Sekretaris Ang cepat melangkah keluar. Di sana Saka rupanya sudah menunggu.Sekretaris Ang langsung menghampiri tuan mudanya."Mari, Tuan Muda."Saka tidak menjawab, hanya tersenyum miring sambil mengangkat bahunya. Kemudian Ang bergegas ke mobil dan membukakan pintu untuk Saka.Saka duduk. Sekretaris Ang menyusul. Kemudian menjalankan mobilnya setelah keluar dari pagar.Belum ada percakapan di antara mereka. Sekretaris Ang masih berpikir keras, menyiapkan jawaban jika saja tuan mudanya mengungkit kejadian tadi.Saka menoleh pada Sekretaris Ang, kebetulan bertepatan dengan Ang yang tak sengaja menoleh pada Saka juga.Saka terkekeh, membungkam mulutnya.Kemudian menghela napas. "Sepertinya, kutukan sang peri kecil itu mulai berjalan."Telinga Sekretaris Ang memerah, ciri khas Sekretaris Ang yang berbeda dari orang lain. Jika malu, orang lain akan memerah wajahnya, tapi Sekretaris Ang ada kelainan genetik mungkin. Saat malu, telinganya yang memerah. Sebab itu, banyak yang tidak bisa men
Hari ini Wulan sedang sendirian. Rupanya Yuri tidak menemaninya karena Wulan yang menyuruh. Wulan melihat Yuri yang sepertinya sedang bad mood dan menyarankan Yuri untuk kembali ke kamarnya saja.Wulan terlihat sedang serius membaca buku pemberian dari Yuri.Beberapa buku. Ada biologi dan sebagainya. Wulan mulai memeriksa satu per satu dan memilih buku biologi yang membahas tentang proses kehamilan. Tahap awal kehamilan hingga menjadi janin.Rasa ingin tahu Wulan begitu besar, ia bahkan membacanya berulang kali dan mencoba untuk memahaminya."Sebelum Anda mengandung si buah hati, terdapat proses yang rumit dan panjang antara satu sel sperma dan sel telur. Beginilah proses terjadinya kehamilan menurut Plannedparenthood/ilmu biologi.Sperma merupakan sel yang diproduksi di testis yang kemudian bercampur dengan cairan lain seperti semen. Ia keluar dari alat kelamin laki-laki saat ejakulasi dalam jumlah hingga jutaan. Akan tetapi, hanya satu sperma yang dibutuhkan untuk membuat kehamilan
Jika harus menerima perasaan Yuri, Sekretaris Ang tidak mungkin akan mengajak Yuri berpacaran. Karena saat ini ia sedang mencari seorang istri, bukan pacar.Takut salah, takut menghancurkan masa muda seorang bocah. Seharusnya masih senang-senangnya menikmati masa muda, malah harus mengurus rumah tangga. Mengurus seorang suami.Sekretaris Ang merebahkan dirinya di sofa. Pikirannya kalut. Antara mau dan ragu.Kemudian menghela napas. "Baiklah, aku akan melamarnya. Aku akan melamar Yuri."Dengan keputusan yang bulat dan penuh keyakinan, serta tersenyum-senyum sendiri, Sekretaris Ang bergegas mandi. Berdandan keren, lalu melangkah menuju kamar Yuri.Sekretaris Ang saat ini yang sudah ada di kamarnya pun, dengan hati jedag-jedug memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk menghadapi Yuri yang sedang menunggu penebusan dosa darinya."Ajak shopping saja mungkin ya? Atau makan malam. Ah, jalan-jalan. Menonton mungkin." menyusun rencana."Tapi kalau Yuri menuntut yang lain. Meminta aku untuk me
