Share

Pura-pura

last update Last Updated: 2023-02-25 21:13:00

“Mas, kamu sudah pulang?”

Aku tak menjawab pertanyaan istri jalangku itu. Pertanyaan yang tidak penting.

“Kamu sudah makan, Mas?”

Aku mengangguk lalu bergegas menuju kamar. Rasanya muak melihat wajah wanita itu.

Badanku terasa lelah usai keluar bersenang-senang dengan teman-temanku. Kami berkaraoke untuk melepas penat. Mereka bertiga sungguh luar biasa. Mempunyai semangat yang membara. Hingga larut malam, kami baru pulang.

Setibanya di kamar, aku bergegas mandi. Selain badan sudah terasa lengket, rasa kantuk, sudah tak tertahankan lagi.

Keluar kamar mandi, aku mencium aroma segar jahe. Benar saja, di atas mejaku ada secangkir susu hangat. Aku memilih mengabaikannya. Aku tidak ingin wanita besar kepala kalau aku meminumnya. Apalagi setelah mengingat kejadian pagi tadi. Sungguh memalukan.

Gegas aku mengambil sebuah kaos dan celana panjang berwarna hitam. Setelah memakainya kurebahkan diri, bersiap untuk tidur. Namun, baru saja hendak memejamkan mata, ponselku bergetar.

Aku bangun unt
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Aku bukan Jalang

    Pov Mira Aku menikmati udara segar di halaman bersama Zahir. Bocah kecil itu, asyik mengayuh sepeda roda tiga pemberian Mama Santi, sebagai kado ulang tahun kedua. Jagoan kecil itu, tertawa ketika aku berlari dan berhenti di hadapannya untuk menghadang. Ketika berhasil menangkapnya, kuhujani bocah kecil itu ciuman. Kami tak hanya berdua, pagi itu. Ada Mama Sandra dan Mas Angga yang duduk di teras. Mama, datang pagi tadi. Rindu dan khawatir mendengar Zahir sakit, menjadi alasan utama. Sedangkan Mas Angga, tidak berangkat kerja karena tak enak badan. Sejenak, aku menatap mereka. Entah apa yang sedang dibicarakan. Tak berselang lama, Mama Sandra berdiri dan berjalan menghampiri kami. Sedangkan Mas Angga, tergesa masuk dengan pandangan fokus pada ponselnya. Sepertinya ada hal penting atau, karena Naura. “Zahir.” Mama mendekati putraku itu. Melihatnya, aku pamit untuk menyusul Mas Angga. Aku beralasan ingin tahu keadaan pria itu. Sebenarnya, aku hanya ingin tahu, apa yang sebenarnya

    Last Updated : 2023-02-25
  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Permintaan Mama

    Pov AnggaSemalaman pikiranku berkecamuk. Rasa benci membuatku mengatakan hal buruk pada Mira. Sungguh, aku tidak tahan dengan semua yang terjadi. Terutama, kesalahan menikahinya. Berada dalam satu kamar dengannya, bukan berarti aku akan menyentuhnya. Kami tak tidur di ranjang yang sama, Mira tidur di lantai. Jijik rasanya bila dekat dengan wanita itu. Tengah malam, aku terjaga. Samar aku mendengar suara isak tangis. Mira. Itu artinya, wanita itu menangis semalaman. Tega tak tega, memang itu kenyataannya. Tak bisa tidur kembali, aku meraih ponsel yang ada di dekat bantal. Ada banyak pesan dan panggilan. Dari Naura. Seperti biasa, dia tak bisa tidur. Aku tak membalas pesan Naura. Mungkin saat ini dia sudah tidur. Apalagi tak ada tanda dia sedang online. Kembali kuletakan ponsel ke samping bantal. Bersamaan itu ponselku menyala, ada panggilan masuk. Ponsel memang kusunyikan agar tak mengganggu suara deringnya. Naura. Sejenak aku melirik Mira. Suara isaknya masih terdengar. Akhirn

