanita itu dikaruniai Anak yang luar biasa cerdasnya. Sedangkan Mark? Apa yang didapat oleh pria itu? Bahkan ia hidup dalam kepalsuan selama bertahun-tahun.Hidup Mark terasa hampa. Terkadang ia mengharapkan kematian segera datang menyapa. Namun, alam masih belum merestuinya. Mungkin Sang Khalik masih menginginkan ia berkumpul bersama ist
Mark membawa Maria keatas tempat tidur tanpa melepas bibirnya. Kemudian pria tersebut membaringkan istrinya itu, lalu menindihnya perlahan."Aakk..." erang Maria ketika Mark mulai menekannya."Ada apa, Sayang? Apa kau kesakitan?" tanya Mark mulai panik. Takut terjadi sesuatu yang buruk terhadap calon bayi mereka. Ia pun melepas bibir Maria."Aku baik-baik saja. Aku hanya merasa tidak nyaman dengan posisi seperti ini," jawab wanita itu."Baiklah, kalau begitu kita tidak perlu melakukannya... Kau istirahatlah, em?" Mark hendak menarik diri dari atas tubuh Maria."Tapi aku menginginkannya." Akan tetapi, wanita berparas cantik itu menahannya. Tak ayal Mark pun merasa terkesiap.Wajah Maria terlihat sedikit memerah ketika ia mengungkap isi kepalanya kepada Mark.Tak dapat dipungkiri, sebagai wanita. Ketika mengajak suami bercinta, tentu saja ada rasa malu sekaligus segan di dalam hati. Namun, hasrat itu tak dapat dikendalikan. Ia datang secara alami, tanpa harus dipaksa.Semenjak hidup ber
Di gedung tua itu, Maria mengalami penyiksaan dengan mata tertutup. Wajahnya memar, sudut bibir terluka, pun hidung mancungnya.Rambut wanita itu berantakan efek dari jambakan tangan. Ia pun mulai melemah tak berdaya. Sementara ada bayi dalam kandungannya yang baru seumur jagung.Bug... Plak... Kedubrak... Gubrak!Maria kembali mengalami penyiksaan. Fisiknya terlihat rapuh tak berdaya. Sedangkan nafasnya terengah-engah. Seolah ruh itu hendak keluar dari dalam tubuhnya."Rasakan ini! Kau memang pantas mendapatkannya. Inilah akibat dari merebut suami orang. Dasar wanita jalang!" sarkas Casandra tak tahu diri, seolah dia adalah korban. Padahal justru sebagai pelaku kejahatan.Ya, orang yang telah menculik Maria adalah Casandra. Wanita licik itu tidak terima, karena Mark dan Maria akhirnya kembali bersama.Pun Mely yang telah terbuka mata hati serta pikirannya terhadap Maria. Semenjak Mark mencercanya hari itu, Mely seolah mendapat ilham dari Sang maha kuasa. Bahwasanya ia harus segera be
Di rumah sakit tempat Leo menjalani pengobatan. Entah siapa yang memberitahu lelaki itu mengenai penculikan Maria. Sehingga membuatnya panik, hingga berencana ingin membuka seluruh selang yang melekat padanya."Apa yang kau lakukan, Leo? Mengapa kau membuka selang infus ini?" Beruntungnya Clara segera datang dan menghentikan aksi pria tersebut."Lepaskan aku! Aku mau menemui Maria. Casandra pasti menyakitinya," ucap Leo sembari memaksakan diri."Apa kau sudah gila?!" seru Clara emosional. Akan tetapi, Leo tidak mengindahkan. Dia terus berusaha untuk melepas seluruh peralatan yang melekat pada tubuhnya itu."Baiklah, silahkan pergi. Aku tidak akan mencegahmu lagi. Tapi sebelum itu kau harus camkan kata-kataku ini... Aku ingin mengakhiri hubungan kita!" ucap Clara tanpa ragu, hingga sukses mengalihkan perhatian Leo."Apa?" Mata pria itu membeliak tak percaya. Siapa sangka, bila wanita yang dicintainya, hari ini berencana mengakhiri hubungan mereka."Ya, aku ingin mengakhiri hubungan yan
Mark akhirnya sukses menyelamatkan Maria dari cengkraman Casandra setelah berhasil melumpuhkan wanita licik tersebut."Sayang, bertahanlah. Aku akan membawamu ke rumah sakit. Aku tidak akan membiarkan dirimu kenapa-napa. Kau harus tetap kuat," lirih Mark sembari menggendong tubuh Maria serta memasukkannya ke dalam mobil.Sementara itu, di gedung tua tempat Casandra berada. Perempuan berkulit putih bersih itu masih sibuk mengurus matanya yang terkena lemparan batu beberapa saat lalu.Lantas kemudian ia pun terkejut setelah tidak melihat lagi Maria dan Mark di tempat itu."Sial!" umpatnya emosional.Lalu ia pun bergegas keluar, hendak mengejar sepasang suami istri tersebut untuk menuntaskan hasrat dendamnya.Tampaknya Casandra masih terobsesi dengan kematian Maria sehingga membuatnya merasa puas. Dengan begitu tak akan ada lagi penghalang antara dirinya dan Mark. Meski ia tahu betul, bahwa pria tersebut tidak bersedia menerimanya kembali."Angkat tangan!" Casandra masih berada di ambang
Pasca mengetahui kondisi Maria, Clara pun kembali ke ruang perawatan tempat Leo berada. Di sana ia berpikir keras. Antara memberi tahu kekasihnya itu ihwal kondisi Maria, atau justru menutup rapat-rapat sampai akhirnya nasib sendiri yang memberitahu pria tersebut.Bukan karena cemburu, tetapi bila Leo sampai tahu Maria terluka. Maka lelaki tampan itu pasti akan segera menemuinya tanpa berpikir panjang. Sementara dia juga masih dalam proses pemulihan.Itulah yang membuat Clara enggan untuk memberi tahu lelaki tersebut. Namun di sisi lain, bila ia tidak menjelaskan kabar Maria saat ini. Maka Clara akan menjadi manusia yang egois sekaligus tak berperimakanusiaan.Alhasil wanita itu pun jadi dilema. Antara mengutamakan moral atau ego."Ada apa? Mengapa kau terlihat gelisah? Apakah terjadi sesuatu sebelum kau kemari? Atau terjadi komplikasi pada hasil pemeriksaanku?" tanya Leo begitu melihat raut cemas dari garis wajah kekasihnya itu."Leo, sebenarnya aku..." Meski demikian, Clara masih ta