Share

Bab 4. Sah?

Penulis: Aluna Dzakira
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-05 21:35:33

Pagi ini  Lana memakai kebaya putih dengan panjang menjuntai sampai bawah, bawahan kain batik berwarna coklat. Luna tampak sangat anggun mengenakan pakaian tersebut. Baju akad nikah itu sangat cocok melekat ditubuhnya yang berkulit putih dan ramping.

Sementara itu, dikamarnya Bu Rika, perempuan paruh baya itu tampak sangat gembira sekali, senyumnya merekah lebar melihat uang 1 koper berjumlah 200 juta, dia timang-timang terus

"Wah, Neng Lana cantik sekali. Tidak dirias saja cantik, apalagi kalau dipakein make up begindang. Seperti bidadari, sumprit deh!" Jessica sang MUA takjub melihat hasil riasan yang tampak ngeblend sempurna di wajah Lana.

Mischa melirik adik tirinya itu dengan pandangan iri, dia iri dengan kecantikan adiknya. Namun dia segera menghibur diri, ah, bukannya sebentar lagi kecantikan itu bisa kusaingi, dengan menggunakan uang 200 juta, bisa lah untuk perawatan dan membeli skincare mahal, setelah itu, pasti bisa menyaingi kecantikan si adik tiri sialan itu.

"Wah iya, cantik banget calon istri Om Anton ini, Om-om keriput itu pasti akan terpesona melihat kecantikanmu, dan pasti sudah tidak sabar untuk menggarapmu diatas ranjang, hahahaa." Ucap Mischa, lalu tertawa terbahak-bahak, puas rasanya kalau sudah menertawakan adik tiri yang dibencinya itu.

"Diam kamu! Aku doakan kamu besok mendapatkan nasib yang jauh lebih parah dari aku!" Lana yang dalam hatinya penuh amarah, rasanya benar-benar tidak tahan untuk tidak membalas komentar mulut kakaknya itu.

"Oh kamu berani membalas omonganku sekarang ya, mentang-mentang sebentar lagi mau jadi selir orang kaya, aih kasihan sekali ya hidupmu, bisa keluar dari kemiskinan tapi dengan cara menjadi istri kakek-kakek tua!" Sinis Mischa.

Lana yang selama ini menahan emosinya setiap kali diperlakukan tidak baik oleh kakak tirinya, merengsek berdiri dari tempat duduknya, dia hampiri kakak tiri bermulut pedas itu, lalu memukul mulutnya.

"Aku bernasib seperti ini gara-gara ulahmu dan Mama. Kalian benar-benar jahat, aku pasti akan membalas kalian berdua." Lana lalu menjambak rambut kakaknya hingga banyak yang terlepas dari akarnya.

Mischa yang kaget bakal mendapat perlawanan, tidak sempat mengelak, dia berteriak kesakitan, lalu mencoba membalas menjambak rambut Lana, maka terurailah sanggul rambut hasil karya perias yang sudah rapi di belakang wajah Lana.

"Aduh, kalian jangan bertengkar dong, jadi rusak sanggul buatan eyke, dan riasan neng Lana, aduuuh rusak lagi kan? Susah payah eyke bikin riasan buat neng Lana loooh... Aduuh, Mamaa tolong doong! Everybody tolooong." Perias transgender kemayu itu panik lalu berteriak-teriak.

Mama segera masuk karena mendengar kegaduhan didalam kamar.

"Hey, apa-apain sih ini, Jessica, kenapa riasan Lana belum selesai? Penghulu sudah datang, mempelai pria juga sudah menunggu dari tadi. Dan aduuuh Mischa? Kamu kenapa berantakan dan sudut bibirmu berdarah?" Mama gantian panik.

"Mama, ini semua dia yang berbuat, dia memukul mulutku dan menjambak rambutku, huhuuu sakit Maaa..." Mischa mengadu sambil tersedu-sedu.

