Prolog
"Tidak..."Seorang gadis berteriak pilu, suaranya memenuhi ruangan mewah itu. Tubuhnya yang tak berpakaian sehelai pun, darah yang mengotori sprei sudah cukup menjadi bukti bahwa dia sudah tak perawan lagi, mahkota yang selama dua puluh tahun ini dia jaga semuanya terenggut sia-sia entah siapa yang merenggutnya karena gadis itu tak ingat semuanya selain suasana pesta yang meriah dan kepalanya menjadi pusing setelah meminum segelas air.Gadis itu terus menangis meratapi nasib malang yang menimpanya hingga tatapannya tertuju pada sebuah kertas yang di letakkan di atas nakas. Secepat kilat, gadis itu meraih kertas itu.[Hallo baby you are the besth this tip for you.]Ttd SeanHana meremas kertas itu apalagi setelah dia sadar ada tumpukan uang di sampingnya. dadanya terasa panas dan bergelombang, dia kenal pria bejat itu."Bangsat!" teriaknya sambil meremas rambutnya frustasi.Bab 1 Awal Mula"Pokoknya kalau kalian tidak bisa membayar hutang maka anak kalian yang cantik itu harus melayani aku," ujar pria berwajah sangar itu sambil melirik gadis cantik yang berdiri di samping ibunya."Nggak Bu aku nggak mau," jawab gadis itu.Dia kemudian bersembunyi di balik tubuh ibunya."Jangan Pak, anak saya ini masih perawan kalau bapak mau anak saya yang itu saja yang bapak ajak tidur."Gadis yang ditunjuk oleh perempuan setengah baya itu mendongak dia tidak percaya jika Ibunya bisa berbuat seperti itu padanya. Memang apa salahnya hingga harus di jual pada preman."Ah nggak mau lah gadis jelek seperti itu buat apa, beli rp50.000 juga aku nggak mau kalau seperti itu," jawab pria itu sambil menatap jijik kepada sang gadis yang wajahnya kusam penuh jerawat dengan rambut yang masih acak-acakan, dilihat dari pakaian putih abu-abu yang dia pakai sepertinya dia baru pulang sekolah."Ya kalau anak saya ini nggak bisa lah Pak, dia ini kan cantik dan lagi pula saya akan mencarikan pekerjaan model buat dia," jawab wanita itu dengan bangga saat membicarakan anak yang satunya yang berparas cantik, kulitnya mulus, bodinya tinggi semampai dengan jari yang lentik dan kuku panjang yang terbentuk rapi penuh warna-warni."Pokoknya aku kasih kamu waktu satu minggu, kalau kamu tidak bisa mengembalikan hutang-hutang kamu, maka jangan harap aku akan memberikan ampun pada kalian lagi. Pilihannya cuman dua kamu serahkan anak gadis kamu yang cantik itu atau kamu serahkan rumah dan tanah milik kamu ini untuk melunasi semua hutang hutangmu," tegas lelaki itu."Pak, saya mohon kasih waktu kami lebih lama lagi Pak, karena bagaimana mungkin dalam waktu satu minggu kami bisa dapat uang 200 juta itu, sementara pekerjaan saya hanya serabutan, anak dan istri saya itu juga tidak bekerja Pak." Kini giliran seorang lelaki berperawakan kurus yang memohon sepertinya dia adalah kepala rumah tangga di keluarga itu."Nggak usah banyak drama pokoknya kalian siapkan saja, aku kasih kamu waktu dua minggu, kalau dalam waktu itu kalian tidak mampu melunasi hutang-hutang kalian maka siap-siap saja anak kamu yang cantik itu akan aku ambil paksa dari rumah ini untuk menjadi istriku yang ke empat," kata pria berwajah sangar itu sambil tersenyum penuh