    Last Updated : 2023-02-25
  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Kenyataan

    POV MIRAAku tak tahu harus berkata apa. Aku memang menangis semalaman. Perkataan Mas Angga begitu menusuk hati. Aku memang wanita kotor dan tak berharga. Apa yang terjadi kala itu hanya ketakberdayaan. Iming-iming cinta membuatku tergoda. “Masak sih, Ma?” Aku memegang wajah, coba menerangkan pada Mama Sandra kalau aku dalam keadaan baik-baik saja. Aku juga membohongi wanita yang telah melahirkanku itu, kalau tak menangis semalam. Usia menyiapkan makanan, aku duduk dan sarapan bersama mereka. “Mir, wajahmu pucat, apa kamu sakit?” Mas Angga memegang dahiku. Aku tahu itu hanya kepura-puraan agar dia terlihat baik di mata Mama Sandra. “Aku baik-baik saja.” “Apa perlu mama antar ke dokter?” tanya Mama Sandra. Lekas aku menggeleng. “Mira hanya perlu istirahat saja.” Kami lantas melanjutkan makan dalam diam. Seperti biasa, aku mengantarkan Mas Angga hingga teras rumah untuk membawakan tas kerjanya. Terkadang, aku merasa, diri ini hanya seorang pembantu untuknya. Bedanya, kalau pem

    Last Updated : 2023-02-25
  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Permintaan yang Tak Bisa Diwujudkan

    Badan terasa sangat lelah. Hari ini, hari yang sibuk untukku. Usai pulang bekerja, aku berkeliling mencari rumah kontrakan untuk Naura. Andai rumah lama milik keluarganya tak dijual, pasti dia bisa datang kapan saja.Pukul sebelas malam, aku baru tiba. Seharusnya, aku pulang pukul sembilan tadi. Aldo menelepon, dia mengajakku nongkrong di kafe.Selepas mandi, aku merebahkan diri. Badan terasa pegal semua. Sejenak aku melirik ponsel yang ada di dekat bantal. Menyala. Ada beberapa pesan masuk. Naura. Wanita itu sejak kemarin tak henti-hentinya menelepon dan mengirimkan pesan. Suasana hatinya sedang buruk karena pertikaian kedua orang tuanya.Sore tadi, Naura dan ibunya memilih keluar dari rumah. Ayahnya sudah di luar kendali. Tak hanya melukai ibunya secara batin, pria itu juga memukulinya. Sementara mereka tinggal di rumah teman ibunya. Rencana, besok pagi mereka akan kemari. “Ngga, aku tak bisa tidur.” Hampir tiap malam, Naura berkata seperti itu. Hampir tiap malam juga aku menemani

    Last Updated : 2023-02-27
  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Ingin Bersamanya Setiap Waktu

    Jalan macet sore itu. Suara klakson kendaraan beberapa kali terdengar. Mereka, para pengemudi tidak sabar untuk bisa tiba ke tempat tujuan. Begitu juga denganku. Ya, aku harus menjemput Naura dan ibunya di bandara. Tak ingin di a risau menunggu, akhirnya aku mengirimkan pesan kalau sedang terjebak macet. Satu jam berlalu, akhirnya aku tiba di tempat tujuan.Dari jauh, aku memandang di depan terminal kedatangan. Naura mengirimkan pesan kalau dirinya sudah berada di depan. Dari jauh, aku memandang, seorang wanita dengan mengenakan atasan tunik berwarna jingga dan bawahan leging berdiri dengan kedua tangan dilipat di depan dada.Wanita itu masih sama seperti terakhir kali aku melihatnya. Hanya saja, penampilannya kini lebih dewasa. “Naura.” Dadaku berdebar hebat ketika mendekati wanita itu. Sama seperti ketika pertama kali aku menyatakan cinta padanya.“Angga.” Pandanganku berpindah pada wanita yang ada di samping Naura. Segera kuraih tangan wanita itu dan menciumnya takzim.Tanpa basa