"Lana, kasar sekali ternyata kamu. Kamu memang tidak pantas jadi anak kuliahan, tingkahmu saja liar sekali, dasar anak sialan...." Mama mau menampar muka Lana, namun dikejutkan oleh suara seorang lelaki yang tiba-tiba masuk ke kamar tersebut.

"Hey, kenapa lama sekali? Dan kamu kenapa mau memukul calon istriku? Penghulu sudah menunggu dari tadi, akad harus segera dimulai, aku sudah membooking hotel untuk bulan madu juga. Ayo cepat!" Perintah pemilik suara itu yang tak lain adalah Om Anton.

Lana menatap lelaki tua yang dijodohkan kepadanya itu, seketika dia bergidik ngeri. Tak bisa membayangkan betapa masa depannya akan hancur begitu saja setelah ini, Cita-citanya melanjutkan kuliah harus dia relakan sebatas angan saja. Ah, ingin berteriak saja rasanya.

Lana tak kuasa untuk memberontak ketika mama dan Mischa menggiringnya menuju ruang depan. Didepan sudah nampak penghulu, saudara, dan beberapa tetangga yang diminta menjadi saksi pernikahan tersebut.

Om Anton menegakkan badannya, sambil tersenyum bangga. Bangga karena mampu mendapatkan gadis perawan secantik bidadari di usianya yang menginjak kepala lima.

Sedangkan Lana, tidak usah ditanya, air mata jatuh berlinangan begitu saja, tatapannya kosong. Dia tidak perduli dengan tatapan orang-orang yang berbisik membicarakannya, kebanyakan dari mereka kasihan akan nasib gadis muda tersebut.

"Mama tirinya kejam sekali, konon dia diberi uang 200 juta oleh Om Anton kalau mau menyerahkan Alana untuk dinikahinya."

"Astaghfirullah, kasihan Lana. Bukannya katanya itu untuk menutup hutang almarhum suaminya kepada Om Anton?"

"Oh begitu ya ceritanya, waduh kasihan anak itu, harus jadi korban orang tuanya."

Begitulah bisik-bisik dari para tetangga yang diundang untuk menjadi saksi pernikahan Om Anton dengan Alana.

"Neng Lana, jangan nangis bombay terus dong Neng, riasan hasil karya eyke jadi luntur tauk! Ntar mata neng jadi kek kunti loh, masak cantik-cantik dibilang kunti." Bisik Jessica di sebelah Alana. jessica itu nama transgendernya, kalau di KTP sih aslinya namanya Joko.

"Gak perduli." Jawab Alana tanpa menoleh. Jessica langsung terdiam dan beringsut mundur.

"Apakah sudah siap semuanya?" Tanya bapak penghulu menatap kedua mempelai.

"Sudah pak penghulu." Jawab Om Anton dengan penuh semangat, raut mukanya menampakkan kebahagiaan penuh. Sungguh berbeda jauh dengan aura yang nampak dari mempelai wanita.

"Baiklah kalau begitu, akad nikah kita mulai."

"Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan dan saya kawinkan, Alana Melodi Zaskia binti Abdurahman dengan Antonius Sugiono dengan seperangkat alat sholat, dibayar tunai."

"Saya Terima nikah dan kawinnya Alana Melodi Zaskia binti Abdurahman dengan mas kawin tersebut diatas dibayar tuuunaaii..." Jawab Om Anton dengan mantap.

"Apakah sah?"

"Saaahhh." Suara para saksi bergema memenuhi ruangan.

"Berhenti! Pernikahan ini tidak bisa dilanjutkan!" Tiba-tiba ada suara teriakan dari arah pintu rumah. Suara dari seorang cowok yang berdiri tegap dan sedang menatap proses ijab dengan tatapan mata nyalang.

Sontak semua mata menoleh kearah asal suara itu. Om Anton terkejut, wajahnya seketika pucat. Dia tidak menyangka akan kedatangan tamu yang menghalanginya untuk mengawini gadis incarannya.