napsu pada gadis yang masih sembunyi di balik tubuh tambun ibunya. Matanya dikedipkan sebelah untuk menggoda sang gadis."Saya akan berusaha, Pak," jawab si pria kurus tersebut.Setelah mengancam pria preman itu lalubergegas pergi bersama anak buahnya meninggalkan rumah sederhana dengan bangunan kuno yang bahkan dindingnya belum di semen dari luar."Ibu itu keterlaluan, kenapa Ibu menyuruh para preman itu untuk tidur dengan Hana, seharusnya sebagai orang tua Ibu itu melindungi anak-anak Ibu bukan menyerahkan salah satu anak ibu untuk ditiduri oleh seorang preman, di mana hati nurani ibu!" geram lelaki itu pada istrinya."Ya biarin lah lagian si Hana itu kan jelek mana mungkin sih preman itu mau sama gadis jelek seperti Hana, melihatnya saja juga pasti sudah mau muntah itu," jawab si istri yang bernama Mutia menghina anaknya sendiri."Ibu itu betul-betul nggak bisa menjaga perasaan anak ya, padahal mereka itu semua adalah anak kandung ibu, ibu yang melahirkan mereka seharusnya ibu itu bisa menghargai perasaan Hana!"Fahmi suami Mutia betul-betul tidak habis pikir karena istrinya itu selalu saja membedakan anaknya hanya karena wajah Hana tidak secantik kakaknya Laura. Dari kecil Mutia selalu membedakan mereka bahkan ketika hari raya tiba sekalipun, Laura selalu mendapat baju baru sementara Hana tak pernah dapat."Memang kenyataannya seperti itu kok Hana itu nggak cantik wajahnya itu nggak seperti ibu makanya Ibu tuh nggak suka sama Hana, terus dia sekolahnya juga bodoh dia itu nggak ada masa depan sama sekali lain dengan Laura, dia sekolahnya pintar, wajahnya cantik dan tentu dia akan mendapatkan masa depan yang cerah tidak seperti adiknya itu," cibir Mutia merendahkan anak keduanya yang dia anggap jelek dan bodoh itu."Harusnya ibu itu berterima kasih kepada Hana karena Hana itu telah banting tulang untuk membantu keuangan keluarga ini, tiap pagi dia harus bangun pukul 03.00 pagi untuk membuat gorengan lalu dengan sabar dia menjual gorengan itu di sekolahnya dan nanti jika tidak habis dia akan berkeliling kampung untuk menjajakan dagangannya dan itu semua untuk siapa, untuk kita semua Bu untuk membantu keuangan kita. Ayah ini nggak buta Bu, ayah juga ngelihat Laura itu sering sekali minta uang pada Hana untuk keperluannya sepele padahal Hana itu lebih memerlukan uang itu daripada membeli bedak dan lipstik," jawab Fahmi geram."Eh bapak jangan salah ya kalau Laura itu menjaga penampilannya Itu sebab cita-citanya yang ingin menjadi model, kalau nanti Laura itu menjadi model yang terkenal kan kita juga yang senang kita bisa hidup mewah.""Iya tapi kenyataannya sampai sekarang Laura itu nggak jadi model bahkan Ibu kena tipu agensi dan itu nggak sedikit 200 juta, parahnya lagi Ibu itu juga terjerat hutang sama rentenir kejam seperti Pak Harun, kalau sudah seperti ini bagaimana, apa yang kita lakukan?""Ya sudah kalau begitu suruh saja Hana berhenti sekolah lalu bekerja untuk membayar hutang-hutang kita, sekolah juga percuma kalau bodoh seperti itu, buang-buang duit saja." Sinis Mutia."Ibu!" Fahmi berteriak marah, "enteng sekali ibu menyuruh Hana berhenti sekolah lalu bekerja untuk membantu melunasi