Yuri semakin takut, lalu cepat-cepat melangkah masuk ke dalam kamarnya."Jangan lupa, memikirkan kesalahanmu padaku juga." Ang, menutup pintu. Di balik pintu, Yuri nelangsa. Dia meratapi segala kesalahannya. Terhadap Tuan muda Saka kesalah pahamannya pada kejadian Wulan tadi. Lalu, perlakuannya pada tuan Sekretaris.Mendadak, dunia terasa gelap baginya. Lalu memilih untuk membanting diri di kasur, sambil merenungi nasib diri.Sementara Saka menghampiri Wulan yang sudah beringsut di atas kasur."Ternyata saudaramu itu sangat tengil ya? Beraninya memprovokasi istriku untuk kabur."Wulan mendongak, " Bang Saka, bukankah aku sudah menjelaskan. Yuri hanya salah paham.""Kamu pikir aku peduli. Mana bisa? Aku tetap akan menghukumnya karena dia terlalu lancang."Wulan membelalakkan. " Jangan.. Kasian Yuri Bang Saka. Sebenarnya dia itu baik..." Wulan kembali membujuk Saka."Baik dari mana? Mengajak istri orang kabur kok baik...!""Sudah di bilang kalau ini hanya salah..."Cup...!! Saka membung
'Sejak kapan Tuan sekretaris peduli dengan pelayan baru dan mau bersusah payah mengenalkannya pada kami? Biasanya, meskipun ada pelayan baru, Bu Asri lah yang akan mengenalkannya.' pertanyaan di otak mereka semakin berlanjut ketika mengetahui jika Sekretaris Ang sengaja menyuruh Bu Asri mengumpulkan Mereka hanya untuk mengenal kan seorang pelayan.Tidak ada yang berani bertanya, tidak mungkin juga ada yang berani, jika itu menyangkut sekretaris Ang mereka memilih bungkam tenggelam dengan rasa penasaran. Apapun dan siapapun dia , pasti dia orang yang spesial. ' Tidak mungkin tidak.' kembali mereka menebak tanpa tujuan. Hanya melempar senyuman termanis mereka pada Yuri lalu bubar untuk melanjutkan pekerjaan masing-masing.Bu Asri menghampiri Yuri. Membawanya untuk menemui seseorang di sebuah dapur khusus.Mbak Endang sedang sibuk menyiapkan menu sarapan untuk Tuan muda dan Nyonya muda, menoleh ketika Bu Asri memanggilnya."Endang, mulai saat ini dia akan membantumu mengurus semua keperl
"Awas..!" Wulan mendorong wajah agar menjauh, lalu memegangi dadanya."Kenapa..? Apa sesak?"Wulan mengangguk."Sepertinya aku terkena asma. Tidak tidak.. Ini seperti serangan jantung ringan.""Saat menatapku?" Saka bertanya kembali.Wulan mengangguk, masih memegangi dadanya.Bukannya khawatir dengan keadaan paru-paru atau jantung Wulan, Saka malah tersenyum senang!______________Wulan menuruni ranjang setelah melihat Saka sudah keluar dari kamar, entah mau kemana Wulan pun tidak bertanya. Berangkat ke kantor mungkin?Dia lalu pergi ke kamar mandi , mematung agak lama di depan cermin.Melihat wajahnya yang semakin hari semakin mulus saja. Lalu melihat kulit lengan dan kakinya. Mulus , halus dan putih. "Berkat mbak Endang ini!" serunya, sambil senyum-senyum sendiri.Mbak Endang yang rajin merawat kulitnya. Melulurnya hampir setiap hari. Mengganti semua krim kecantikannya dengan merek terkenal di dunia.'Ternyata jadi orang kaya enak ya? Pantas saja Ibu dan Jihan takut jatuh miskin.'