"Ba... Bara? Kamu?!" Pak Anton menunjuk-nunjuk cowok yang berdiri tegap di pintu sambil bersedekap itu, matanya melotot kearah Bara.

"Ya, Pa. Kami tidak pernah mengijinkan Papa untuk mengawini gadis lagi. Sudah berapa kali Papa menyakiti hati Mama?"

"Tapi semua sudah terlanjur terjadi, dan gadis ini sudah sah menjadi istri Papa, Papamu ini pria normal, mana mungkin bisa tahan hidup bersama orang lumpuh seperti Mamamu. Makanya Papa menikah lagi dengan seorang gadis cantik ini, iya kan sayang?" Om Anton menjadi dagu Alana, sontak Alana menepis tangan lelaki oaruh baya tersebut dengan kasar.

"Kenapa? Malu ya sayang? Tidak usah malu, kan sekarang kita sudah sah, hahahaha..." Om Anton tertawa terbahak-bahak, namun tiba-tiba tawanya terhenti, matanya melotot, dan Om Anton terjatuh sambil memegangi dadanya.

Seketika suasana ruangan rumah berubah menjadi panik, semua khawatir dengan keadaan Om Anton yang semula sehat wal afiat namun sekarang tiba-tiba tak sadarkan diri. Mama sebagai tuan rumah langsung memanggil tenaga kesehatan terdekat dari rumah.

Alana tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini, disaat semua perhatian terpusat pada Om Anton, dia langsung beringsut keluar ruangan, tanpa seorangpun menyadari kepergiannya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aluna Dzakira
........................
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gadis 200 juta   Bab5. Hampir Saja!

    Suasana gaduh masih terjadi di rumah Bu Rika. Om Anton langsung dilarikan ke rumah sakit. Sedangkan di luar rumah, Bara sedang bergulat melawan kedua anak buah Om Anton.Meskipun kedua anak buah tersebut memiliki postir tubuh tinggi besar, cowok jangkung tersebut tidak gentar melawan keduanya. Gerakannya lincah, terus menendang lawan sampai lawan tidak mampu berkelit.Salah satu lawan Bara terbangun, lalu dia hendak membanting Bara dengan cara membelit tubuhnya. Namun, dengan lihainya Bara menyodokkan sikunya pada perut lekaki kekar tersebut, gerakannya yang tepat sasaran mampu membuat lawannya langsung terjerembab. Dua lelaki kekar tersebut langsung dibuat Bara menjadi terbaring lemah tak berdaya di lantai.Baru saja mau menarik nafas sebentar, dari arah dalam keributan kembali terjadi. Bara lalu menangkap ucapan seorang tamu yang masih di situ, bahwa Alana hilang. Dan orang sebanyak itu tak ada satupun yang mengetahui kemana Alana pergi.Semua orang memanggil-manggil Alana, namun ga

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-14
  • Gadis 200 juta   Bab 6. Mencari Alana

    Dengan penuh amarah, dihajarnya orang yang akan memerkosa Alana itu, ditendangnya alat vital pria tersebut berkali-kali hingga lelaki yang tak bercelana itu mengaduh kesakitan, pemuda yang dihajar itu langsung jatuh terkapar sambil memegangi alat vitalnya yang terkena tendangan oleh seorang pria yang mukanya tidak nampak jelas karena dia bertopi dan menggunakan masker."Heh, siapa kamu?! Berani sekali mencampuri urusan kami!" Teriak salah seorang pemuda yang sedang memegang kedua tangan Alana. Sedangkan Alana bingung menutupi dadanya yang terbuka akibat baju yang dikenakannya robek."Kamu sendiri siapa?! Dasar pengecut, pecundang! Beraninya hanya sama perempuan. Sini kalau berani, lawan aku!"Dua orang temannya yang saat ini sedang memegangi Alana, langsung terpancing emosinya, dia lepaskan Alana, dan pasang kuda-kuda untuk melawan pemuda bertopi dan bermasker itu.Mereka terlibat dalam perkelahian seru, dua lawan satu, namun karena kedua pemuda tersebut masih berada dibawah pengaruh