hutang ibu sementara itu semua adalah murni kesalahan ibu, dimana pikiran ibu coba?" lanjut Fahmi kesal. Dada lelaki itu bergelombang, wajahnya merah padam karena menahan amarah akibat keputusan istrinya yang sepihak."Pokoknya bapak nggak setuju kalau ibu menyuruh Hana berhenti sekolah, Bapak ingin anak-anak bapak bisa mendapatkan pendidikan yang cukup," tegas Fahmi."Halah si Hana itu kan bodoh nilai raportnya saja nggak bagus nggak pernah dapat juara, apa yang harus diharapkan sama anak seperti dia, lagi pula gaji bapak itu berapa mana cukup untuk bayar hutang-hutang kita apalagi kita itu cuman dikasih tempo selama dua minggu.""Bapak akan berusaha sebisa bapak, asal Hana gak jadi korban," tegas Fahmi dengan mengeraskan rahangnya."Memangnya bapak mau usaha apa, mau jual diri? memang janda mana yang mau beli bapak, muka juga sudah peot begitu" kata Mutia mengejek."Pokoknya apapun kata ibu bapak nggak mau kalau ibu menyuruh Hana untuk berhenti sekolah dan bekerja, titik!" seru Fahmi dengan nada tegas dan penuh penekanan.Pria kurus itu kemudian berjalan meninggalkan rumah untuk bekerja seperti biasa."Emangnya kamu itu siapa, kalau kamu bisa memenuhi kebutuhan kami aku nggak akan maksa anak itu untuk bekerja, orang kamu aja jadi pria lembek gitu kok, untuk memenuhi kebutuhan kami aja nggak bisa, giliran istri punya hutang, bingung!" cibir Mutiah yang kemudian masuk ke dalam rumah.___________"Hana!" Panggil Mutia kepada Hana yang sibuk memasukkan keripik ke dalam plastik kecil. Disamping jualan gorengan, Hana juga punya sambilan jualan keripik, keripik itu dia ambil dari pengusaha dalam jumlah yang banyak lalu dia kemas ke dalam wadah yang lebih kecil untuk dijual eceran."Iya Bu?" jawab gadis itu sopan.Dia meletakkan plastik berisi keripik yang siap untuk ditimbang lalu beralih menatap ibunya."Kamu kan tahu bagaimana kondisi keuangan keluarga kita, apalagi kamu juga tahu kalau Ibu ini punya hutang yang nggak sedikit jadi mulai sekarang ibu tekankan sama kamu, kamu nggak usah sekolah, kamu berhenti sekolah lalu bekerja ke kota untuk membantu keuangan kita.""Tapi, Bu." Hana tidak melanjutkan ucapannya."Nggak usah tapi-tapian pokoknya sekarang juga kamu harus berhenti sekolah lalu pergi ke kota, nanti ibu akan menelpon teman ibu untuk menjemput kamu."Hana akhirnya hanya bisa diam, ingin melawanpun percuma karena ibunya pasti tetap akan memaksa.Di saat hening seperti itu tiba-tiba terdengar suara Laura berteriak dari pintu depan."Ibu, ibu , bapak Bu, bapak," jerit Laura yang membuat Hana dan Mutia terkejut dan spontan berlari kedepan untuk melihat apa yang terjadi.Sesampainya di pintu depan mata mereka membulat, dada mereka bergelombang dan dengan spontan Hana berteriak."Bapak!"Saat Hana melihat Fahmi dalam keadaan...Bab 2 Musibah Datang"Bapak!" teriak Hana yang kemudian berlari mendekat ke arah Fahmi yang di bopong oleh beberapa orang kampung teman kerjanya."Gak usah lebay, bapak masih hidup itu," kata Laura santai."Parah banget sih kamu itu Kak, dia itu kan bapak kita. Memangnya harus menunggu bapak mati dulu baru boleh histeris," kesal Hana sambil memeluk bapaknya yang