'Sejak kapan Tuan sekretaris peduli dengan pelayan baru dan mau bersusah payah mengenalkannya pada kami? Biasanya, meskipun ada pelayan baru, Bu Asri lah yang akan mengenalkannya.' pertanyaan di otak mereka semakin berlanjut ketika mengetahui jika Sekretaris Ang sengaja menyuruh Bu Asri mengumpulkan Mereka hanya untuk mengenal kan seorang pelayan.Tidak ada yang berani bertanya, tidak mungkin juga ada yang berani, jika itu menyangkut sekretaris Ang mereka memilih bungkam tenggelam dengan rasa penasaran. Apapun dan siapapun dia , pasti dia orang yang spesial. ' Tidak mungkin tidak.' kembali mereka menebak tanpa tujuan. Hanya melempar senyuman termanis mereka pada Yuri lalu bubar untuk melanjutkan pekerjaan masing-masing.Bu Asri menghampiri Yuri. Membawanya untuk menemui seseorang di sebuah dapur khusus.Mbak Endang sedang sibuk menyiapkan menu sarapan untuk Tuan muda dan Nyonya muda, menoleh ketika Bu Asri memanggilnya."Endang, mulai saat ini dia akan membantumu mengurus semua keperl
"Awas..!" Wulan mendorong wajah agar menjauh, lalu memegangi dadanya."Kenapa..? Apa sesak?"Wulan mengangguk."Sepertinya aku terkena asma. Tidak tidak.. Ini seperti serangan jantung ringan.""Saat menatapku?" Saka bertanya kembali.Wulan mengangguk, masih memegangi dadanya.Bukannya khawatir dengan keadaan paru-paru atau jantung Wulan, Saka malah tersenyum senang!______________Wulan menuruni ranjang setelah melihat Saka sudah keluar dari kamar, entah mau kemana Wulan pun tidak bertanya. Berangkat ke kantor mungkin?Dia lalu pergi ke kamar mandi , mematung agak lama di depan cermin.Melihat wajahnya yang semakin hari semakin mulus saja. Lalu melihat kulit lengan dan kakinya. Mulus , halus dan putih. "Berkat mbak Endang ini!" serunya, sambil senyum-senyum sendiri.Mbak Endang yang rajin merawat kulitnya. Melulurnya hampir setiap hari. Mengganti semua krim kecantikannya dengan merek terkenal di dunia.'Ternyata jadi orang kaya enak ya? Pantas saja Ibu dan Jihan takut jatuh miskin.'
Melihat itu, Saka langsung menarik tubuh Wulan dengan kuat sampai menabrak tubuhnya. Lalu Saka cepat-cepat menutup pintu dan menguncinya kembali."Bang Saka, kenapa tidak boleh? Aku harus memanggil sekretaris Ang untuk membawa kita ke rumah sakit.""Tidak. Jangan." Saka mencegah Wulan."Lho kenapa, Bang? Bang Saka sakit TBC dan aku kena serangan jantung. Kalau terjadi apa-apa atau makin parah bagaimana? Siapa yang akan menemani kakek dan nenek? Terus bagaimana kelanjutan tentang rencana pembuatan cicit untuk kakek.? Semua bisa gagal, Bang Saka?" Wulan berontak, bertekad untuk pergi menemui Sekretaris Ang, ingin segera meminta bantuannya.Saka yang hampir saja kaku karena kekonyolan Wulan, juga sempat terkejut dengan ucapan terakhirnya. Ternyata Wulan masih memikirkan tentang cicit untuk sang kakek. Saka membalikkan tubuh Wulan untuk menghadapnya."Jangan, Wulan... Kamu jangan nekad begini. Lihatlah dulu bagaimana dirimu. Masa iya mau keluar dengan keadaan begini? Kamu cari mati ya? Se
