Setelah diam sejenak Saka melanjutkan lagi, “Aku bukan mengajarimu untuk membalas dendam. Tapi kamu harus menunjukkan pada mereka , jika kamu sekarang bahagia. Bahagia dengan perjodohanmu. Kita harus berterima kasih pada mereka. Kamu berterima kasih karena perjodohan itu bisa membuatmu terlepas dari mereka. Aku perlu berterima kasih karena perjodohan itu, bisa membuatku bertemu lagi denganmu yang sudah membuatku sembuh dari sakitku. Bertemu lagi dengan gadis pilihan kakekku. Gadis yang sebenarnya sudah mencuri hatiku.""Setelah kamu siap. Kita berdua akan meminta restu pada ayahmu.""Jika mereka jahat lagi bagaimana, lalu tidak membolehkan saya pergi lagi, bagaimana? Nanti kalau saya di jual lagi oleh ayah?""Aku akan mengantarmu. Setiap kali kamu akan ke sana. Aku akan mengantarmu sendiri, menunggumu sampai kamu selesai di sana. Jangan takut. Jika mereka menyakitimu, tubuhku yang akan menjadi tameng untukmu."Mendengar semua ucapan Saka, Wulan menjadi tenang. Bukan hanya tenang, tapi
Beralih pada Wulan, yang terlihat semakin dekat dan akrab dengan kedua orang tua itu. Tapi harus kebal kupingnya karena setiap hari harus mendengarkan ceramah dari mereka. Tentang seorang istri yang patuh, dan yang setia. Dan tentang permintaan kakek dan nenek. Yaitu permintaan cicit dari Wulan.Wulan terdiam karena belum seberapa mengerti.Sebatas ciuman mungkin Wulan sedikit tahu. Tahu dari beberapa novel 18+ , tahu dari film-film romantis yang pernah ia tonton, yang hanya sebatas memunculkan adegan ciuman sewajarnya. Sebatas pacaran ala-ala anak muda. Tapi selebihnya, mana Wulan paham?Bahkan mungkin karena tidak pernah bersekolah, kecuali hanya sebutan otodidak yang ia sandang, artinya hanya mengetahui dan mendalami beberapa bidang saja. Hingga dia tidak mengerti caranya. Cara memberi cicit pada mereka.Dan suatu hari , hari di mana kakek Abian jatuh sakit. Sakit karena penyakit darah tingginya kambuh. Hingga harus dirawat di rumah sakit beberapa hari, lalu pulang kembali dan memi
"Seperti nya kakek tidak akan tahan lama, kecuali kamu bersedia memberi kami seorang cicit.""Seorang cicit. Berikan kami seorang cicit!Tanyakan pada Saka. Ajak dia bekerjasama!"Kata-kata kakek Abian terus teringat oleh Wulan. “Aku akan usahakan, Kek. Kakek harus bertahan. Kakek harus sembuh.” Wulan berjanji akan memberikan apa yang diinginkan kakek, apalagi itu hanya cicit pikirnya.Jadi saat sore sudah berganti petang, Wulan Indra mandi dan memilih baju. Baju yang sudah disiapkan oleh pelayan. Memang tidak tanggung-tanggung, sejak beberapa hari setelah kesembuhan Saka, dua lemari besar telah padat dengan baju untuk Wulan.Tapi dasar Wulan, tak satupun yang disentuhnya. Tak satupun yang diliriknya. Dia masih setia dengan baju-baju bawaan dari rumah Harmoko.Tapi petang ini, Wulan sibuk mencoba baju-baju itu. Entah sudah berapa stel baju yang ia pakai lalu digantinya lagi. Ganti dan ganti lagi, sambil terus nggrundel."Bagaimanakah bentuk baju ini? Belum juga selesai dijahit. Nggak