Melihat itu, Saka langsung menarik tubuh Wulan dengan kuat sampai menabrak tubuhnya. Lalu Saka cepat-cepat menutup pintu dan menguncinya kembali."Bang Saka, kenapa tidak boleh? Aku harus memanggil sekretaris Ang untuk membawa kita ke rumah sakit.""Tidak. Jangan." Saka mencegah Wulan."Lho kenapa, Bang? Bang Saka sakit TBC dan aku kena serangan jantung. Kalau terjadi apa-apa atau makin parah bagaimana? Siapa yang akan menemani kakek dan nenek? Terus bagaimana kelanjutan tentang rencana pembuatan cicit untuk kakek.? Semua bisa gagal, Bang Saka?" Wulan berontak, bertekad untuk pergi menemui Sekretaris Ang, ingin segera meminta bantuannya.Saka yang hampir saja kaku karena kekonyolan Wulan, juga sempat terkejut dengan ucapan terakhirnya. Ternyata Wulan masih memikirkan tentang cicit untuk sang kakek. Saka membalikkan tubuh Wulan untuk menghadapnya."Jangan, Wulan... Kamu jangan nekad begini. Lihatlah dulu bagaimana dirimu. Masa iya mau keluar dengan keadaan begini? Kamu cari mati ya? Se
"Tuan Muda. Maafkan saya... Saya tidak tau jika Tuan muda masih ada di kamar. Saya kira tidak ada Tuan muda." ucap mbak Endang merasa bersalah karena berpikir sudah mengganggu mereka.'Sudah menggangguku, enak saja minta maaf!!' Maki Saka, tapi hanya di dalam hati."Tidak apa, Mbak Endang. Aku juga akan segera pergi. Syukurlah Mbak Endang sudah datang. Tolong jaga istriku dengan sebaik-baiknya. Dan jangan biarkan setan mendekatinya." jawab Saka sambil melirik Yuri. Yang dilirik langsung menunduk. Lalu Saka menghampiri Wulan dan memeluknya."Sayang... baik-baik di rumah ya. Bang Saka harus ke kantor dulu. Sebentar saja." ucap Saka lalu mendaratkan kecupan panjangnya di pucuk kepala Wulan.Wulan tersenyum.Adegan romantis mereka itu jelas di lihat oleh mbak Endang dan juga Yuri. Mbk Endang yang sudah mulai terbiasa melihat keromantisan mereka tidaklah terkejut. Hanya tersenyum ikut merasa kebahagiaan mereka."Bang Saka juga hati-hati ya." sahut Wulan dengan sangat manis.Saka mengangguk
Yuri berdiri, lalu menghampiri rajang luas milik Wulan. " Wah... ranjangmu besar sekali. Kamu tidur di sini bersama Tuan muda Saka ya?" tanya Yuri menoleh pada Wulan.Wulan hanya tersenyum saja. Lalu Yuri membanting tubuhnya di kasur itu, berguling-guling ke sana kemari.Wulan hanya tersenyum melihat itu. Entah kenapa dia merasa begitulah bahagia bisa bersama dengan Yuri. Sebenarnya dia dari dulu ingin seperti ini. Tapi Wulan tau diri ketika di rumah Ayahnya. Jika dia adalah anak yang tidak di senangi dan di inginkan kehadirannya.Wulan semakin bersyukur dengan keadaannya sekarang, lalu tak lupa ingin mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya pada Wulan. Semua ini pasti sudah rencana Saka untuk mendekatkan dirinya dan Yuri, Seperti keinginannya yang pernah diutarakan pada Saka tempo lalu.Wulan cepat menghabiskan sarapannya dan meneguk susu hangatnya. Lalu menghampiri Yuri dan membanting tubuhnya di sebelah Yuri."Apa kamu betah disini, Yuri?" tanya Wulan, menatap langit-langit kama