    Last Updated : 2023-02-27
  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Lebih Baik jadi Pembantu

    POV MIRAPagi itu, usai Mas Angga berangkat kerja, kembali bergelut dengan kegiatan monotonku. Segala kegiatan yang berurusan dengan rumah. Hari ini, jadwal aku belanja. Bahan makanan yang ada di kulkas sudah mulai menipis. Aku keluar dengan membawa serta Zahir. Biasanya kami ke pasar mengendarai motor metik. Zahir duduk di depan. “Mbak Mira, sibuk terus, ya? Tiap minggu selalu ke pasar sendiri?” tanya Bu Sari tetangga sebelah ketika kami hendak menyeberang jalan. Wanita itu juga sedang hendak menyeberang. Tak menghiraukannya, aku memilih untuk melajukan motor. Menanggapi wanita itu justru akan menimbulkan pertanyaan baru darinya. “Zahir, kamu senang.” Sejenak aku melirik bocah kecil yang mengenakan helm berwarna biru dengan gambar kartun. Zahir sangat senang, bila aku mengajaknya naik motor. Bocah itu akan berceloteh riang di sepanjang jalan. Tak butuh lama, kami tiba di pasar. Kebetulan letak pasar tak jauh dari rumah kami. Hanya butuh waktu tidak lebih dari tiga puluh menit

    Last Updated : 2023-02-27
  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Dalam Sehari Dia Pasti Kembali

    POV Angga“Ok. Pergi sana. Aku juga tak membutuhkanmu!”Wanita itu benar-benar menguji kesabaranku. Paling juga dia hanya menggertakku. Kalaupun pergi, dalam sehari dia pasti akan balik lagi.“Baik, Mas. Aku akan pergi dari sini.”Wanita itu berjalan masuk kamarnya. Tak peduli aku ke kamar untuk membersihkan diri dan beristirahat. Rasanya sangat lelah setelah seharian bekerja. Namun, rasa lelah itu sedikit terbayarkan ketika aku bersama Naura.Kunyalakan shower dan membasahi diri dari ujung rambut hingga ujung kaki. Seketika aku merasakan tubuh kembali segar.Setelah badan kembali segar, aku duduk bersandar ranjang. Kuambil ponsel yang tadi kuletakan di atas nakas. Ada sebuah pesan dari Naura.“Terima kasih untuk hari ini.”Di akhir pesan dia menyelipkan emotikon hati.Segera aku mengetikan pesan balasan untuk Naura. “Untukmu apa yang tidak mungkin, bila kamu memintaku untuk menyeberangi lautan pun akan aku lakukan.”Tanpa menunggu lama, terlihat tanda centang biru. Tampak juga aktiv

    Last Updated : 2023-02-27
  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Andai

    POV MiraLangkah kakiku lambat kala itu. Bukan hanya karena takut karena gelapnya malam, tapi juga karena sedikit kepayahan. Bagaimana tidak? Satu tangan kugunakan untuk menopang tubuh Zahir yang tertidur lelap, sedang satunya membawa koper berisi pakaian dan barang-barang kami. Malam itu jalanan sudah sepi. Tak ada angkutan atau ojek. Bingung hendak menuju rumah Mama Santi mengendarai apa, akhirnya aku putuskan paling penting jauh dari Mas Angga terlebih dahulu. Beruntung, aku memiliki sejumlah uang. Sisa belanja selama ini dan beberapa pemberian Mama Sandra untuk Zahir. Aku tak pernah menggunakan uang pemberian Mama itu dan menyimpannya jika suatu saat dibutuhkan. Merasa lelah, aku duduk di depan pagar sebuah rumah. Aku membuka ponsel dan membuka aplikasi berwarna hijau untuk mencari ojek atau taksi daring. Beruntung masih ada taksi daring yang lokasinya tak jauh dariku. Tak butuh waktu lama, taksi yang aku pesan tiba. Pengemudi membantuku membawakan koper ke mobil. Setelahnya m

