"Ehh ... Mas Nanda. Lho kok belum ganti baju— apa belum mandi, Mas?" sapa Maya dari ranjang pasien saat melihat suaminya masuk ke kamar perawatannya masih dengan baju yang sama dengan yang tadi dan wajah kusut.Olivia seolah bisa menebak bahwa kakaknya sedang uring-uringan sehingga penampilannya berantakan begitu. Dia pun berpamitan dengan Maya, "Berhubung sudah malam, aku pulang ya sama Edu. Dia belum mandi dan dinner juga. Sampai ketemu besok ya, May!" Kemudian dia menepuk-nepuk bahu kakaknya seraya berkata, "Jaga kesehatan ya, Mas. Jangan sampai ikutan dirawat dokter!""Ahh ... bisa aja kamu, Oliv. Thank you ya sudah nemenin Maya bareng sama Edu. Oya pulang sama siapa?" sahut Ananda sambil memeluk keponakannya sebelum berpisah."Sama sopir tadi yang nganterin aku ke sini. Ya udah, kami pulang dulu sekarang. Bye, Mas Nanda, Maya," balas Olivia lalu merangkul bahu Edward untuk meninggalkan ruang perawatan pasien VIP itu.Ananda terduduk lesu di kursi samping ranjang Maya, dia enggan
Sekitar pukul 09.00 WIB, pintu ruang perawatan Maya diketok dari luar. Kemudian rombongan dokter dan para dokter muda yang mengikuti kepaniteraan klinik internis masuk mengunjungi Maya. "Selamat pagi, apa badannya sudah enakan, Bu Maya?" sapa Dokter Brandon Tirta yang bertugas merawat pasien opname keluhan penyakit dalam.Pria berpotongan rambut rapi tanpa kaca mata itu berusia sekitar 30 tahun awal dan memiliki lesung pipit saat tersenyum itu mulai memeriksa kualitas kerja jantung dan napas Maya. Dan seorang dokter muda memeriksa tekanan darah Maya. "Tensinya 110/70 Dok," lapor dokter muda perempuan itu."Bagus, semua hasil pemeriksaannya normal ini, Pak, Bu. Mungkin besok pagi kalau tidak ada keluhan yang muncul dengan badannya, Bu Maya sudah boleh pulang ke rumah," tutur Dokter Brandon Tirta.Kemudian Ananda pun bertanya, "Baik, Dok. Saya dan istri ada rencana menetap di Singapura, kapan istri saya diperbolehkan naik pesawat?" "Ohh, kalau dari hasil MRI kemarin tidak ada situasi
Seperti rencana Ananda bersama Maya sebelum berangkat ke Singapura, mereka membuat janji konsultasi dan pemeriksaan dengan dokter spesialis ortopedic yang direkomendasikan oleh Mr. Claudio. Pasien Dokter Lee Chao Djioe memang sangat banyak, dari saat Ananda membuat janji berselang 3 hari sesudahnya barulah Maya mendapat antrean panggilan temu di ruang praktik dokter itu.Saat ini mereka sedang duduk bersebelahan di ruang tunggu pasien sambil membawa hasil pemeriksaan MRI yang dilakukan kemarin pagi sesuai anjuran Dokter Lee Chao Djioe agar tidak perlu buang waktu bolak-balik tanpa kepastian penanganan medis. "Pasien Maya Angelita, silakan masuk ke ruang pemeriksaan," panggil perawat dari depan pintu ruang praktik Dokter Lee Chao Djioe.Ananda segera bangkit berdiri dan mendorong kursi roda Maya masuk ke ruangan itu. Dan kedatangan mereka segera disambut ramah oleh seorang dokter laki-laki berusia awal 40 tahun yang berpakaian jas sneli putih, badannya tinggi atletis tanpa kaca mata.