"Tuan Muda. Maafkan saya... Saya tidak tau jika Tuan muda masih ada di kamar. Saya kira tidak ada Tuan muda." ucap mbak Endang merasa bersalah karena berpikir sudah mengganggu mereka.'Sudah menggangguku, enak saja minta maaf!!' Maki Saka, tapi hanya di dalam hati."Tidak apa, Mbak Endang. Aku juga akan segera pergi. Syukurlah Mbak Endang sudah datang. Tolong jaga istriku dengan sebaik-baiknya. Dan jangan biarkan setan mendekatinya." jawab Saka sambil melirik Yuri. Yang dilirik langsung menunduk. Lalu Saka menghampiri Wulan dan memeluknya."Sayang... baik-baik di rumah ya. Bang Saka harus ke kantor dulu. Sebentar saja." ucap Saka lalu mendaratkan kecupan panjangnya di pucuk kepala Wulan.Wulan tersenyum.Adegan romantis mereka itu jelas di lihat oleh mbak Endang dan juga Yuri. Mbk Endang yang sudah mulai terbiasa melihat keromantisan mereka tidaklah terkejut. Hanya tersenyum ikut merasa kebahagiaan mereka."Bang Saka juga hati-hati ya." sahut Wulan dengan sangat manis.Saka mengangguk
Yuri berdiri, lalu menghampiri rajang luas milik Wulan. " Wah... ranjangmu besar sekali. Kamu tidur di sini bersama Tuan muda Saka ya?" tanya Yuri menoleh pada Wulan.Wulan hanya tersenyum saja. Lalu Yuri membanting tubuhnya di kasur itu, berguling-guling ke sana kemari.Wulan hanya tersenyum melihat itu. Entah kenapa dia merasa begitulah bahagia bisa bersama dengan Yuri. Sebenarnya dia dari dulu ingin seperti ini. Tapi Wulan tau diri ketika di rumah Ayahnya. Jika dia adalah anak yang tidak di senangi dan di inginkan kehadirannya.Wulan semakin bersyukur dengan keadaannya sekarang, lalu tak lupa ingin mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya pada Wulan. Semua ini pasti sudah rencana Saka untuk mendekatkan dirinya dan Yuri, Seperti keinginannya yang pernah diutarakan pada Saka tempo lalu.Wulan cepat menghabiskan sarapannya dan meneguk susu hangatnya. Lalu menghampiri Yuri dan membanting tubuhnya di sebelah Yuri."Apa kamu betah disini, Yuri?" tanya Wulan, menatap langit-langit kama
Melihat Saka sudah datang, Wulan segera menghambur untuk menyambutnya.Lalu cepat-cepat menyambut tangannya dan menciumnya. Sambutan Wulan begini, membuat Saka senang. Sungguh merasa menjadi suami seutuhnya."Bang Saka sudah pulang ya? Cepat sekali?" Tanya Wulan."Iya sayang.. tadi kan aku sudah bilang kalau hanya sebentar saja. Kenapa? Wulan sudah kangen ya?" Saka balik bertanya sambil merengkuh pinggang Wulan.Wulan hampir saja berontak ketika Saka memeluknya.'Cinta itu adalah perasaan bahagia ketika kita dekat dengan seseorang. Kita akan berdebar jika sedang bersamabya , lalu akan rindu jika orang itu jauh dari kita. Menatapbya akan terlihat indah, lalu menyentuhnya akan terasa nyaman.'Penjelasan dari Yuri tiba-tiba teringat di benak Wulan. Dia yang tadi ingin berontak kini mengurungkan niatnya. Dia lalu membalas pelukan Saka. Menempelkan kepalanya di dada Saka. Sengaja berlama-lama. Ingin tahu apa benar yang dikatakan Yuri tadi.'Jantungku berdegup kencang sekali kalau dalam po
Saka menoleh pada hp yang tergeletak di atas meja dan terus bersuara keras itu.Sebenarnya dia tidak ingin peduli itu, memilih mengabaikan panggilan hpnya, dan kembali fokus pada Wulan.. Tapi Wulan memberitahunya agar mengangkatnya dahulu."Siapa tau penting bang Saka, angkat dulu."Saka mendengus kesal, lalu meraih hpnya dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya masih digunakan untuk mendekap tubuh Wulan.Dia melirik nama si pemanggil dan menggeser tombol hijau di sana."Kenapa menggangguku saja Ang, ada apa? Tidak bisa nanti atau besok kah? Kamu ini!” suara kesal Saka."Maaf Tuan muda. Maafkan saya jika sudah mengganggu." sahut Ang di seberang sana."Ckk, kamu memang menggangguku. Sangat mengganggu! Ada apa? Cepat!""Maaf Tuan muda. Sekali lagi maaf. Tapi ini mengenai kabar terkini Gani Harmoko. Ayah Nyonya muda. Mertua Anda." jawab Ang, disana."Hah!! Benarkah? Baiklah.. tunggu tunggu.."Saka melepaskan pelukannya pada Wulan."Tunggu sebentar, ya? Rupanya Ang ada hal pentin