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-15
  • Gadis 200 juta   Bab 7. Keluarga Bu Siti Yang Baik Hati

    Bara terpekur dihadapan Papanya yang kini terbujur kaku tak bernyawa. Dibelakangnya terdapat para istri Om Anton kecuali Mamanya. Mereka itu adalah istri siri semua. Dan mama lah satu-satunya istri sah. Namun karena penyakit lumpuhnya, Mama tidak bisa hadir di kematian suaminya ini. "Maaf, Tuan. Jenazah Om Anton akan kita kebumikan sekarang." Ujar salah seorang petugas pemakaman. Bara mengangguk. Dia lalu berdiri dan menyilakan para petugas itu mengangkat Papanya. Hatinya tergugu, perasaannya campur aduk. Papanya meninggal karena ulahnya yang berusaha menggagalkan pernikahannya dengan seorang gadis belia. Dia memang membenci papa, namun dia tidak ingin Papa meninggal dalam waktu ini.Sambil berjalan menuju ke mobil yang akan membawanya menuju ke peristirahatan terakhir sang Papa, diperhatikannya para istri siri Om Anton yang jumlahnya ada 3 itu. Mereka semua perempuan muda berusia sekitar tiga puluh tahunan, penampilan mereka semua modis-modis. Begitu jauh sekali dengan kondisi Mam

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-16
  • Gadis 200 juta   Bab 8. Mencari Kontrakan Lagi

    "Hah, panjang umur akhirnya kamu datang juga. Kamar ini mau ditempati oleh orang lain. Perempuan tidak jelas seperti kamu tidak pantas tinggal di sini. Bikin citra buruk kontrakanku saja! Sekarang pergilah, bawa semua barang-barangmu!" Seru Bu Dewi sambil menunjuk kearah jalan. Barang-barang itu dilempar dan berserakan begitu saja di kaki Alana. Ingin sekali Alana membalasnya dengan kemarahan, namun dia tidak punya hak apapun terhadap ibu kost, dia jauh lebih berkuasa di sini. "Baiklah, Bu. Aku akan pergi tapi tolong kembalikan uang yang saya bayarkan kemarin." Ujar Alana dengan tegas. "Nih! Sudah sana pergi!" Ibu Dewi melempar uang sejumlah yang dibayarkan Alana kemarin, cara melemparnya pun tidak sopan sekali. Alana hanya bisa menarik nafas dalam, setelah itu dia punguti uang tersebut dengan perasaan campur aduk. Pergi membawa ransel yang penuh dan berat, langkahnya tertatih dibawah sinar matahari yang begitu terik menyengat, ditambah lagi dengan kondisi kakinya yang masih bel

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-16
  • Gadis 200 juta   Bab 9. Bekerja di Salon

    Seketika seluruh tubuh Alana membeku, menatap sosok di hadapannya yang tersenyum penuh arti. "Ka-kamu...?"Orang di hadapannya tersenyum smirk. Sambil menyeruput es teh, matanya menatap ke arah Alana. "Iya, eyke kenapa, harusnya eyke yang bertanya sama elu, kenapa kabur pas dinikahin kakek-kakek tajir. Hahahaa malah minggat. Jam segini masih keluyuran ntar ditangkep arwahnya Om Anton baru nyaho luh." Ujar si Jaka alias Jessica dengan tangan melambai. "Arwah Om Anton? Maksudmu?" Alana tidak paham dengan perkataan banci kaleng itu. "Iyeu Arwah Om Anton gentayangan nyariin elu, gara-gara elu dia sekarang metong, jasadnya udah di makan cacing, hiiiy...." Ucap Jessica dengan mimik muka jijik. "Ja-jadi orang tua itu udah mati?" Pekik Alana. "Iyey Alana sayaang, gara-gara elu tuh. Hati-hati aja cynnn, ntar elu dicariin polisi buat dimintain pertanggungjawaban kematian Om Anton, hahahaa..." Si cewek jadi-jadian itu ngakak garing. "Aku tidak takut." Jawab Alana ketus. "Iya iyaaa, berca