    Last Updated : 2023-02-27

Latest chapter

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Yang Terbaik untuk Semua

    Di halaman, Zahir tampak begitu bahagia bermain dengan Mas Angga. Mereka berdua bergantian menendang bola plastik. Zahir tertawa lepas, ketika dia berhasil menendang bola yang dioper Mas Angga. Hah! Mungkin keputusanku memang yang terbaik. Aku menolak permintaannya untuk kembali. Bukan karena tak setia. Mungkin ini adalah jalan yang terbaik untuk kami agar tak ada yang tersakiti. “Hubungan suami-istri memang bisa terputus, tapi hubungan kakak-adik tak akan pernah terputus.” Itu yang aku katakan pada Mas Angga. Boleh saja, pria itu tak menganggapku sebagai seorang istri. Paling tidak dia mau menerimaku sebagai seorang adik. Kembali meniti rumah tangga dengannya rasanya tak mungkin. Sudah cukup aku menyakitinya. Aku juga tak ingin masalah baru terjadi. Iya, semua yang dekat denganku akan menderita. “Kamu itu bodoh atau dungu?” Nenek menunjuk mukaku. Walaupun hati rasanya sakit mendengar perkataannya, aku coba bersabar. Apalagi beliau ibu dari Papa. “Harusnya kamu bersyukur masih

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Kembali 2

    “Pa, boleh berhenti sebentar,” pintaku ketika mobil yang kami tumpangi melewati toko mainan.“Ada apa?” tanya Papa.Aku mengutarakan keinginanku untuk membelikan mainan Zahir. Namun, Papa melarangku turun. “Biar Papa saja yang beli.”Tanpa menunggu persetujuan dariku, Papa keluar. Pria itu berlari memasuki toko. Tak berselang lama, beliau kembali dengan dua boneka yang sedang viral di tangan. Boneka boba berwarna merah muda dan biru. Papa sengaja membeli dua, satu untuk Zahir, satunya lagi untuk Shakira.Kali ini hanya Papa yang bersamaku. Pagi tadi, usai tahu aku diperbolehkan pulang, Mama Santi pulang lebih dulu. Hendak membereskan kamarku katanya. Mobil kembali melaju. Aku memejamkan mata. Menyiapkan diri untuk bertemu orang yang aku benci. Nenek. Orang yang kuanggap sebagai orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada diri ini. Selama berada di rumah sakit, wanita itu tak menjengukku.“Mama.” Baru saja mobil memasuki halaman, Zahir berlari mendekat, disusul Mama San

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Kembali

    Bab 31“Mira.”Ketika terbangun, Mama Santi sudah berada di sampingku.Aku coba untuk bangun. Melihat hal itu, gegas Mama membantuku duduk. Beliau juga meletakan bantal di belakangku. Tak lupa aku berterima kasih pada beliau.Mata wanita yang sudah kembali duduk di kursi yang ada di samping ranjang itu tampak merah. Pasti beliau baru saja menangis. Lagi-lagi aku merutuki diri. Karena aku, semua terluka.“Mir, kenapa tak pernah cerita pada kami. Kenapa kamu tanggung sendiri semua ini.”Mama menyayangkan keputusanku menemui Pak James. Beliau pasti sudah tahu dari Ali. “Ma, jangan menangis. Mira tak apa-apa.” Aku meraih tangan Mama dan menggenggamnya. Tubuh wanita itu berguncang. Dia memang bukan Mama kandungku, tapi dia orang pertama yang merangkul ketika tak ada orang yang mau menerima hadirku. Beliau orang yang mengajarkan untuk menjadi lebih baik lagi.“Tidak apa-apa.” Mama tampak marah. “Lihat dirimu!” Beliau menunjukku. “Bagaimana kalau sesuatu terjadi padamu? Bagaimana nasib Zahi