"Tuan muda.. Apa mau makan dulu?""Ti, tidak. Nanti saja.""Benar, nanti saja. Ada yang lebih penting."Saka melongo, melihat wajah serius Wulan. Lalu tiba-tiba wajah manis Wulan menghilang berganti raut sedih.'Kirain mau menggodaku? Kenapa malah menjadi syahdu begini?'"Wulan, " Saka baru saja ingin bicara tapi Wulan langsung memotong."Sst.. Saya dulu, Tuan. Ada hal yang saya ingin sampaikan. Ini penting." "Apa?" Wulan jadi penasaran."Jawab dulu. Apa saya terlihat cantik?""Ya.. Cantik , cantik sekali..""Ah, baiklah kalau begitu. Tuan muda, apa tahu kalau kakek sekarang sedang sakit keras?""Hah! Benarkan?" Saka sempat berpikir, bukankah kemarin Kakek sudah baik-baik saja? Kata dokter, tidak ada yang perlu dikhawatirkan."Iya, Tuan muda. Saya sangat sedih. Dan kakek meminta sesuatu padaku."Saka sedikit menyerngitkan alisnya, "Apa kakek pinta darimu?""Katanya, harus bertanya pada Tuan muda. Tuan muda yang bisa membantuku.""Apa it?" Saka makin penasaran."Cicit.”Saka tercenga
"Wulan,”"Tunggu sebentar. Sepertinya, saya harus ke kamar mandi dulu." Wulan segera beranjak, meninggalkan Saka yang tercengang."Astaga..!!! Ribet sekali sih..?" Saka mengeluh.' Sabar Saka. Sabar. Ingat, istrimu tidak pintar.' dia menepuk jidat sendiri.Lama menunggu, akhirnya Wulan keluar juga dari kamar mandi. Kembali duduk di samping Saka."Sudah siap..?" tanya Saka.Wulan mengangguk mantap."Benar?"Wulan kembali mengangguk."Tidak mau ke kamar mandi lagi?"Wulan menggeleng."Tidak kebelet pipis?"Wulan menggeleng."Baiklah." Saka menghela nafas kembali dan mulai menatap serius pada Wulan."Wulan, mulia detik ini, jangan lagi panggil aku tuan muda. Ingat ya? Aku kan suamimu.""Lalu panggil apa?"“Terserah Wulan mau panggil apa.""Abang ya?" Tanya Wulan."Hah! Abang..? Abang tukang bakso? Nggak, yang lain saja.""Ckk. Bang Saka loh. Itu bagus.""Yang lain, Wulan.. Honey atau Baby !""Hah! Kok babi. Nggak sopan itu.""Baby . bukan babi.... B a b y. Ingat Baby dalam bahasa Inggris
Saka akan memulai penyerangan. Melirik Wulan yang menggigit bibir bawahnya sendiri. Terlihat semakin seksi, membuat hasratnya semakin menggebu saja.Saka mulai menghentak. Namun gagal."Ahhh...!!" Benar saja, Wulan menjerit dengan kuat."Tahan, ya..""Sakit..!""Aku tau, tapi perlu usaha keras. Kerjasama yang baik." bujuk Saka.Dengan nafas tersengal, Wulan mengangguk, "Apa bayinya sudah jadi?"Saka menggeleng, benar-benar harus ekstra sabar, menghadapi istri tidak pintarnya ini.'Bagaimana mau jadi..????? Alatnya saja masih di ambang pintu...!!!" batin Saka sungguh menjerit kali ini."Bang Saka.. sudah jadi kah.?" Wulan kembali bertanya."Belum sayang.. ini masuk dulu. Baru nanti jadi.""Tapi sakit..." Wulan kini berontak ketika Saka memaksa menekankan sesuatu padanya."Tidak... Stop! Aku tidak mau..!!" Wulan tiba-tiba histeris, mendorong kuat tubuh Saka hingga terpelanting ke samping."Wulan," Saka tercengang. Menatap Wulan yang duduk beringsut, menarik selimut dengan terisak. Waja
"Apanya yang berapa part??? Emangnya Author yang lagi nulis novel ini? Ah... Kakek..!!" jerit Saka."Lho.. apa yang terjadi? Kenapa kok frustasi begini?" Kakek Abian menatap khawatir."Frustasi... Saka memang sedang Frustasi..!!""Ini semua gara-gara Kakek. Memanfaatkan kebodohan Wulan. Bukannya part yang didapat, malah menyiksa!" Saka sewot."Saka, Maafkan kakek..Bukan begitu maksud kakek... Kakek cuma ingin membantumu.""Tapi berhasil kan?" sambung kakek."Mana ada. Kalau berhasil, gak mungkin sekarang Saka ada di sini. Pasti saat ini aku sedang melanjutkan part-part berikutnya." sahut Saka. "Dasar tidak berguna.!!" plak... Kakek Abian menampol kepala Saka.Saka mengusap kepalanya dan menggerutu, "Lagian kakek, sudah tau kalau Wulan itu gak pintar, malah di pintaran. Ngenes kan aku.." Saka masih sewot."Huh, lemes kan, kakek jadinya ? Ternyata cucuku tidak berhasil." Kakek Abian ikut merasa frustasi, duduk menopang dagu di sebelah Saka.Nenek Sulis juga ikut melongo di depan mereka