Tatapan mata yang penuh arti, membuat yang di tatap mati rasa dan salah tingkah.Tangan sekretaris Ang merambat pelan. Menyentuh ujung jari Yuri yang tergeletak di meja. Baru sekedar menyentuh dengan ujung jarinya juga. Keadaan keduanya semakin sama sama tegang, dengan detak jantung yang bergemuruh hebat.Sekretaris Ang berusaha menenangkan jantungnya. 'Fokus Ang, fokus. Ayo katakan. Jika malam ini kau akan melamar bocah ini. Ayo Ang. Bodoh kau ini. Pengecut amat!' memaki diri sendiri."Yuri," Ang memanggil lembut dan pelan.Yuri masih menunggu, menunggu kalimat selanjutnya dari sekretaris Ang dengan hati yang berdebar debar. ' Apa Tuan Ang, Apa? Cepat katakan!?’ Yuri rasanya sudah tak sabar."Yuri..!!" suara seseorang yang memekik di sebelah mereka membuyarkan kefokusan keduanya. Sama sama menoleh ke arah yang sama. Seorang pria muda mendekat pada Yuri."Kamu Yuri kan? Yuri Harmoko? Anak SMA 13 kelas bahasa? Masih ingat dengan ku?"Yuri menatap seksama, pria tampan yang masih terliha
Memulai hubungan biasanya memang tidaklah mudah bagi setiap pasangan. Harus saling mengenal karakter masing-masing dan tentunya harus saling percaya. Lalu bagaimana nasib Yuri, saat ia sadar jika hubungannya dengan Sekretaris Ang yang baru saja akan dimulai, bahkan belum bisa ditebak apakah akan benar terjadi hubungan di antara mereka atau tidak, sudah kacau saja sebelum masanya.Begitu juga pemikiran Sekretaris Ang saat ini, yang sedang duduk termangu di bangku taman yang terletak tak jauh dari rumah makan di mana mereka gagal dinner tadi.Segumpal ketakutan meraja di hatinya. Pria tampan yang lebih muda, yang lebih pantas bersanding dengan Yuri, datang tiba-tiba menggores hati Ang dengan kecemburuan tingkat dewa. Lebih muda, lebih tampan, bahkan sempat menjadi idola pada masanya.Ang sempat gentar. Bukan takut sama si Samsul. Mana mungkin seorang Ang takut hanya dengan rempehan keripik? Bukan takut kalah saing untuk mendapatkan Yuri. Tapi takut Yuri berpaling, takut Yuri kini sudah
Sekretaris Ang tidak menjawab, malah menginjak pedal gas dengan kuat."Tuan.. hati-hati. Aku takut!!" jerit Yuri, berpegangan di sisi jok, dengan wajah pucat karena kecepatan mobil Ang yang tidak seperti biasanya.Ang sempat melirik wajah pias Yuri dan menurunkan laju mobilnya."Diamlah, dan jangan banyak bicara! Jika kamu masih bersuara, aku akan menginjak gas ini sekuat tenaga." ancam Sekretaris Ang.Yuri mengangguk cepat untuk menyelamatkan nyawanya yang seakan sudah di ubun-ubun. Yuri benar-benar diam. Menatap lurus ke depan. Menyesal sudah menelepon tadi.'Pasti Tuan Ang semakin marah. Padahal niatku agar dia sadar kalau aku ini lapar.'Yuri menoleh cepat, ketika terdengar suara deringan dari Hp-nya. Sampai berkali-kali."Tuan. Hp-nya. Hp-ku.. Angkat sebentar ya?" Yuri memohon dengan suara pelan.Sekretaris Ang tidak menanggapi rengekan Yuri."Tuan, sebentar saja. Hanya ingin mengatakan kalau aku sudah pulang. Nanti dia jadi kepikiran."Sekretaris Ang akhirnya merogoh Hp-nya. Men
"Wulan., Ang tidak ada di kamarnya, Yuri juga tidak ada. Tapi Bu Asri memang melihat mereka keluar bersama." Kata Saka."Tuh, kan? Berarti ada yang tidak beres ini, Bang Saka. Sekretaris mu yang sudah membawa Yuri. Jangan-jangan Sekretaris Ang sudah mencelakai Yuri?" Wulan semakin panik."Wulan... tenangkan dirimu. Ang tidak seperti itu. Mana mungkin juga Ang berani macam-macam pada adik iparku. Yuri itu kan adik iparku.""Buktinya, Yuri tiba-tiba menghubungiku dan bicara aneh padaku?""Bicara apa memangnya Yuri tadi?""Seperti menyebut nama... Kak Sam.. Sam siapa, ya..? Pokoknya Kak Sam, begitu. Terus minta dijemput, minta diantar pulang. Lalu panggilan tiba-tiba mati. Dan sampai saat ini nomornya tidak aktif. Bang Saka, Wulan khawatir. Sekretaris Ang itu kan tidak suka pada Yuri. Jangan-jangan Yuri dibuangnya.""Wulan... mana ada Ang seperti itu. Ang itu menyukai Yuri, cuma gengsi saja dia. Sudahlah. Mungkin mereka sedang bertengkar. Sudah, sudah. Kita tunggu saja. Jika malam ini me