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Sekali Hina, Tetap Hina

    POV MIRASekali Hina, Selamanya Hina“Zahir bukan putramu!”Aku memandang pria itu nyalang. Tak terima kalau dirinya mengaku sebagai ayah Zahir. Aku tidak mau, putraku itu memiliki ayah seperti dia. Memang diriku juga hina, tapi tak seluruhnya kesalahan diri ini. Semua terjadi karena Jodi.“Apa katamu?” Jodi kembali mengungkit kejadian masa lalu.“Belum pasti kalau dia putramu. Bilamana itu benar, aku tak akan membiarkan kamu membawanya,” tantangku.Ya, tak akan kubiarkan putraku itu jatuh ke tangan Jodi. Aku tidak ingin bocah imut itu mendapat didikan yang salah. Bila pun benar Jodi adalah ayah biologis Zahir, segala cara akan aku lakukan agar Zahir tak jatuh ke tangannya. Aku yang mengandung, dan membesarkannya seorang diri walau menahan malu dan hinaan dari para tetangga.“Ok. Fine. Aku tak akan mengusik kehidupanmu, tapi puaskan aku malam ini!” Pria itu berjalan mendekat. Seketika aku berlari ke arah pintu. Tak kubiarkan Jodi kembali membawaku ke lubang dosa yang sama.“Cek! Suda

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Dia Putraku

    POV MIRADia PutrakuAku mematut diri di cermin. Penampilanku begitu beda dengan riasan sedikit tebal. Sejenak, aku memandang tas kertas yang berisi gaun pemberian Pak James. Gaun itu tak hanya terlalu pendek. Bagian dadanya juga terbuka. Aku membeli pakaian yang lebih tertutup dengan uang pemberiannya. “Sudah selesai.” Wanita berparas cantik dengan celana jeans dan kaos dengan nama salon itu memutar tubuhku menghadapnya. “Cantik sempurna. Mbak pasti hendak bertemu tunangan atau pacarnya mungkin. Wah! Beruntung sekali pasangan Mbak memiliki wanita secantik ini.”8 Aku tak menanggapi perkataan wanita itu. Tak mungkin juga aku mengatakan kalau diri ini akan menjual diri. “Terima kasih, Mbak.” Aku pergi meninggalkan wanita itu. Sebelumnya aku membayar ke kasir terlebih dahulu. Sebelum keluar salon, terlebih dulu aku memesan taksi daring Pikiranku berkecamuk. Aku kembali memandang diri melalui kaca yang ada di atas kepala sopir taksi. Ah ... apa gunanya aku menutup aurat, bila pada ak

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Pria Bodoh

    POV AnggaAku rasanya sangat membenci Mira. Karena dia, aku mendekam di penjara. Ah ... bagaimana bisa, aku terjebak dalam pernikahan ini. Harusnya aku tegas dalam menolak perjodohan dulu. Harusnya aku pergi dari rumah itu. Ibarat jatuh tertimpa tangga. Bukan hanya kehilangan Naura, aku juga harus mendekam di penjara. Argh! Dua narapidana yang berada dalam satu sel denganku memandang ketika aku berteriak. Rasanya kepala dan dadaku tertimbun ribuan batu. Berat. Papa Yuda juga sekali tak menjengukku. Mungkin, pria itu malu dan kecewa memiliki putra sepertiku. Apalagi, beliau merupakan abdi negara. Bukan hanya memikirkan diri sendiri. Aku juga kalut ketika Mama Sandra terkulai saat polisi membawaku paksa. Dari kejadian yang menimpa diri ini, aku bisa melihat rasa cinta yang tulus dari seorang ibu untuk anaknya. “Ma, maafkan Angga.” Ada sedikit sesal, ketika mengingat diri ini pernah marah pada Mama. Terutama ketika wanita itu membicarakan Mira. Memang, wanita itu baik. Dia perhati