pingsan."Hana, tadi bapak kamu itu jatuh dari ketinggian waktu kerja bangunan, kami mau membawa ke rumah sakit. Tapi, bapak kamu menolak katanya gak punya uang, jadinya kami bawa saja bapak kamu pulang, eh pas di jalan bapak kamu malah pingsan. Sepertinya lebih baik kamu bawa bapak kamu ini ke Puskesmas untuk periksa takut ada luka dalam," ujar tetangga."Iya, Pak," jawab Hana sedih. Air mata gadis itu menetes bahkan sebagian membasahi wajah Bapaknya yang kepalanya masih diperlukan."Baiklah kalau begitu kami permisi dulu," pamit orang itu yang kemudian pergi meninggalkan rumah Hana."Baru juga mau kerja, belum dapat duit, e
Bab 3 Mulut Pedas Tetangga Lelaki itu mendekat dan menepuk pundak Hana. "Yang sabar ya, Nak. Bapak kamu sudah meninggal," ucap pria lembut."A-apa?" tanya Hana dengan suara yang bergetar. Gadis itu mundur ke belakang sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali, dia tak percaya dengan apa yang didengarnya tadi."Bapak," hanya itu yang terucap dari bibirnya yang gemetar, air matanya tumpah bagaikan air bah yang tak bisa dibendung lagi.Seketika Hana berlari menuju rumahnya tak perduli walau kaki terkena batu dan kerikil karena jalanan di kampung Hana yang masih belum di aspal, dia terus berlari kencang hingga sampai di depan rumah."Bapak.." Hana berlari ke dalam rumah tak peduli dengan para tetangga yang memperhatikan dirinya."Bapak, kenapa bapak pergi Pak, Bapak kan janji gak akan ninggalin Hana dan Hana juga janji mau bawa Bapak naik haji. Tapi, kenapa Bapak pergi sebelum semuanya tercapai Pak," Hana mulai menangis, " Pak, bangun, Pak!" seru Hana yang berharap Bapaknya hanya ping
Bab 4"Astaghfirullahaladzim, ibu, kenapa ibu gak ada sedih-sedihnya di tinggal bapak?" tanya Hana yang tak mengerti dengan sikap Ibunya.Selayaknya seorang istri pasti akan sedih ditinggal suami. Tapi, Ibunya tampak biasa saja."Memangnya ibu harus ngapain, kalau sudah meninggal dan sudah dikubur mau apa lagi semua orang di dunia ini juga nanti bakalan mati," jawab Mutia sinis."Eh bukan begitu Bu seenggaknya kalau orang-orang itu ditinggal oleh suaminya dia pasti akan bersedih," jawab Hana."Ngapain, kayak orang yang gak ada kerjaan saja, kalau sudah mati itu ya dikubur habis itu sudah kok repot sih," jawab Mutia sambil melipat tangan di dada dan memalingkan wajahnya. Sementara Hana hanya menggelengkan kepalanya."Terus Bapak -bapak ini mau apa lagi kenapa masih di sini?" tanya Mutia yang kali ditujukan kepada Bapak-bapak yang masih berkumpul di situ termasuk Pak Ustad, wajah wanita itu tampak sinis."Begini Ibu Mutia, jadi tadi itu saya tanya sama anak ibu, biasanya kan di kamp
Bab 5 Bertemu Bos Galak"Ini seragam kamu, tugas kamu tiap pagi menyiapkan minuman, mengepel lantai dan membantu para karyawan di sini apabila mereka memerlukan bantuan kamu," ujar seorang lelaki yang memakai pakaian khas cleaning servis.Beberapa hari setelah kejadian ibunya dipukul preman itu, Hana pergi ke kota di jemput oleh sahabatnya yang kebetulan bekerja di kota. Mereka menempuh perjalanan naik kereta hingga membutuhkan waktu satu hari satu malam barulah Hana sampai di kota, beruntung di kota itu dia langsung