Di rumah besar Gani Harmoko,Lebih tepatnya sekarang ini sudah bisa dibilang adalah bekas rumah Gani Harmoko, karena saat ini mereka benar-benar diusir dari rumah besar mereka itu dan terlihat mereka sedang melangkah keluar dari gerbang dengan menarik beberapa koper milik mereka.Raut suram dan sedih terlihat jelas di wajah ketiga orang itu. Yaitu Gani Harmoko, Tiara dan Jihan.Mereka tidak tahu akan kemana. Tidak tahu harus menemui siapa, untuk meminta bantuan. Bingung!Mereka melangkah, menjauhi rumah mewah bekas milik mereka itu.Banyak mata yang melirik mereka, sebagian besar tentunya para emak-emak yang sedang mengerubungi tukang sayur.Terlihat berbisik, membicarakan mereka. Berbisik, bukan karena kasihan atau iba pada nasib keluarga Harmoko yang baru saja terusir dari rumah mereka.Tapi berbisik untuk menghujat dan bahkan mengumpat mereka.“Lihat mereka, keluarga yang sombong itu. Sekarang bangkrut dan di usir dari rumah mewahnya.”“Itu karma . Mereka dulu jahat sekali pada Wu
" Ayah..! Maafkan aku, jika aku akan menikahi gadis kecil. Aku tidak bisa menjaga pesan Ayah untuk tidak mengikuti jejak Ayah. Aku tidak bisa lagi menahan perasaanku. Aku terlanjur jatuh cinta padanya Ayah."" Aku kemari ingin meminta restu pada kalian. Minggu ini aku akan menikahinya.Tapi Ayah dan ibu jangan khawatir. Aku akan menjaga menantu kalian dengan nyawaku. Dengan badanku, percaya lah Ayah, kisah kalian tidak akan terulang pada kami. Ayah harus percaya itu. Tenanglah kalian di sana. Aku akan sering sering kemari bersama menantu kalian nantinya." ucap Sekretaris Ang, menoleh pada Yuri yang masih menatapnya.Tak ada suara dari mulut Yuri. Seperti nya hati gadis kecil itu ikut merasakan kepedihan hati kekasih nya, meskipun pria itu tak menunjukkan sedikitpun rasa sedihnya."Yuri, ucapkan sesuatu pada kedua calon mertuamu.""Ah, iya kakak." Yuri tergagap lalu menoleh kepada dua batu nisan itu secara bergantian.Ia sempat membaca nama yang terukir di sana.'Anggita dan Sebastian!'
"Sekali kali manja pada istri sendiri tidak apa apa kek. Kenapa di permasalahkan? Kakek ini, Aku sedang menderita begini masih saja dimarahi terus!""Lagian , tangan masih berfungsi juga. Jangan jadikan alasan ngidammu buat bermanja manja pada istrimu. Kasian dia, dia bukan pelayanmu. Dan kamu harus ingat, dulu Wulan sudah puas mengurusmu , memandikanmu dan menyuapmu sebelum tanganmu bisa berfungsi." ucap Kakek Abian semakin sewot."Hehe, Iya kek. Maaf maaf. Wulan, maafkan bang Saka. Bang Saka akan makan sendiri saja." Saka malu, segera mengambil alih mangkok di tangan Wulan .Tapi Wulan buru-buru mencegahnya."Tidak apa Bang Saka, Wulan senang kok menyuapi bang Saka. Memang menyuapi bang Saka harus karena tangan bang Saka tidak berfungsi? Ini tanda nya romantis . Begitu kek, bukan karena bang Saka manja. Bang Saka juga sering menyuapi Wulan, kan?" sahut Wulan , menoleh pada Kakek Abian dan Saka."Tuh, kakek dengar sendiri. Jangan terus menyalahkan Saka. Kita ini pasangan yang romanti