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-17
  • Gadis 200 juta   Bab 10. Pergi Lagi

    "Sini lu!" Seru Jessica.Alana berjalan mendekati juragannya."Lu ngerti gak sih, pengering ini kalau kena kulit rasanya pansos, kulit bisa melepuh dan sakyiit, kerja yang bener cyn, jangan sampai eyke kapok menolong elu, mempekerjakan elu, ngerti?!" Nasihat Jessica."Maaf, Jes. Tadi kak Mischa memang sengaja menyuruhku untuk segera mengambilkan katalog. Padahal rambutnya belum selesai aku keringkan, tapi dia memaksa terus supaya aku cepetan mengambil katalog ini." Alana tidak Terima disalahkan, karena ini memang Mischa sendiri yang menyuruh."Tapi naruh pengeringnya gak di pinggiran begini, elu udah eyke training berkali-kali kagak juga ngerti, ciiih...." Ujar si banci kaleng sambil melambaikan tangannya dengan kemayu."Pegawai keras kepala, susah diberi pengertian begini kenapa kamu pertahankan sih, Jess. Kayak gak bisa cari pegawai saja kamu?" Mischa semakin mengompori Jessica."Kalau aku jadi kamu, pasti langsung kupecat. Di luar sana masih banyak orang yang butuh pekerjaan, dan p

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-18
  • Gadis 200 juta   Bab 11. Bertahan Hidup

    "Kak Lana, kakak mau pergi kemana? Apakah sudah ada tujuan?" Gadis berambut panjang itu bertanya sambil nafasnya terengah-engah. "Mau cari kost, kamu siapa?" Alana heran, ada orang asing yang mengenalnya di kota yang baru seminggu dia singgahi. "Aku yang tadi antre di salon Jessica. Aku tadi lihat dengan mataku sendiri bahwa orang tadi sengaja menjatuhkan hairdryer mengenai tangannya. Maaf, Kak, aku tidak bisa membela kakak tadi," Gadis itu menunduk. Alana terkejut mendengar penuturan gadis tersebut, namun sejurus kemudian dia tersenyum. "Iya, mungkin memang rejeki aku bukan di situ." Jawab Alana."Berarti kakak sudah tidak bekerja di salon Jessica lagi ya?"Alana menggeleng, lalu tersenyum dan memalingkan muka, karena tidak ingin memperlihatkan raut kesedihannya. Jika harus mencari kost, dia harus mencari yang sesuai dengan budget yang dia miliki, sedangkan uang di dompetnya sudah semakin menipis. Alana mengira bahwa kuliah dengan beasiswa penuh itu sudah tidak perlu bayar ini i

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20
  • Gadis 200 juta   Bab 12. Om El

    Namun Alana dengan cepat segera menguasai dirinya. "Syukurlah, Tante. Kalau sudah dapat perawat buat ibunya Tante. Kalau begitu Alana pamit dulu." Ujar Alana. "Mau pamit kemana? Bukankah ini sudah malam?" Oh, ternyata selain cantik, perempuan itu juga memiliki rasa simpatik. Alana kebingungan, dia memang tidak tahu harus kemana lagi. Namun bagaimana caranya mencari alasan agar di ijinkan menginap di rumah ini barang semalam saja?"Emmm....""Kamu boleh tetap bekerja di sini. Mulai besok bantu-bantu Bibik Indah dan Bibik Sari bersih-bersih dan masak. Sekarang karena sudah malam, sebaiknya kamu membersihkan diri dan beristirahat.""Terimakasih, Tante. Tapi...." Alana bingung, haruskah posisinya yang masih menjadi seorang mahasiswi ini diberitahukan? Apa tidak ngelunjak namanya, jika sudah dikasih pekerjaan, masih minta kompensasi waktu untuk kuliah? "Tapi apa?" Si Tante cantik bertanya kepada Alana. Ramah sekali dia, ah, pasti ibunya juga ramah seperti dia. Bukankah buah jatuh tak j