Begitu cerah langit hari ini. Hanya beberapa titik awan putih terlihat bergantung. Terik matahari pun terasa begitu menyengat kulit. Itu keadaan di luar rumah Keluarga Brahmana. Namun di dalam sana, didalam kamar Saka, terasa kehangatan mengalir di antara sepasang suami istri yang semalam baru saja mengalami gagal belah duren.Keduanya terlihat saling menatap penuh kehangatan. Wulan berbalut gaun putih dengan model yang tidak terlalu terbuka pilihan Sakad. Ditambah dengan paduan makeup yang tidak lagi setipis semalam, karena hari ini Wulan bermake-up di bantu oleh mbak Endang sang pelayan pribadinya. Wulan tampak begitu manis dan semakin menggemaskan.Pagi tadi mbak Endang selaku pelayan wanita lama di rumah itu resmi diangkat oleh Saka menjadi pelayan pribadi Nyonya Muda Brahmana alias Wulan dengan gaji tiga kali lipat, dengan syarat harus menjadi pelayan yang baik dan dapat diandalkan, jika tidak maka hukumannya adalah, dipecat!Menurut Saka, Wulan memang harus memiliki pelayan khu
" Ayah..! Maafkan aku, jika aku akan menikahi gadis kecil. Aku tidak bisa menjaga pesan Ayah untuk tidak mengikuti jejak Ayah. Aku tidak bisa lagi menahan perasaanku. Aku terlanjur jatuh cinta padanya Ayah."" Aku kemari ingin meminta restu pada kalian. Minggu ini aku akan menikahinya.Tapi Ayah dan ibu jangan khawatir. Aku akan menjaga menantu kalian dengan nyawaku. Dengan badanku, percaya lah Ayah, kisah kalian tidak akan terulang pada kami. Ayah harus percaya itu. Tenanglah kalian di sana. Aku akan sering sering kemari bersama menantu kalian nantinya." ucap Sekretaris Ang, menoleh pada Yuri yang masih menatapnya.Tak ada suara dari mulut Yuri. Seperti nya hati gadis kecil itu ikut merasakan kepedihan hati kekasih nya, meskipun pria itu tak menunjukkan sedikitpun rasa sedihnya."Yuri, ucapkan sesuatu pada kedua calon mertuamu.""Ah, iya kakak." Yuri tergagap lalu menoleh kepada dua batu nisan itu secara bergantian.Ia sempat membaca nama yang terukir di sana.'Anggita dan Sebastian!'
"Sekali kali manja pada istri sendiri tidak apa apa kek. Kenapa di permasalahkan? Kakek ini, Aku sedang menderita begini masih saja dimarahi terus!""Lagian , tangan masih berfungsi juga. Jangan jadikan alasan ngidammu buat bermanja manja pada istrimu. Kasian dia, dia bukan pelayanmu. Dan kamu harus ingat, dulu Wulan sudah puas mengurusmu , memandikanmu dan menyuapmu sebelum tanganmu bisa berfungsi." ucap Kakek Abian semakin sewot."Hehe, Iya kek. Maaf maaf. Wulan, maafkan bang Saka. Bang Saka akan makan sendiri saja." Saka malu, segera mengambil alih mangkok di tangan Wulan .Tapi Wulan buru-buru mencegahnya."Tidak apa Bang Saka, Wulan senang kok menyuapi bang Saka. Memang menyuapi bang Saka harus karena tangan bang Saka tidak berfungsi? Ini tanda nya romantis . Begitu kek, bukan karena bang Saka manja. Bang Saka juga sering menyuapi Wulan, kan?" sahut Wulan , menoleh pada Kakek Abian dan Saka."Tuh, kakek dengar sendiri. Jangan terus menyalahkan Saka. Kita ini pasangan yang romanti