"Bang Saka, bagaimana ini? Nomor Yuri tetap tidak bisa dihubungi. Jangan-jangan terjadi apa-apa dengan Yuri?""Wulan, jangan panik dulu ya? Aku juga sedang menghubungi nomor Ang." Saka meraih pundak Wulan, menenangkannya dengan satu tangan sambil terus memeriksa ponselnya."Orang ini kenapa juga tidak diangkat-angkat, sih? Gak biasanya Ang seperti ini!" Saka kesal, tapi ada sedikit kekhawatiran juga."Bang Saka sudah melihat ke kamarnya tadi?""Sudah, "Aku... aku... Saya... maaf, Tuan Ang. Maafkan saya. Saya tadi cuma iseng saja." Yuri menggeser duduknya ketika Ang mendekat."Apa maksudnya?" meletakkan kedua Hp itu di atas meja."Saya hanya ingin mengerjai Tuan Ang." Seketika Yuri berdiri dan berlari menjauh.Ang tidak mungkin melepaskan Yuri begitu saja. Segera ikut berdiri dan berlari mengejar. Belum juga Yuri berhasil menggapai gagang pintu, Ang sudah berhasil menangkap tubuhnya."Katakan, apa maksudmu?" mendekap dari belakang dan menarik tubuh Yuri menjauhi pintu."Saya... saya..
"Ya Tuhan, AngSaka?? Nama yang bagus. Tapi di panggil Ang, begitu ganjil. Ternyata begitu cerita nya. Padahal, aku sempat penasaran setengah mati siapa nama panjang Kakak! Aku tidak pernah berpikir jika nama kakak ternyata begitu mudah. Tapi aku susah menebak. Hihi.. " Yuri tertawa."Semua orang tidak menyangka, tapi pasti adalah salah satu dari mereka yang sudah menebak jika namaku adalah AngSaka."Keduanya kini tertawa tawa kecil.Lalu Ang mengajak Yuri untuk kembali ke mobil."Kita harus pulang sebelum sore.""Iya Kakak." Yuri segera bangun. Mereka melangkah ke mobil dengan bergandengan tangan. Lalu masuk ke dalam mobil dan duduk dengan tenang."Yuri, tolong ambilkan sapu tangan ku di laci itu." ucap sekretaris Ang menunjuk laci mobilnya.Yuri mengangguk, mengulur kan tangannya untuk meraba."Tidak ada!" ucap Yuri merasa tidak menemukan sapu tangan milik sekretaris Ang."Ada! Cari yang benar!"Yuri kembali meraba. Tapi benar benar tidak ada yang ia cari, jemari Yuri malah menyentuh
" Ayah..! Maafkan aku, jika aku akan menikahi gadis kecil. Aku tidak bisa menjaga pesan Ayah untuk tidak mengikuti jejak Ayah. Aku tidak bisa lagi menahan perasaanku. Aku terlanjur jatuh cinta padanya Ayah."" Aku kemari ingin meminta restu pada kalian. Minggu ini aku akan menikahinya.Tapi Ayah dan ibu jangan khawatir. Aku akan menjaga menantu kalian dengan nyawaku. Dengan badanku, percaya lah Ayah, kisah kalian tidak akan terulang pada kami. Ayah harus percaya itu. Tenanglah kalian di sana. Aku akan sering sering kemari bersama menantu kalian nantinya." ucap Sekretaris Ang, menoleh pada Yuri yang masih menatapnya.Tak ada suara dari mulut Yuri. Seperti nya hati gadis kecil itu ikut merasakan kepedihan hati kekasih nya, meskipun pria itu tak menunjukkan sedikitpun rasa sedihnya."Yuri, ucapkan sesuatu pada kedua calon mertuamu.""Ah, iya kakak." Yuri tergagap lalu menoleh kepada dua batu nisan itu secara bergantian.Ia sempat membaca nama yang terukir di sana.'Anggita dan Sebastian!'