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-21

Bab terbaru

  • Gadis 200 juta   Bab 36

    Satu tahun telah berlalu. Alana dan teman-temannya sudah menyelesaikan program pertukaran mahasiswa yang ditugaskan kepada mereka. Banyak sekali ilmu-ilmu yang diraih selama berada di negri Singapura. Tentang bagaimana suasana belajar di sana, dan juga kehidupan sehari-harinya. Banyak bertemu dengan orang baru, banyak berkenalan dan tukar pikiran dengan orang-orang dari berbagai penjuru dunia, membuat Alana semakin melek dengan keadaan. Membuat pikirannya semakin terbuka, bahwa ternyata dunia itu sangat luas, ternyata diluar sana banyak orang yang memiliki toleransi begitu tinggi, ternyata dirinya bisa diterima oleh dunia, ternyata banyak yang bersikap ramah terhadapnya, ternyata di luar sana. dirinya begitu dihargai. Sangat bertolak belakang dengan kehidupannya sebelumnya, yang mana terlalu banyak sisi kelam yang dia lalui, sehingga sempat membuatnya ingin bunuh diri karena dunia yang tidak ramah padanya. "Ah, seandainya aku tidak nekat melarikan diri kala itu, mungkin hidupku han

  • Gadis 200 juta   Bab 35. Berangkat Ke Singapura

    " Barang-barangmu sudah kebawa semua?" Nata bertanya memastikan bahwa koper Alana sudah terisi semua barang yang seharusnya dia bawa. "Sudah masuk koper semua, Nat." Jawab Lana. " Kamu tidak ingin berpamitan dengan siapapun?" Tanya Nata lagi. "Nanti aku pamitan sama kamu, kalau pesawatnya sudah datang." "Orang lain, ehm... Kak Bara misalnya?" Nata mencoba menggoda Alana. "Aku tidak memiliki siapa-siapa lagi," Alana menjawab dengan getir. "Maaf, aku cuma bercanda. Dah yuk, kita berangkat sekarang. Takut ketinggalan pesawat." Ujar Nata. Mereka keluar dari kontrakan Lana. Lana tidak lupa mengunci dan menyerahkan kuncinya pada ibu kost. "Semoga ilmu yang kamu dapatkan dari negri seberang berkah ya, Alana. Kalau akan kembali nanti, hubungi Ibu lagi saja. Ibu carikan kamar buat kamu." Ujar Ibu kost tatkala Alana berpamitan akan ke luar negri, guna mengikuti program pertukaran mahasiswa. "Amin. Terima kasih, Bu." Jawab Alana. Nata dan Alana lalu menuju ke mobil milik Nata yang sed

  • Gadis 200 juta   Bab 34. Dendam Kesumat Mischa

    "Ini warungnya?" Tanya Nata. "Ya." Alana lalu turun dari atas motor Nata. Setelah itu melepas helm yang dikenakannya. Mereka berdua lalu memasuki warung yang selalu ramai pembeli tersebut. Mata Alana lalu menangkap sosok tua pemilik warung yang selama ini berjasa padanya. Dia berniat untuk mendatangi Bu Mirah, sang pemilik warung. Namun niat itu dia urungkan, Bu Mirah tampak sibuk melayani orang yang hendak membayar makanan yang dijualnya. "Sepertinya enak-enak semua ya, menunya." Ujar Nata sambil melihat berbagai macam lauk yang berderet rapi di balik meja etalase. "Iya, enak kok. Apalagi kalau lagi lapar begini." Jawab Lana. "Yang paling enak yang mana?" Bisik Nata lagi. "Itu tuh, ayam kecapnya enak, manis, gurih. Tapi tergantung selera sih." Jawab Lana. Tiba-tiba ingatannya berputar pada beberapa bulan lalu, saat dia masih bekerja di sini. Hampir setiap hari sebelum pulang, Bu Mirah menyuruhnya makan terlebih dahulu. Dan melarang membawa pulang makanan seperti pekerja lain.