"Saya mengerti, Nyonya. Saya mengerti. Mohon maafkan saya, Nyonya. Bukan tidak percaya kepada Nyonya, tapi saya mohon, izinkan kali ini saya mendampingi Tuan Muda di setiap keadaannya. Saya hanya ingin menebus kesalahan saya di hari kemarin, yang terlalu sibuk dengan perusahaan hingga mengabaikan keamanan dan kesembuhan Tuan Muda. Saat ini saya hanya ingin memastikan jika Tuan Muda akan terus baik-baik saja, dan tidak mengulangi kesalahan saya yang kemarin," jawab Sekretaris Ang, menunduk. Tidak berani membalas tatapan sangar milik Wulan."Lalu bagaimana dengan ayah dan ibuku? Apa kamu tidak memikirkan itu, Tuan Ang? Apa kamu tahu, jika mereka sudah menyiapkan pesta kecil di rumahnya untuk kalian? Bahkan mereka sudah membagi sedekah pada para mantan tetangganya dulu di komplek kumuh itu, dan meminta doa mereka untuk hari pernikahan kalian yang sudah ditentukan? Mereka pasti akan kecewa hatinya, walau bibir mereka tidak akan berani mengatakan itu."Sekretaris Ang terkejut, mendongak. M
"Saya tidak mengatakan itu, tapi jika Anda ingin begitu, tidak masalah. Demi Tuan Muda, saya akan melakukan apa pun! Saya akan sangat senang, tidak harus bersusah payah, saya sudah akan mendapatkan bayi.""Dasar, gila kamu ya? Kamu pikir aku sapi atau bagaimana? Kamu ini, sudah dapat adiknya mau kakaknya juga. Langkahi dulu mayatku, Ang!"Ang tergelak melihat emosi Saka yang meluap."Kamu tahu tidak, aku sudah payah menanam benih, kamu yang enak mau mengambil untungnya. Aha... tidak mungkin terjadi. Wulan dan bayinya itu milikku. Jika kamu mau bayi, usaha sendiri. Cepatlah menikah dan membuatnya, kamu akan mengalami seperti aku juga." Saka menendang tangan Ang yang masih tergelak."Hanya bercanda, Tuan Muda! Mana saya berani. Mendapatkan Yuri saja sudah membuat saya beruntung. Habisnya Tuan Muda tidak bisa bersabar. Padahal tadinya Tuan Muda sendiri yang mengatakan jika akan rela menanggung derita ini setahun sekali pun," jawab Ang, masih dengan tertawa."Diam, bedebah! Kamu terus saj
Di hari di mana Saka diperiksa oleh sang dokter, di hari di mana Wulan dinyatakan positif hamil oleh dokter spesialis kandungan, di hari itu juga mereka sudah diperbolehkan pulang. Tak perlu menginap, tak perlu dirawat inap, kata sang dokter. Sebab keadaan Saka murni dinyatakan sebagai Sindrom Suami Ngidam atau Sindrom Couvade.Saka mengalami kehamilan simpatik, di mana istrinya yang tengah hamil, namun Saka yang menanggung masa ngidam istrinya.Sejak hari itu, sejak masuk ke dalam kamar mereka, Saka yang tadinya laki-laki tangguh dan kuat mendadak menjadi laki-laki lemah yang sensitif.Manja melebihi balita.Mual dan muntah pun terus berlanjut. Bukan hanya itu, Saka mulai tidak menyukai bau-bau wangi, seperti sabun, parfum, dan pewangi ruangan. Hari-harinya juga terlihat menyedihkan karena Saka hanya bisa meminum air teh manis hangat dan memakan buah saja. Jika ada minuman atau makanan lain yang ia telan, perut Saka langsung menolak.Bukan hanya itu, baik kamar dan seluruh ruangan ya
"Wulan," Saka bangun dan duduk. Wulan langsung menubruknya dan tersedu."Bang Saka, kamu menakutiku, bagaimana keadaanmu sekarang? Apa yang masih Bang Saka rasakan?""Wulan, jangan menangis lagi. Aku tidak apa-apa, hanya masih sedikit pusing dan sedikit mual. Sebentar lagi akan hilang. Dokter sudah memberiku obat anti muntah tadi," ucap Saka mengelus lembut kepala Wulan."Dokter, sebenarnya apa yang terjadi pada Tuan Muda Saka?" tanya Sekretaris Ang.Dokter itu menarik napas."Menurut hasil pemeriksaan, Tuan Muda baik-baik saja. Lambung, usus, dan semua organ di tubuh Tuan Muda tidak ada gangguan. Tidak juga keracunan," jawab sang dokter."Baik-baik saja bagaimana? Tuan Muda terlihat sakit parah sampai pingsan, kamu bilang baik-baik saja. Kamu ini bisa memeriksa tidak! Kamu mau bermain-main denganku, hah!" bentak Sekretaris Ang."Tuan Sekretaris, tolong tenanglah. Dokter kandungan sebentar lagi akan datang dan kita akan segera tahu penyebab sakit Tuan Muda.""Apa kamu bilang? Tuan Mud