Melihat Saka sudah datang, Wulan segera menghambur untuk menyambutnya.Lalu cepat-cepat menyambut tangannya dan menciumnya. Sambutan Wulan begini, membuat Saka senang. Sungguh merasa menjadi suami seutuhnya."Bang Saka sudah pulang ya? Cepat sekali?" Tanya Wulan."Iya sayang.. tadi kan aku sudah bilang kalau hanya sebentar saja. Kenapa? Wulan sudah kangen ya?" Saka balik bertanya sambil merengkuh pinggang Wulan.Wulan hampir saja berontak ketika Saka memeluknya.'Cinta itu adalah perasaan bahagia ketika kita dekat dengan seseorang. Kita akan berdebar jika sedang bersamabya , lalu akan rindu jika orang itu jauh dari kita. Menatapbya akan terlihat indah, lalu menyentuhnya akan terasa nyaman.'Penjelasan dari Yuri tiba-tiba teringat di benak Wulan. Dia yang tadi ingin berontak kini mengurungkan niatnya. Dia lalu membalas pelukan Saka. Menempelkan kepalanya di dada Saka. Sengaja berlama-lama. Ingin tahu apa benar yang dikatakan Yuri tadi.'Jantungku berdegup kencang sekali kalau dalam po
Saka menoleh pada hp yang tergeletak di atas meja dan terus bersuara keras itu.Sebenarnya dia tidak ingin peduli itu, memilih mengabaikan panggilan hpnya, dan kembali fokus pada Wulan.. Tapi Wulan memberitahunya agar mengangkatnya dahulu."Siapa tau penting bang Saka, angkat dulu."Saka mendengus kesal, lalu meraih hpnya dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya masih digunakan untuk mendekap tubuh Wulan.Dia melirik nama si pemanggil dan menggeser tombol hijau di sana."Kenapa menggangguku saja Ang, ada apa? Tidak bisa nanti atau besok kah? Kamu ini!” suara kesal Saka."Maaf Tuan muda. Maafkan saya jika sudah mengganggu." sahut Ang di seberang sana."Ckk, kamu memang menggangguku. Sangat mengganggu! Ada apa? Cepat!""Maaf Tuan muda. Sekali lagi maaf. Tapi ini mengenai kabar terkini Gani Harmoko. Ayah Nyonya muda. Mertua Anda." jawab Ang, disana."Hah!! Benarkah? Baiklah.. tunggu tunggu.."Saka melepaskan pelukannya pada Wulan."Tunggu sebentar, ya? Rupanya Ang ada hal pentin
"Kamu kenapa?" Sekretaris Ang mendekat."Ah, tidak apa-apa. Kalau begitu kita harus berkemas. Mumpung masih sore."Sekretaris Ang mengangguk.Yuri menarik kopernya."Tidak perlu membawa baju," ucap Sekretaris Ang."Hah! Gantiku bagaimana?" tanya Yuri heran."Sudah ada di sana.""Di sana? Maksudnya di sana di mana? Di rumah Tuan Muda Saka? Aku sudah membawa hampir semua ke sini, Kak.""Apa kamu kira, kita akan pulang ke rumah Tuan Muda?" Sekretaris Ang kini sudah tak berjarak."Lalu? Ke mana? Apa Kak Ang akan membawaku pulang ke rumah Kak Ang? Memang Kak Ang punya rumah?" tanya Yuri. Dia berpikir jika selama ini Sekretaris Ang tidak punya tempat tinggal selain Rumah Tuan Muda Saka. Karena selama ini Yuri tidak pernah melihat Sekretaris Ang pulang ke mana pun selain ke rumah itu.Mau pagi atau malam setelah pulang dari kantor, Sekretaris Ang selalu ada di rumah itu.Sekretaris Ang tergelak mendengar pertanyaan istri kecilnya itu. Mengangkat dagu Yuri dengan telunjuknya."Apa menurutmu,
Kini saatnya Ang dan Yuri menghampiri Saka dan Wulan.Saka dengan antusias menyambut tangan Sekretaris Ang dan memeluk sekretarisnya itu untuk pertama kalinya selama hidupnya."Selamat, Ang! Akhirnya kamu melepas masa lajangmu juga.""Terima kasih, Tuan Muda. Semua ini berkat dukungan Anda juga.""Haha. Kamu harus ingat satu hal, Ang. Meskipun kamu lebih tua dariku, tapi detik ini kamu adalah adik iparku! Jadi kamu harus menghormatiku lebih dari sebelumnya!""Tentu, Tuan Muda. Saya akan mengingatnya selalu." Keduanya pun tertawa setelah melepaskan pelukan.Wulan pun berganti memeluk Yuri."Selamat atas pernikahanmu, Adikku! Bahagia selalu ya?""Kak Wulan!" Yuri memeluk erat Wulan, dan untuk pertama kalinya ia memanggil "kakak" pada Wulan, begitu terdengar hangat di telinga Wulan."Terima kasih, Kak Wulan. Kamu kakak terbaikku!"Keduanya tersenyum bahagia.Kemudian Yuri tak melupakan Jihan."Kamu sudah menjadi seorang istri. Jadi artinya kamu bukan bocil lagi. Kamu tidak boleh merengek