mendapat pekerjaan cleaning servis sesuai dengan ijazah yang dia punya yang hanya lulusan SMU. Hans di janjikan gaji Rp 4.000.0000.00 perbulan belum dihitung jika dia ada lemburan atau yang lainnya, kata temannya itu bisa mencapai 5 atau 6 juta tergantung seberapa banyak lemburnya dan sebagai gadis kampung yang hanya lulusan SMP tentu nominal itu sudah termasuk banyak bagi Hana.Gadis itu sudah berkhayal banyak dia akan mengirimkan uang gajinya sebagian ke kampung dan s
Kesan pertama sebuah perkenalan adalah saat kita pertama kali bertemu.Sean WijayaSeorang lelaki dengan pakaian rapi berjalan dengan tergesa setelah turun dari mobilnya, dia begitu kesal setelah mendapat laporan bahwa tender perusahaan yang nilainya milyaran rupiah gagal. "Suruh Dave datang sekarang juga, jika tidak, bilang saja padanya tak perlu datang selamanya ke kantor," ujar pria itu dengan nada kesal.Dave adalah sahabat sekaligus merangkap sebagai asisten pribadinya, dia memiliki paras tampan dan hobi bermain wanita, semua orang tahu dia playboy."Iya, siap Pak," jawab sekretaris Sean dengan suara centil seperti biasa."Bagus!"Sean mematikan ponsel setelah memberikan perintah pada sekretarisnya. Namun, sial saat terburu-buru kakinya menyandung selang hingga membuat pria itu hampir terjatuh."Shit! Perbuatan siapa ini!" Sean meletakkan tangan di pinggang, dengan wajah yang terlihat tegang dan kesal karena tak pasal-pasal dia hampir saja tersungkur gara-gara selang air yang
Bab 7 Perang Dingin Sean menjerit ketika merasakan benda mengenai kepalanya, nyatanya bukannya bukannya takut, justru gadis itu melemparkan sendalnya tepat di kepala Sean.Sean mendengus kesal, darah seketika terasa panas akibat terbakar amarah, seorang CEO dilempar sendal oleh bawahannya padahal selama ini tak ada seorangpun bawahan yang berani pada Sean akibat melihat sepak terjang Sean.Pria itu mengepal telapak tangan, dadanya bergelombang, rahangnya mengeras, seketika dia memutar tubuhnya menghadap si gadis cleaning servis yang tak lain adalah Hana. "Huek." Hana menjulurkan lidah sambil meletakkan tangan di dekat telinga mengejek Sean."Dasar cleaning servis tak tahu diri!"Amarah Sean sudah berada dipuncaknya, ini tak bisa dibiarkan lagi, pria itu sudah bertekad mau memarahi gadis yang sepertinya tak tahu sopan santun itu serta memecatnya. Namun, baru satu langkah dia akan mendekati Hana. "Pak, ada Pak Bos di atas menunggu bapak, tampaknya beliau sangat marah karena beberapa
Bab 8 Tiba-tiba DilabrakHana tertegun melihat lelaki tinggi putih yang sedang tersenyum dihadapannya kini. Dulu dia sering mengejar Hana bahkan sampai rela menunggu keluar sekolah sampai gosib menyebar. Ya iyalah saat itu Peter sudah lulus S1 dan Hana masih SMP, tentu hubungan mereka seperti anak ABG dan om-om. Namun, Peter tak pernah mau peduli dengan omongan orang-orang itu, baginya hanya dianggap angin lalu."Kamu Hana kan?" tanya pria itu memastikan."Iya, aku Hana. Kamu Peter yang dulu mengejar-ngejar kakakku kan?"Ya Peter dulu menang gigih mengejar Hana. Tapi, bukan karena naksir Hana. Namun, mengejar Laura sang kakak. Awalnya Hana juga berpikir Peter menyukainya, pria dewasa itu datang dan mengajak dia ngobrol tak peduli walau menjadi pusat perhatian banyak orang hingga akhirnya dia datang dengan membawa sebatang coklat dan sekuntum bunga di hari ulang tahun Hana."Wah ini untuk Hana, Mas?" tanya Hana kala itu yang meskipun baru berusia 14 tahun. Tapi, dia sudah paham akan a