"Saya mengerti, Nyonya. Saya mengerti. Mohon maafkan saya, Nyonya. Bukan tidak percaya kepada Nyonya, tapi saya mohon, izinkan kali ini saya mendampingi Tuan Muda di setiap keadaannya. Saya hanya ingin menebus kesalahan saya di hari kemarin, yang terlalu sibuk dengan perusahaan hingga mengabaikan keamanan dan kesembuhan Tuan Muda. Saat ini saya hanya ingin memastikan jika Tuan Muda akan terus baik-baik saja, dan tidak mengulangi kesalahan saya yang kemarin," jawab Sekretaris Ang, menunduk. Tidak berani membalas tatapan sangar milik Wulan."Lalu bagaimana dengan ayah dan ibuku? Apa kamu tidak memikirkan itu, Tuan Ang? Apa kamu tahu, jika mereka sudah menyiapkan pesta kecil di rumahnya untuk kalian? Bahkan mereka sudah membagi sedekah pada para mantan tetangganya dulu di komplek kumuh itu, dan meminta doa mereka untuk hari pernikahan kalian yang sudah ditentukan? Mereka pasti akan kecewa hatinya, walau bibir mereka tidak akan berani mengatakan itu."Sekretaris Ang terkejut, mendongak. M
"Saya tidak mengatakan itu, tapi jika Anda ingin begitu, tidak masalah. Demi Tuan Muda, saya akan melakukan apa pun! Saya akan sangat senang, tidak harus bersusah payah, saya sudah akan mendapatkan bayi.""Dasar, gila kamu ya? Kamu pikir aku sapi atau bagaimana? Kamu ini, sudah dapat adiknya mau kakaknya juga. Langkahi dulu mayatku, Ang!"Ang tergelak melihat emosi Saka yang meluap."Kamu tahu tidak, aku sudah payah menanam benih, kamu yang enak mau mengambil untungnya. Aha... tidak mungkin terjadi. Wulan dan bayinya itu milikku. Jika kamu mau bayi, usaha sendiri. Cepatlah menikah dan membuatnya, kamu akan mengalami seperti aku juga." Saka menendang tangan Ang yang masih tergelak."Hanya bercanda, Tuan Muda! Mana saya berani. Mendapatkan Yuri saja sudah membuat saya beruntung. Habisnya Tuan Muda tidak bisa bersabar. Padahal tadinya Tuan Muda sendiri yang mengatakan jika akan rela menanggung derita ini setahun sekali pun," jawab Ang, masih dengan tertawa."Diam, bedebah! Kamu terus saj
Di hari di mana Saka diperiksa oleh sang dokter, di hari di mana Wulan dinyatakan positif hamil oleh dokter spesialis kandungan, di hari itu juga mereka sudah diperbolehkan pulang. Tak perlu menginap, tak perlu dirawat inap, kata sang dokter. Sebab keadaan Saka murni dinyatakan sebagai Sindrom Suami Ngidam atau Sindrom Couvade.Saka mengalami kehamilan simpatik, di mana istrinya yang tengah hamil, namun Saka yang menanggung masa ngidam istrinya.Sejak hari itu, sejak masuk ke dalam kamar mereka, Saka yang tadinya laki-laki tangguh dan kuat mendadak menjadi laki-laki lemah yang sensitif.Manja melebihi balita.Mual dan muntah pun terus berlanjut. Bukan hanya itu, Saka mulai tidak menyukai bau-bau wangi, seperti sabun, parfum, dan pewangi ruangan. Hari-harinya juga terlihat menyedihkan karena Saka hanya bisa meminum air teh manis hangat dan memakan buah saja. Jika ada minuman atau makanan lain yang ia telan, perut Saka langsung menolak.Bukan hanya itu, baik kamar dan seluruh ruangan ya
"Wulan," Saka bangun dan duduk. Wulan langsung menubruknya dan tersedu."Bang Saka, kamu menakutiku, bagaimana keadaanmu sekarang? Apa yang masih Bang Saka rasakan?""Wulan, jangan menangis lagi. Aku tidak apa-apa, hanya masih sedikit pusing dan sedikit mual. Sebentar lagi akan hilang. Dokter sudah memberiku obat anti muntah tadi," ucap Saka mengelus lembut kepala Wulan."Dokter, sebenarnya apa yang terjadi pada Tuan Muda Saka?" tanya Sekretaris Ang.Dokter itu menarik napas."Menurut hasil pemeriksaan, Tuan Muda baik-baik saja. Lambung, usus, dan semua organ di tubuh Tuan Muda tidak ada gangguan. Tidak juga keracunan," jawab sang dokter."Baik-baik saja bagaimana? Tuan Muda terlihat sakit parah sampai pingsan, kamu bilang baik-baik saja. Kamu ini bisa memeriksa tidak! Kamu mau bermain-main denganku, hah!" bentak Sekretaris Ang."Tuan Sekretaris, tolong tenanglah. Dokter kandungan sebentar lagi akan datang dan kita akan segera tahu penyebab sakit Tuan Muda.""Apa kamu bilang? Tuan Mud