Hanya mereka saja yang berangkat. Tanpa iring-iringan. Tanpa Kakek Brahmana dan Nenek Sulis. Mengingat keadaan Kakeknya yang sudah mulai ringkih dan cepat lelah, Saka sengaja tidak mengizinkan mereka untuk ikut mendampingi Sekretaris Ang. Dan pada akhirnya, Kakek Brahmana dan Nenek Sulis pun setuju saja, menunggu Sekretaris Ang pulang ke rumah dengan membawa istrinya nanti.Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, tidak kencang dan tidak juga lamban. Nampak sekali jika Pak Abu, sang sopir, kali ini mengemudi dengan hati-hati, mengingat jika sedang membawa calon pengantin, dan mobil yang di belakang pun sama.Hingga sampailah mereka di depan rumah keluarga Harmoko.Semua kemudian turun setelah mobil berhenti.Gani Harmoko rupanya sudah siap menyambut mereka sendiri dengan beberapa pria berjas di belakangnya.Lalu mereka saling menunduk untuk saling memberi hormat tanpa berjabat tangan."Tuan Muda, Tuan Sekretaris. Selamat datang!" sapa Gani Harmoko.Mereka membalas sapaan Gani Harmoko
Pagi buta di kediaman keluarga Mahendra terlihat sedikit riuh oleh para pelayan.Mereka tahu, jika pagi ini adalah hari pernikahan Sekretaris Ang dengan Yuri yang akhir-akhir ini sudah mereka ketahui jika Yuri adalah adik Nyonya muda mereka.Mereka bukan sedang berkemas untuk ikut menghadiri acara pernikahan Sekretaris Ang yang akan dilangsungkan di kediaman Gani Harmoko, mereka tidak diperbolehkan ikut selain Bu Asri saja yang diperbolehkan, itu pun untuk mendampingi Wulan. Tapi para pelayan baik pria dan wanita ikut deg deg ser hatinya, entah apa yang sedang mereka rasakan dan lakukan. Yang jelas semua terlihat tidak sabar menunggu turunnya sekretaris Ang dari tangga.Mereka sebenarnya hanya sekedar ingin memberi selamat dan ucapan hati hati untuk calon pengantin , seorang atasan mereka yang mereka kagumi itu. Sang Sekretaris Utama hari ini akan melepas masa lajangnya.Di dalam kamar Sekretaris Ang, pria itu masih berdiri di depan cermin, membetulkan kemeja putih yang sudah ia pakai
"Ini bukan soal keberuntungan, melainkan mungkin sudah takdir. Bukan kah, kalau jodoh tak kan kemana? Mungkin Putri Putri kami memang sudah berjodoh dengan mereka ,Dua pria hebat itu." jawab Tiara.Begitulah, Bahagia dan bangga perasaan Tiara dan juga Gani Harmoko.Saat ini, semua orang mengagumi mereka. Dan makin menghormati mereka. Dua pria hebat sekaligus , menjadi menantu mereka. Siapa yang tidak bangga? Siapa yang tidak kagum? Hampir semua para pengusaha ternama memimpikan memiliki hubungan serius dengan keluarga Brahmana. Yang memiliki seorang putri sangat bermimpi bisa dilirik oleh dua pria hebat itu. Tapi ternyata nasib baik malah berpihak pada keluarga Harmoko.Mereka bukan tidak tahu awal kisah pernikahan Putri pertama keluarga Harmoko dengan Tuan muda dari keluarga Brahmana itu. Semua juga sudah tahu, tapi lagi-lagi saat ini tidak ada yang berani mengungkitnya. Apalagi ketika Saka pernah mengumumkan beberapa kali tentang pernikahannya dengan Wulan di depan beberapa Pengusah