"Benar, Ayah. Itu biar menjadi urusan mereka. Sekarang, mari kita membahas tanggal pernikahan," sahut Saka.Sekretaris Ang mengangguk. "Lebih cepat lebih baik, Tuan Gani. Saya ingin segera menghindari fitnah atau hal-hal yang tidak diinginkan.""Apa akhir minggu ini terdengar baik untuk Anda?" tanya Gani Harmoko.Sekretaris Ang menoleh pada Yuri. "Apa kamu setuju, sayang?""Iya, aku ikut keputusan Kakak saja," jawab Yuri dengan senyuman."Baiklah, Tuan Gani. Saya akan mempersiapkan semuanya untuk akhir minggu ini," balas Ang.Rencana PernikahanSemua sepakat. Mereka memutuskan pernikahan sederhana yang dilakukan di bawah tangan karena usia Yuri yang masih belum mencapai 19 tahun. Sekretaris Ang memahami konsekuensi pernikahan dini dan berjanji untuk menjaga Yuri dengan baik.Setelah obrolan selesai, mereka melanjutkan makan siang bersama. Yuri, Wulan, Jihan, dan Tiara sibuk menyiapkan hidangan, sementara para pria melanjutkan pembicaraan ringan.Saat semua sudah siap, Yuri memanggil c
"Dulu saya bertemu dengan ibunya Wulan. Gadis yang membuat saya jatuh cinta. Padahal saat itu keluarga saya sudah berencana untuk menjodohkan saya dengan istri saya ini.""Saya melakukan hal terlarang pada ibu Wulan, dan saya meninggalkannya karena terpaksa harus menikahi wanita pilihan orang tua saya. Saya tidak pernah tahu jika pada saat itu ibu Wulan mengandung benih saya. Saya sempat mencarinya ke mana-mana, namun saya gagal menemukannya karena ternyata ibu Wulan dibawa keluarganya pulang ke kampung. Hingga suatu hari, seorang famili ibu Wulan mengantar bayi merah kepada saya beserta selembar surat. Dia mengatakan bahwa ibu dari bayi itu sudah meninggal dunia beberapa jam setelah melahirkan." Kini air mata Gani yang tadi sudah kering kembali menetes. Tepukan-tepukan halus Tiara mengusap punggungnya."Sudah, Yah. Itu masa lalu. Tidak akan terjadi pada anak cucu kita. Cukup, Ayah. Cukup kita yang berbuat salah," ucap Tiara.Gani mengangguk, melirik wajah Wulan yang memerah dan teris
"Kalau begitu, aku akan membantumu, Wulan," seru Yuri, ikut berdiri.Tiara pun berdiri. "Yuri, calon pengantin. Kembali lah duduk. Biar Ibu yang membantu kakakmu Wulan. Kamu duduk manis saja, ya?"Yuri tersipu dengan ucapan ibunya dan kembali duduk di samping Sekretaris Ang yang terus tersenyum padanya.Wulan dan Tiara beranjak ke dapur, dan tak lama kemudian sudah kembali dengan membawa minuman—segelas teh untuk Gani Harmoko dan segelas kopi putih untuk Saka.Kembali mereka terlihat fokus sesaat setelah Gani menyeruput minumannya.Saka kembali menarik napas dan memulai obrolan yang kedua."Ayah dan Ibu, sekali lagi kami ucapkan terima kasih atas penerimaan ini. Dan kami minta maaf jika tidak membawa apa-apa dalam acara lamaran dadakan ini. Kami tidak mempersiapkan apa pun, karena keputusan ini kami ambil semalam. Dan pagi hari ini kami langsung kemari tanpa sempat ke mana-mana dulu.""Tuan muda Saka, apa yang harus dibawa memangnya? Ini saja sudah membuat kami hampir terbang ke awan.