Bab 9"Maaf, ini siapa?" tanya Hana yang kaget tiba-tiba dicaci seperti itu."Ini siapa, ini siapa. Gak usah pura-pura amnesia deh, pokoknya awas saja kamu masih mendekati cowok aku, ngaca dong kamu itu jelek, dekil dari kampung jadi gak usah ngarep sama cowok aku, dasar pelacur!"Hana menggaruk kepalanya yang gak gatal karena bingung, gak ada angin gak ada hujan dimaki orang seperti itu."Maaf, Mbak, tapi, saya gak kenal siapa cowok, mbak," jawab Hana yang memang tak tahu siapa cowok orang tersebut. Gimana mau kenal cowoknya, yang menelpon ini siapapun Hana tak kenal."Alah, gak usah pura-pura gak kenal deh, dasar perek kamu tuh. Sekarang aku tanya sama kamu, sudah berapa uang Yudi kamu habiskan, sedangkan aku sebagai tunangannya saja tak pernah meminta uang pada Yudi, dasar kere! Bisa memanfaatkan duit orang!" "Alah bilang aja situ aja, iri tanda tak mampu secara kan katanya dia tunangan situ kok royal sama cewek lain, mana ceweknya dekil dan kampungan lagi, makanya kalau cowok gak
Bab 15 Kecurigaan DinaHana tidak menjawab pertanyaan dari Dina sebaliknya Gadis itu justru memilih membaringkan tubuhnya sambil merenungi nasibnya, dia sendiri tidak tahu harus bagaimana serta kemana harus mencari pekerjaan setelah ini."Yah malah diam, lama-lama Lo kesambet tau diam aja," ujar Dina berusaha mencairkan suasana. Namun, Hana tetap diam tak bergeming."Jadi sampai sekarang Hana itu masih di rumah Dia nggak bekerja?"tanya Peter setelah 1 minggu kemudian bahkan setelah satu minggu itu Hana juga tidak mau bertemu dengannya, ketika Peter ingin memberikan uang yang dia janjikan pun Hana terkesan tidak begitu bersemangat. "Iya Pak Saya sendiri juga heran sebab Hana itu diem aja, dia juga sekarang jarang sekali ngobrol dengan saya saya jadi kuatir jangan-jangan dia kesambet Pak." Dina menggelengkan kepalanya beberapa kali mengingat sikap aneh Hana."Kamu ini aja ada aja di zaman sekarang mana ada orang kesambet. Apa mungkin Hana itu sudah memikirkan sesuatu atau dia ada masal
Bab 14 PergiPeter menatap ke arah Hana yang sedang sibuk memasukkan barang-barang ke dalam paper bag yang dia bawa. "Kamu mau ke mana?" tanya Peter sambil berjalan ke arah Hana dan ketika Hana menoleh, Peter sedikit kaget melihat penampilan Hana. Wajah gadis itu pucat, matanya bengkak dan sembab, dia juga tampak lemah."Aku mau berhenti kerja," jawab Hana yang kemudian kembali fokus mengambil barang-barangnya, tanpa memperdulikan Peter."Loh kenapa," Peter kaget dengan jawaban Hana," memang kamu sudah mendapatkan pekerjaan yang lain di luar sana itu menjadi pekerjaan susah, Hana. Apa kamu nggak ingat tentang hutang-hutang ibu kamu?" Lanjut Peter berusaha mengingatkan dan menasehati Hana, Peter tahu bagaimana keadaan keluarga Hana bahkan dia juga tahu bagaimana history Hana yang berhenti sekolah dan pergi ke Jakarta.Hana diam Gadis itu menarik nafas dalam dia ingin menceritakan semuanya agar bebannya terkurungi. Namun, baginya apa yang terjadi adalah aib, apalagi dia juga belum tah