"Benar, Ayah. Itu biar menjadi urusan mereka. Sekarang, mari kita membahas tanggal pernikahan," sahut Saka.Sekretaris Ang mengangguk. "Lebih cepat lebih baik, Tuan Gani. Saya ingin segera menghindari fitnah atau hal-hal yang tidak diinginkan.""Apa akhir minggu ini terdengar baik untuk Anda?" tanya Gani Harmoko.Sekretaris Ang menoleh pada Yuri. "Apa kamu setuju, sayang?""Iya, aku ikut keputusan Kakak saja," jawab Yuri dengan senyuman."Baiklah, Tuan Gani. Saya akan mempersiapkan semuanya untuk akhir minggu ini," balas Ang.Rencana PernikahanSemua sepakat. Mereka memutuskan pernikahan sederhana yang dilakukan di bawah tangan karena usia Yuri yang masih belum mencapai 19 tahun. Sekretaris Ang memahami konsekuensi pernikahan dini dan berjanji untuk menjaga Yuri dengan baik.Setelah obrolan selesai, mereka melanjutkan makan siang bersama. Yuri, Wulan, Jihan, dan Tiara sibuk menyiapkan hidangan, sementara para pria melanjutkan pembicaraan ringan.Saat semua sudah siap, Yuri memanggil c
"Dulu saya bertemu dengan ibunya Wulan. Gadis yang membuat saya jatuh cinta. Padahal saat itu keluarga saya sudah berencana untuk menjodohkan saya dengan istri saya ini.""Saya melakukan hal terlarang pada ibu Wulan, dan saya meninggalkannya karena terpaksa harus menikahi wanita pilihan orang tua saya. Saya tidak pernah tahu jika pada saat itu ibu Wulan mengandung benih saya. Saya sempat mencarinya ke mana-mana, namun saya gagal menemukannya karena ternyata ibu Wulan dibawa keluarganya pulang ke kampung. Hingga suatu hari, seorang famili ibu Wulan mengantar bayi merah kepada saya beserta selembar surat. Dia mengatakan bahwa ibu dari bayi itu sudah meninggal dunia beberapa jam setelah melahirkan." Kini air mata Gani yang tadi sudah kering kembali menetes. Tepukan-tepukan halus Tiara mengusap punggungnya."Sudah, Yah. Itu masa lalu. Tidak akan terjadi pada anak cucu kita. Cukup, Ayah. Cukup kita yang berbuat salah," ucap Tiara.Gani mengangguk, melirik wajah Wulan yang memerah dan teris
"Kalau begitu, aku akan membantumu, Wulan," seru Yuri, ikut berdiri.Tiara pun berdiri. "Yuri, calon pengantin. Kembali lah duduk. Biar Ibu yang membantu kakakmu Wulan. Kamu duduk manis saja, ya?"Yuri tersipu dengan ucapan ibunya dan kembali duduk di samping Sekretaris Ang yang terus tersenyum padanya.Wulan dan Tiara beranjak ke dapur, dan tak lama kemudian sudah kembali dengan membawa minuman—segelas teh untuk Gani Harmoko dan segelas kopi putih untuk Saka.Kembali mereka terlihat fokus sesaat setelah Gani menyeruput minumannya.Saka kembali menarik napas dan memulai obrolan yang kedua."Ayah dan Ibu, sekali lagi kami ucapkan terima kasih atas penerimaan ini. Dan kami minta maaf jika tidak membawa apa-apa dalam acara lamaran dadakan ini. Kami tidak mempersiapkan apa pun, karena keputusan ini kami ambil semalam. Dan pagi hari ini kami langsung kemari tanpa sempat ke mana-mana dulu.""Tuan muda Saka, apa yang harus dibawa memangnya? Ini saja sudah membuat kami hampir terbang ke awan.