"Ibu sudah menyesal, bahkan sebelum Wulan dan kamu menjemput kami di kontrakan kumuh itu, Ibu sudah bertobat. Dan mungkin Tuhan membalas tobat ibu dengan kebahagiaan yang berlipat lipat ganda. Bayangkan saja Yuri, kehidupan kami jauh lebih baik. Perusahaan Ayahmu semakin baik, nama kami juga kini semakin terhormat. Terlebih setelah banyak yang tau jika kami ini ternyata Mertua dari Tuan muda Saka. Apalagi nanti, di tambah akan menjadi Mertua Sekretaris utama Brahmana group. Sungguh suatu anugerah besar yang kami terima.""Ibu benar. Ibu harus banyak bersyukur ya?""Tentu saja. Kamu tau tidak. Kemarin Ibu dan Jihan bagi bagi sedekah ke seluruh penghuni komplek dan kontrakan bekas kami mengontrak dulu. Uang dari Tuan muda dan calon suamimu sudah habis separuhnya untuk kami sedekahkan. Ibu ingin berbagi kebahagiaan dengan mereka. Ibu pernah merasa sulit sesulit sulit nya ketika berada di sana, makanya ibu ingin sedikit mengurangi kesulitan mereka juga." Tiara bercerita pada Yuri."Syukur
Sekretaris Ang mengangguk, merasa menghangat hatinya. Jika dulu ia sempat berpikir jika keluarga Harmoko adalah keluarga yang tidak baik, dan diakui sekretaris Ang jika ia sempat membenci keluarga ini. Namun setelah Yuri membawanya masuk ke keluarga ini, ternyata berbeda dengan dugaannya.Sebenarnya keluarga ini bisa menjadi keluarga yang hangat. Mungkin begitu lah manusia, saat melakukan kesalahan dan mau menyadarinya, maka kebaikan kebaikan akan menyapanya dan semakin meningkat untuk menyertainya."Baiklah, Tuan Gani. Saya juga minta maaf, jika tidak bisa mengadakan pesta besar untuk pernikahan Putri kalian. Tapi saya berjanji, jika waktu sudah mengijinkan nanti, maka kita akan mengadakan pesta yang meriah." ucap sekretaris Ang."Bukankah kemarin kita sudah sepakat? Jadi jangan dijadikan beban. Yang penting kalian Sah dulu. Dan yang terpenting adalah, harus bahagia." sahut Gani Harmoko.Sekretaris Ang mengangguk, lalu menoleh pada Yuri."Kau tidak apa-apa kan, Sayang..?" sekretaris
Sementara sekretaris Ang tersenyum puas sudah membuat Si Sam itu patah harapan. Ia merasa menang , lalu Segera mengajak Yuri kembali ke mobil setelah mereka menyelesaikan makan nya.Sekretaris Ang melajukan kembali mobilnya. Kali ini Yuri merasa bingung ketika sekretaris Ang berhenti di depan sebuah Rumah yang ternyata kediaman orang tua nya.Lalu Yuri menoleh pada sekretaris Ang saat mereka sudah berada di depan pintu."Kakak??""Aku sengaja mengantarmu pulang ke rumah orang tuamu sebelum mereka menjemput mu.""Kakak? Apa maksudnya??" Entah kenapa, mendengar ucapan Sekretaris Ang Yuri begitu terkejut. Pikiran nya sudah berburuk sangka saja."Kamu harus tinggal bersama mereka." sahut sekretaris Ang."Kakak??" wajah Yuri seketika pucat."Kita tidak akan bertemu untuk beberapa hari kedepan. Kau bisa menungguku kan? Sampai di hari pernikahan kita? Kita akan menikah di rumah orang tuamu ini."Mendadak Yuri menubruk sekretaris Ang. Memeluknya dengan erat."Kau menakutiku Kak?? Ku pikir kau
"Kak Samuel! " Yuri menutup mulutnya sambil menoleh ke arah sekretaris Ang yang sedang berbicara pada seorang pelayan."Yuri, kenapa kaget sekali? Apa kau bersama Tuan sekretaris dingin itu di sini?" tanya Samuel, sambil celingukan."Tentu saja kak Sam, dia kan calon suamiku. Jelas saja dimanapun ada aku pasti ada dia juga. Cepat pergi dari sini kak Sam . Jika tidak , kau tidak akan selamat kali ini." sahut Yuri mendorong tubuh Samuel agar cepat cepat pergi dari sana.Samuel yang tadinya mengira jika Yuri datang sendiri tidak bersama Sekretaris Ang pun segera mengangguk."Eh iya. Aku pergi ya?" Samuel takut juga rupanya.Tapi baru saja Samuel memutar tubuhnya, sebuah tangan kekar menangkap bahunya.Samuel menoleh, "Tuan Sekretaris! Maafkan saya. Saya, saya tidak sengaja bertemu dengan Yuri di sini. Sungguh, saya tidak bermaksud mengganggu nya." dengan wajah pias ketika melihat wajah penuh wibawa itu sudah menatapnya. Begitu juga dengan Yuri yang sama piasnya.Siapa sangka sekretaris A