Bab 14 GNSekretaris Sean yang tak lain adalah Chaterine itu segera menghubungi Sean."Halo," jawab Sean ketus. Semenjak di pesta kemarin saya memang cenderung bersikap sinis kepada Catherine. "Mas, ini ada stap kantor yang ingin bertemu denganmu," ucap Chaterine dengan nada manja, semenjak mendapatkan angin segar dari Wijaya, Chaterine memang semakin berani mendekati Sean."Bisakah kamu bersikap profesional, Aku ini adalah bos kamu bukan kakak kamu. Apa pantas kamu menyebutku dengan panggilan itu?" tanya Sean ketus, dia merasa muak dengan Catherine karena menurutnya wanita itu selalu saja mencari muka di depan ayahnya. "Iya maaf, ini ada seseorang mencari bapak, dari penampilannya dia sepertinya stap di kantor kita.""Siapa?" tanya Sean diseberang sana."Aku nggak tahu aku belum tanya, namanya." Chaterine menatap Hana yang masih berdiri ditempatnya."Apa hal seperti itupun kamu harus tanya aku, cepat kamu tanyakan siapa namanya dan mau apa ketemu aku, aku ada banyak urusan di s
Bab 13 [Hai Baby You are the best and this tips for you. TTD Sean] Hana meremas surat itu, jantungnya serasa berhenti berdetak. "Sean, siapa Sean?" gumam Hana yang tak tahu siapa lelaki itu. Hana mencoba mengingat wajah lelaki yang menggomolnya tadi malam. Namun, yang dia ingat hanyalah saat dia meminum air lalu kemudian pergi ke toilet, selanjutnya semua seperti mimpi. "Tidak," teriak Hana saat mengingat saat ini mungkin dia sudah tidak perawan lagi.Dia kemudian segera bangkit dari tidurnya dan saat berjalan dia kembali merasakan perih di area intinya, tadi malam Sean betul-betul menggempurnya habis-habisan. Tatapannya kemudian tertuju pada kertas kecil yang dilaminating seperti sebuah kartu nama. Hana berpikir mungkin itu milik lelaki yang menidurinya hingga dia mengambil kertas itu.Sean WijayaDirut PT Wijaya Company."Jadi Sean ini adalah Pak Sean," gumam Hana yang kemudian meremas kartu nama itu sambil menjerit kencang.****Ditempat lain tampak Peter datang mencari Hana
Bab 11 Seranjang Dengan CEOHana merasakan tangan kekar menariknya, dia berusaha memberontak. Namun, entah kenapa kesadarannya tiba-tiba hilang. Lelaki kekar dengan kaca mata hitam itu mengangkat tubuh Hana dan membawanya ke dalam mobil. Sesampainya di dalam mobil."Bos, maaf saya sudah mencarikan gadis. Tapi, bagitu ketemu, gadis itu malah lari Bos." Terdengar suara orang di seberang sana dia tak lain adalah Dave."Bicara apa kamu? Gadis itu sekarang sudah ada di dalam mobil, dia mabuk berat," jawab lelaki itu dengan suara tegas. "Loh,kok bisa?""Tidak usah bicara! Aku ingin segera menikmati tubuh gadis ini."Dada Hana yang terlihat jelas membuat Sean merasa gerah, dia merasakan getaran kuat yang membuat naluri kelakiannya terangsang,bahkan benda di balik celana lelaki itu juga berdiri tegak membuat pria itu mengumpat beberapa kali."Shit."Sean melajukan mobilnya seolah seperti di kejar hantu meninggalkan gedung pesta itu, dia sudah tak tahan menahan gejolak yang menggebu-gebu.