  • Gadis 200 juta   Bab 33. Tukang Cuci Piring

    "Sory, aku tidak mau!" Jawab Mischa dengan cepat dan lantang. "Kamu harus mau! Jika tidak, maka kamu akan kuteriaki habis mencuri di warungku!" Ancam Bu Mirah. Karena diancam seperti itu, Mischa jadi takut, sepertinya orang tua dihadapannya ini memang suka nekat. Galaknya setengah mati. Bikin nyalinya menciut. Mischa mau tidak mau berjalan masuk ke warung Bu Mirah, sesampainya di dalam dia dihadang oleh tatapan para karyawan orang tua tersebut dengan tatapan heran. Semua karyawannya pasti sudah tahu Mischa dan juga wataknya yang sombong serta tidak tahu sopan santun. Apalagi mereka semua masih ingat akan kejadian kemarin dimana Mischa dengan mulut besarnya membuat keributan di warung ini. Namun hari ini anehnya dia tampak begitu tunduk terhadap Bu Mirah. "Bik Yem, ini aku carikan tukang cuci piring baru, Bibik hari ini mending bantu saya njualin di depan saja." Ujar BU Mirah sambil melirik ke arah Mischa. Bik Yem tentu saja kaget. Dia yang biasa bekerja dengan gesit mencuci semu

  • Gadis 200 juta   Bab 32. Diusir Dari Rumah Sendiri

    Untuk sesaat, Mischa kembali dibuat semakin terkejut. Bagaimana bisa hutang mamanya tidak dibayarkan selama setahun? Bukankah mamanya habis menerima uang 200 juta? Ah, petugas bank ini pasti mengada-ada. Dia pasti mau mencari keuntungan sendiri dengan meminta tagihan kesini. Pagi-pagi sudah mau cari ribut rupanya. Tidak sadar dia dengan siapa berhadapan? "Heh! Yang benar saja kamu mau menyita rumah ini?? Mamaku pasti sudah melunasinya, dia habis mendapatkan uang 200 juta. Kamu mau cari gara-gara? Mau ambil keuntungan sendiri, kan?? Hayo ngaku!!" Hardik Mischa. Petugas itu tidak bereaksi sama sekali dengan kemarahan Mischa, wajah mereka tetap saja datar, dan kemudian menunjukkan surat penyitaan kepada Mischa, surat tersebut berstempel dan bertanda tangan resmi dari bank BNK. "Ini kalau tidak percaya. Sebaiknya Nona segera mengosongkan isi rumah ini, dan pergi sekarang juga. Karena rumah ini sudah kami lelang." Jawab Petugas itu, tidak gentar sedikitpun dengan hardikan Mischa. Lagian

  • Gadis 200 juta   Bab 31. Ponsel Hilang

    Selepas Mischa pergi dari warung, semua menghela nafas lega, Bu Mirah meminta maaf kepada semua pengunjung atas ketidak nyamanan mereka makan di warung hari ini, akibat ulah si mantan napi yang tidak dididik dengan baik oleh orang tuanya. "Maaf ya semuanya, dia memang gadis yang tidak memiliki sifat yang baik, dia juga baru keluar dari penjara, sekarang dia mau pergi ke bank mengambil uang katanya, entah uang siapa yang dia ambil. Konon Mamanya banyak uang, tapi hampir tiap hari didatangi oleh debt collector untuk menagih utang." Bu Mirah menjelaskan kepada para pengunjung warung sambil terkekeh, sehingga ada beberapa yang menimpali. "Oalah, masih muda kelakuannya seperti demit. Mau jadi apa dia nanti? Apa ya ada lelaki yang bakal mau menikahinya?" Ujar Bu Romlah, salah satu pengunjung warung. "Entahlah, sepertinya kelakuannya itu menurun dari ibunya. Ibunya kan juga tidak ada akhlak, buah jatuh tak jauh dari pohonnya." Ujar Bu Warni menimpali. "Semoga dia segera mendapatkan hiday