"Sekali kali manja pada istri sendiri tidak apa apa kek. Kenapa di permasalahkan? Kakek ini, Aku sedang menderita begini masih saja dimarahi terus!""Lagian , tangan masih berfungsi juga. Jangan jadikan alasan ngidammu buat bermanja manja pada istrimu. Kasian dia, dia bukan pelayanmu. Dan kamu harus ingat, dulu Wulan sudah puas mengurusmu , memandikanmu dan menyuapmu sebelum tanganmu bisa berfungsi." ucap Kakek Abian semakin sewot."Hehe, Iya kek. Maaf maaf. Wulan, maafkan bang Saka. Bang Saka akan makan sendiri saja." Saka malu, segera mengambil alih mangkok di tangan Wulan .Tapi Wulan buru-buru mencegahnya."Tidak apa Bang Saka, Wulan senang kok menyuapi bang Saka. Memang menyuapi bang Saka harus karena tangan bang Saka tidak berfungsi? Ini tanda nya romantis . Begitu kek, bukan karena bang Saka manja. Bang Saka juga sering menyuapi Wulan, kan?" sahut Wulan , menoleh pada Kakek Abian dan Saka."Tuh, kakek dengar sendiri. Jangan terus menyalahkan Saka. Kita ini pasangan yang romanti
"Saya mengerti, Nyonya. Saya mengerti. Mohon maafkan saya, Nyonya. Bukan tidak percaya kepada Nyonya, tapi saya mohon, izinkan kali ini saya mendampingi Tuan Muda di setiap keadaannya. Saya hanya ingin menebus kesalahan saya di hari kemarin, yang terlalu sibuk dengan perusahaan hingga mengabaikan keamanan dan kesembuhan Tuan Muda. Saat ini saya hanya ingin memastikan jika Tuan Muda akan terus baik-baik saja, dan tidak mengulangi kesalahan saya yang kemarin," jawab Sekretaris Ang, menunduk. Tidak berani membalas tatapan sangar milik Wulan."Lalu bagaimana dengan ayah dan ibuku? Apa kamu tidak memikirkan itu, Tuan Ang? Apa kamu tahu, jika mereka sudah menyiapkan pesta kecil di rumahnya untuk kalian? Bahkan mereka sudah membagi sedekah pada para mantan tetangganya dulu di komplek kumuh itu, dan meminta doa mereka untuk hari pernikahan kalian yang sudah ditentukan? Mereka pasti akan kecewa hatinya, walau bibir mereka tidak akan berani mengatakan itu."Sekretaris Ang terkejut, mendongak. M
"Saya tidak mengatakan itu, tapi jika Anda ingin begitu, tidak masalah. Demi Tuan Muda, saya akan melakukan apa pun! Saya akan sangat senang, tidak harus bersusah payah, saya sudah akan mendapatkan bayi.""Dasar, gila kamu ya? Kamu pikir aku sapi atau bagaimana? Kamu ini, sudah dapat adiknya mau kakaknya juga. Langkahi dulu mayatku, Ang!"Ang tergelak melihat emosi Saka yang meluap."Kamu tahu tidak, aku sudah payah menanam benih, kamu yang enak mau mengambil untungnya. Aha... tidak mungkin terjadi. Wulan dan bayinya itu milikku. Jika kamu mau bayi, usaha sendiri. Cepatlah menikah dan membuatnya, kamu akan mengalami seperti aku juga." Saka menendang tangan Ang yang masih tergelak."Hanya bercanda, Tuan Muda! Mana saya berani. Mendapatkan Yuri saja sudah membuat saya beruntung. Habisnya Tuan Muda tidak bisa bersabar. Padahal tadinya Tuan Muda sendiri yang mengatakan jika akan rela menanggung derita ini setahun sekali pun," jawab Ang, masih dengan tertawa."Diam, bedebah! Kamu terus saj