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Terpaksa Menerima

    Membaca pesan pria itu, seketika wajahku memanas. Napas naik turun. Dada terasa sesak. Rasanya aku ingin berteriak. Memang, sekali kertas ketumpahan tinta, kertas itu tak akan kembali bersih. Begitu juga denganku, yang berusaha menjadi baik, tapi bayang-bayang masa lalu selalu menghantuiku. Sebisa mungkin, aku berusaha menahan air mataku agar tak tumpah.Surat dari Pak James, lekas aku simpan ke dalam paper bag dan meletakan benda itu ke lantai samping nakas.Aku memandang Mama. Wajah yang selalu terlihat tegas itu kini terlihat pucat pasi. Rasanya seribu kali, aku meminta maaf tak akan cukup. Ya Allah, berikan kesembuhan untuk mamaku. Bila kami berkehendak, biar aku yang menanggung rasa sakitnya.Mulutku tak henti-hentinya melantunkan doa demi kesembuhan Mama Sandra. Wanita itu masih tergolek berdaya. Alat bantu pernapasan memang sudah dilepas. Namun, detak jantungnya belum kembali normal.Ya Allah, karena dosa yang hambamu ini perbuat, keluarga hamba menderita. Ternyata karmamu itu

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Hasrat Satu Malam 2

    Gegas, aku memesan taksi daring lalu pulang.Setibanya di rumah, aku disambut Zahir yang asyik main mobil bersama Shakira di halaman.“Mama.” Bocah kecil mendekat seraya mengulurkan tangan memberi salam. Kuhujani bocah kecil itu dengan ciuman sebelum pamit untuk membersihkan diri.“Mira. Kamu tidak ke rumah sakit?” tanya Mama Santi saat kami berpapasan di depan pintu utama.Aku menjawab pertanyaan Mama dengan menggeleng.Beliau lantas menjelaskan padaku kalau Mama Sandra tadi menelepon. Beliau memberi kabar kalau Angga diperbolehkan pulang. Namun, setelahnya Mama Sandra menangis.Mendengar hal itu jantungku seakan berhenti. Mas Angga tidak akan pulang ke rumah melainkan ke penjara. Karena itu Mama Sandra menangis. “Mir, ada apa?”Mama Santi belum tahu kasus Mas Angga. Lekas aku menggeleng lalu pamit pada beliau untuk ke rumah sakit. Gegas aku berlari ke arah motor yang terparkir di halaman dengan kunci yang masih mengantung pada tempatnya. Kulajukan motor dengan kecepatan penuh. Le

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Hasrat Satu Malam

    Bab 26POV MIRAHasrat SATU MALAMCukup lama kami menunggu orang yang dimaksud oleh Naura. Bahkan, kopi yang tadinya berasap kini berubah dingin.Satu persatu orang yang tadi berada di kafe, silih berganti. Sudah lebih dari setengah jam, kami menunggu. Aku pun bertanya pada Naura, kenapa orang itu tak kunjung datang.“Dia sedang dalam perjalanan,” kata wanita yang sibuk dengan ponselnya.Sedari tadi, kami memang duduk bersama. Naura lebih banyak mengacuhkanku.“Naura, apa kamu tidak bisa berbicara sendiri dengan Pak James.”“Aku sudah coba. Dia sendiri yang meminta untuk berbicara denganmu.” Pandangan Naura tiba-tiba beralih pada pintu masuk kafe. Aku ikut memandang ke mana arah mata wanita itu. Seorang pria memakai jas hitam masuk. Pria itu melambaikan tangan pada Naura. Naura hanya menganggapi dengan senyuman.Beberapa pengunjung wanita lain juga ikut memandang ke Pak James. Sepertinya mereka terpana dengan ketampanan pria itu. Dia tak hanya tampan, dia juga kaya. Wanita mana yang t

DMCA.com Protection Status