Bab 11 Tragedi Tak Terduga"Hahahaha." Peter tertawa ngakak, mulutnya terbuka lebar dan matanya menyipit, dia merasa reaksi ketakutan Hana sangatlah lucu."Ya ampun masa, gitu aja kamu percaya. Lagian aku gak selera tahu sama kamu," ucap Peter dengan entengnya."Sudahlah aku tunggu kamu nanti sore," ucap Peter kemudian pergi begitu aja tanpa mendengar jawaban dari Hana apakah dia setuju atau tidak. Gadis berparas cantik itu kembali melanjutkan pekerjaannya."Jangan lupa setelah ini kamu gosok toilet hingga bersih!" perintah Cecil seperti biasa saat melihat Peter baru saja berbicara dengan Hana. Sungguh hati Cecil merasa sakit dan panas saat melihat manager idolanya itu ngobrol mesra dengan Hana."Loh, Bu ini kan bukan jadwal saya membersihkan toilet," bantah Hana karena memang ini bukan jadwal dia untuk melakukan pekerjaan itu. Cleaning servis memiliki planning setiap harinya."Eh, yang buat jadwal itu saya, jadi suka-suka saya dong," jadwal Cecil jutek," awas kalau saya kembali lagi
Bab 10 Lima Juta Satu Malam "Bagaimana kamu bisa ada di sini?" Sean menatap Chaterine yang kini berdiri di hadapannya perasaan lelaki itu mulai tidak enak."Hei, duduklah ini papa yang mengundangnya kemari," jawab Wijaya sambil tersenyum.Sean menarik napas dalam lalu menghembuskan napas dengan kasar. Namun, begitu dia tetap menurut keinginan papanya untuk duduk."Mungkin kamu belum tahu Sean Chaterine ini adalah anak teman Papa, jadi sewaktu kecil papa itu punya teman main dan kemudian Papa berpisah dari teman Papa itu, Papa pergi ke kota Sebenarnya teman bapak itu ada di desa tak tahunya Chaterine ini adalah anak teman bapak itu."Chaterine yang saat itu memakai baju seksi dengan lipstik yang menyala tersenyum kepada Sean."Asal jangan Papa ingin jodohkan aku dengan dia saja, Aku tidak ingin menikah tahun ini," kata Sean tanpa basa-basi membuat wajah Chaterine berubah sedikit masam."Sean, apa-apaan kamu ini, kamu jangan membuat Catherine merasa tidak nyaman begitu." Wijaya meng
Bab 9"Maaf, ini siapa?" tanya Hana yang kaget tiba-tiba dicaci seperti itu."Ini siapa, ini siapa. Gak usah pura-pura amnesia deh, pokoknya awas saja kamu masih mendekati cowok aku, ngaca dong kamu itu jelek, dekil dari kampung jadi gak usah ngarep sama cowok aku, dasar pelacur!"Hana menggaruk kepalanya yang gak gatal karena bingung, gak ada angin gak ada hujan dimaki orang seperti itu."Maaf, Mbak, tapi, saya gak kenal siapa cowok, mbak," jawab Hana yang memang tak tahu siapa cowok orang tersebut. Gimana mau kenal cowoknya, yang menelpon ini siapapun Hana tak kenal."Alah, gak usah pura-pura gak kenal deh, dasar perek kamu tuh. Sekarang aku tanya sama kamu, sudah berapa uang Yudi kamu habiskan, sedangkan aku sebagai tunangannya saja tak pernah meminta uang pada Yudi, dasar kere! Bisa memanfaatkan duit orang!" "Alah bilang aja situ aja, iri tanda tak mampu secara kan katanya dia tunangan situ kok royal sama cewek lain, mana ceweknya dekil dan kampungan lagi, makanya kalau cowok gak
Bab 8 Tiba-tiba DilabrakHana tertegun melihat lelaki tinggi putih yang sedang tersenyum dihadapannya kini. Dulu dia sering mengejar Hana bahkan sampai rela menunggu keluar sekolah sampai gosib menyebar. Ya iyalah saat itu Peter sudah lulus S1 dan Hana masih SMP, tentu hubungan mereka seperti anak ABG dan om-om. Namun, Peter tak pernah mau peduli dengan omongan orang-orang itu, baginya hanya dianggap angin lalu."Kamu Hana kan?" tanya pria itu memastikan."Iya, aku Hana. Kamu Peter yang dulu mengejar-ngejar kakakku kan?"Ya Peter dulu menang gigih mengejar Hana. Tapi, bukan karena naksir Hana. Namun, mengejar Laura sang kakak. Awalnya Hana juga berpikir Peter menyukainya, pria dewasa itu datang dan mengajak dia ngobrol tak peduli walau menjadi pusat perhatian banyak orang hingga akhirnya dia datang dengan membawa sebatang coklat dan sekuntum bunga di hari ulang tahun Hana."Wah ini untuk Hana, Mas?" tanya Hana kala itu yang meskipun baru berusia 14 tahun. Tapi, dia sudah paham akan a