Di hari di mana Saka diperiksa oleh sang dokter, di hari di mana Wulan dinyatakan positif hamil oleh dokter spesialis kandungan, di hari itu juga mereka sudah diperbolehkan pulang. Tak perlu menginap, tak perlu dirawat inap, kata sang dokter. Sebab keadaan Saka murni dinyatakan sebagai Sindrom Suami Ngidam atau Sindrom Couvade.Saka mengalami kehamilan simpatik, di mana istrinya yang tengah hamil, namun Saka yang menanggung masa ngidam istrinya.Sejak hari itu, sejak masuk ke dalam kamar mereka, Saka yang tadinya laki-laki tangguh dan kuat mendadak menjadi laki-laki lemah yang sensitif.Manja melebihi balita.Mual dan muntah pun terus berlanjut. Bukan hanya itu, Saka mulai tidak menyukai bau-bau wangi, seperti sabun, parfum, dan pewangi ruangan. Hari-harinya juga terlihat menyedihkan karena Saka hanya bisa meminum air teh manis hangat dan memakan buah saja. Jika ada minuman atau makanan lain yang ia telan, perut Saka langsung menolak.Bukan hanya itu, baik kamar dan seluruh ruangan ya
"Wulan," Saka bangun dan duduk. Wulan langsung menubruknya dan tersedu."Bang Saka, kamu menakutiku, bagaimana keadaanmu sekarang? Apa yang masih Bang Saka rasakan?""Wulan, jangan menangis lagi. Aku tidak apa-apa, hanya masih sedikit pusing dan sedikit mual. Sebentar lagi akan hilang. Dokter sudah memberiku obat anti muntah tadi," ucap Saka mengelus lembut kepala Wulan."Dokter, sebenarnya apa yang terjadi pada Tuan Muda Saka?" tanya Sekretaris Ang.Dokter itu menarik napas."Menurut hasil pemeriksaan, Tuan Muda baik-baik saja. Lambung, usus, dan semua organ di tubuh Tuan Muda tidak ada gangguan. Tidak juga keracunan," jawab sang dokter."Baik-baik saja bagaimana? Tuan Muda terlihat sakit parah sampai pingsan, kamu bilang baik-baik saja. Kamu ini bisa memeriksa tidak! Kamu mau bermain-main denganku, hah!" bentak Sekretaris Ang."Tuan Sekretaris, tolong tenanglah. Dokter kandungan sebentar lagi akan datang dan kita akan segera tahu penyebab sakit Tuan Muda.""Apa kamu bilang? Tuan Mud
"Benar, Ayah. Itu biar menjadi urusan mereka. Sekarang, mari kita membahas tanggal pernikahan," sahut Saka.Sekretaris Ang mengangguk. "Lebih cepat lebih baik, Tuan Gani. Saya ingin segera menghindari fitnah atau hal-hal yang tidak diinginkan.""Apa akhir minggu ini terdengar baik untuk Anda?" tanya Gani Harmoko.Sekretaris Ang menoleh pada Yuri. "Apa kamu setuju, sayang?""Iya, aku ikut keputusan Kakak saja," jawab Yuri dengan senyuman."Baiklah, Tuan Gani. Saya akan mempersiapkan semuanya untuk akhir minggu ini," balas Ang.Rencana PernikahanSemua sepakat. Mereka memutuskan pernikahan sederhana yang dilakukan di bawah tangan karena usia Yuri yang masih belum mencapai 19 tahun. Sekretaris Ang memahami konsekuensi pernikahan dini dan berjanji untuk menjaga Yuri dengan baik.Setelah obrolan selesai, mereka melanjutkan makan siang bersama. Yuri, Wulan, Jihan, dan Tiara sibuk menyiapkan hidangan, sementara para pria melanjutkan pembicaraan ringan.Saat semua sudah siap, Yuri memanggil c
"Dulu saya bertemu dengan ibunya Wulan. Gadis yang membuat saya jatuh cinta. Padahal saat itu keluarga saya sudah berencana untuk menjodohkan saya dengan istri saya ini.""Saya melakukan hal terlarang pada ibu Wulan, dan saya meninggalkannya karena terpaksa harus menikahi wanita pilihan orang tua saya. Saya tidak pernah tahu jika pada saat itu ibu Wulan mengandung benih saya. Saya sempat mencarinya ke mana-mana, namun saya gagal menemukannya karena ternyata ibu Wulan dibawa keluarganya pulang ke kampung. Hingga suatu hari, seorang famili ibu Wulan mengantar bayi merah kepada saya beserta selembar surat. Dia mengatakan bahwa ibu dari bayi itu sudah meninggal dunia beberapa jam setelah melahirkan." Kini air mata Gani yang tadi sudah kering kembali menetes. Tepukan-tepukan halus Tiara mengusap punggungnya."Sudah, Yah. Itu masa lalu. Tidak akan terjadi pada anak cucu kita. Cukup, Ayah. Cukup kita yang berbuat salah," ucap Tiara.Gani mengangguk, melirik wajah Wulan yang memerah dan teris