Sudah hampir sebulan perawatan yang dijalani Maya selama menetap di Singapura. Ada banyak kemajuan yang dialami olehnya dengan terapi akupuntur bersama Dokter Tan Cheng Ann. Hal tersebut dikonfirmasi oleh dokter spesialis ortopedic, Dokter Lee Chao Djioe yang ditemui Maya dan Ananda setiap dua minggu sekali. Test refleks yang dilakukan di lutut serta telapak kaki Maya menunjukkan timbal balik positif adanya reflek yang baik terhadap rangsangan. Itu tandanya proses kesembuhan yang sedang berjalan memang memiliki harapan hasil yang pasti.Hingga suatu hari saat menjalani sesi akupuntur, Dokter Tan Cheng Ann bertanya, "Apa kalian aktif melakukan hubungan suami istri tanpa kontrasepsi?""Ehh—iya, Dok. Ada apa ya?" jawab Ananda penasaran. Dia duduk di bangku samping Dokter Tan yang sedang menancapkan jarum-jarum akupuntur di kaki Maya.Pria muda itu tertawa pelan lalu berkata, "Selamat untuk kehadiran buah hati kalian sebentar lagi."Tentu saja Ananda sontak menjadi terkejut. Dia pun ikut
"HAH?! APA?!" seru Nyonya Astrid Wijaya seakan tak percaya apa yang ia dengar dengan wajah pucat pasi dan keringat dingin di sekujur tubuhnya."Maaf, Bu. Dari pusat infonya memang demikian, uang nasabah tidak bisa ditarik karena peraturan pemerintah tidak melegalkan robot trading lagi sejak minggu lalu. Semua dana yang ada di rekening perusahaan investasi kami tidak bisa ditarik maupun dicairkan—" Manager investasi itu berusaha memberikan penjelasan sekenanya melalui telepon.Mama Andre pun jatuh terduduk di sofa dengan tubuh lemas, dia mencicit panik, "Uang saya banyak sekali yang diinvest setoran terakhir, Pak Sofyan. Apa itu semua juga tidak bisa ditarik kembali?""Maaf, Bu—semua nasabah lain juga sama," tukas Pak Sofyan bernada datar."Saya akan adukan ke polisi, Pak. Ini penipuan berkedok investasi namanya!" ancam Nyonya Astrid dicekam rasa panik sambil memijit pelipisnya yang pening.Namun, sambungan telepon buru-buru diputus oleh Pak Sofyan. "Tuutt ... tuuutt ... tuuutt ...""A
Malam itu Andre seolah melampiaskan segala kesuntukannya dengan berhubungan seks dengan dua wanita penghibur sekaligus. Kepuasan tiada tara dirasakannya karena dia memang oleh managemen artis yang menaunginya dilarang untuk menikah dahulu. Padahal hasrat lelakinya sudah begitu mendesak untuk dilepaskan. Dulu saat dengan Maya, gadis itu selalu menolak bila dia mengajak untuk berhubungan seks di luar nikah. Namun, Andre saat itu mengalah dan mau menunggunya hingga terjadilah kecelakaan tabrakan mobil yang membuat kaki Maya lumpuh. Berbeda dengan Sherrin yang lebih bucin dan merelakan tubuhnya untuk dinikmati sebelum ada ikatan pernikahan yang sah."Tuan Andre apa ingin kami pergi sekarang atau menginap bersama di hotel sampai pagi?" tanya Sonya karena jam sewanya sudah habis bersama kliennya. Namun, tidak sopan bila dia langsung pergi tanpa mengetahui keinginan kliennya.Andre masih sibuk menciumi buah dada Ciara yang berada di bawah kungkungan tubuhnya. Dia melirik ke arah Sonya yang
Usai membaca pesan dari managernya, Andre langsung bangun dari ranjang lalu bergegas untuk mandi. Rupanya karena ponselnya dinonaktifkan sejak semalam, managernya langsung terbang dari Jakarta ke Singapura pagi ini dan sudah menunggu di apartment sewaannya.Rasa panik menguasai diri Andre, dia tak tahu kalau aktivitas panasnya di nightclub and bar Herodias terekam oleh kamera sialan. Dia bertekad akan menuntut pihak yang telah mencemarkan nama baiknya. Reputasi yang telah terjaga sekian tahun lamanya hancur hanya karena keteledoran semalam.Taksi yang mengantarkan Andre dari hotel ke apartment sewaannya berhenti di depan pintu masuk lobi. Usai membayar ongkos sesuai argo, dia pun turun dari taksi dan bergegas naik dengan lift ke lantai 15 apartment Merlion Front View itu.Ketika Andre membuka pintu unit apartment, mamanya dan Reyvan bangkit berdiri dari sofa untuk menyambutnya. Reyvan memeluk Andre lalu menyuruhnya duduk di sofa untuk membicarakan skandal video panas dirinya yang tela
Sudah 2 botol brendi mahal ditenggak oleh Andre sepanjang siang hingga malam di Excelcius Bar. Dia menolak ditemani hostes cantik yang sempat ditawarkan kepadanya. Masalah yang dia buat kemarin malam sudah cukup dan tak perlu ditambah lagi. "Berapa total tagihanku, Sir?" tanya Andre kepada bartender yang melayaninya mabuk-mabukan sedari tadi."850 dolar, Sir," jawab bartender itu yang meminta pembayarannya dalam dolar Singapura. Dengan tubuh lemas dan tak stabil bergoyang-goyang akibat pengaruh alkohol bercampur darah yang mengaliri pembuluh darahnya, Andre mencabut kartu debit platinum miliknya dari dompet dan menyerahkannya ke bartender laki-laki muda ras Kaukasoid itu. "Bayar pakai kartu saja!" ucapnya dengan pandangan mata kabur.Seusai membereskan transaksi pembayaran minumannya di bar, Andre pun berjalan sempoyongan menuju ke pintu keluar berlawanan arah dengan para pengunjung bar yang sepertinya baru datang dan ingin menikmati malam di sana. Sebagian besar berpakaian setelan