  • Gadis 200 juta   Bab 30. Hutang di Warung Bu Mirah

    Mischa membuka laci meja di kamar Mamanya, tempat biasa Bu Rika menaruh dompet. Dan benar saja, dompet yang doa cari tergeletak di laci tersebut. Dengan penuh kegirangan, Mischa ambil dompet tersebut, di timang-timangnya karena sepertinya isinya tebal sekali. Ah, pasti ini uang, pikirnya. Namun, betapa terkejutnya dia, yang membuat tebal dompet Mamanya ternyata adalah kertas-kertas berbagai catatan hutang, yang ada beberapa diantaranya sudah lunas, namun ada juga yang belum lunas. Hanya terdapat selembar uang sepuluh ribu rupiah, itupun bentuknya sudah sangat lusuh, selisih dompet yang dia pegang. "Sialan! Di mana sih sebenernya Mama menaruh uang-uangnya?? Setelah mendapat uang 200 juta dari Om Anton itu apa sekarang sudah habis? Atau jangan-jangan dia tabung di bank?" Batin Mischa. Dalam hati Mischa, dia membenarkan dugaannya sendiri, bahwa Mamanya pasti menyimpan uang tersebut di Bank. Tidak mungkin uang sekoper yang diberikan leh Om Anton itu langsung habis. Ya, aku akan tany

  • Gadis 200 juta   Bab 29. Mendapatkan Pekerjaan Baru

    Alana menutup bukunya. Pelajaran bersama Dosen Aris memang mampu memeras otak. Sepertinya membeli es teh harga tiga ribuan mampu mendinginkan otaknya yang kemebul."Alana," Tiba-tiba Pak Aris memanggilnya. Membuat Alana menghentikan langkah, dan menghampiri dosen tersebut."Iya, Pak Aris. Ada apa?" Tanya Alana."Begini, aku ada tawaran job untuk kamu. Kamu mau tidak mengajar di bimbel milik saya? Untuk jadwalnya bisa sepulang dari kampus. Kalau dari sini jaraknya sekitar 4 kilometer. Kalau bawa motor sendiri lebih cepet."Bagai tersiram air pegunungan di gurun Sahara. Tawaran dari Pak Aris itu seperti jawaban atas do'anya semalam."Daripada keluyuran tidak jelas kan mending ngajar di bimbel saja, dapet duit, jadi tidak ngandelin kiriman ortu dari kampung. Gimana, mau tidak?"[Ya Alloh, ternyata Allah memay benar-benar Maha Baik. Disaat membutuhkan, dia datang membawa pertolongannya.]"Gimana, mau nggak? Malah bengong kayak sapi ompong?" Tanya Pak Aris yang memperhatikan ekspresi Alana

  • Gadis 200 juta   Bab 28. Susahnya Cari kerja

    "Tidak apa-apa. Aku mau pindah kerja saja di tempat yang lebih nyaman. Kamu ada info lowongan nggak?" Tanya Alana. "Mana tahu aku hal-hal begituan. Kamu mau kerja lagi?" Tanya Nata. Alana menghela nafasnya. Lalu menghembuskannya lagi. "Kalau aku tidak kerja, nanti kebutuhanku mau di penuhi oleh siapa?" Ujar Lana, dengan tatapan mata kosong."Maaf, kalau boleh tahu, memang Bapak Ibumu kemana?" Nata yang seketika langsung paham dengan kondisi Alana, bertanya dengan hati-hati. "Sudah nggak ada. Aku bisa kuliah juga karena dapat beasiswa. Sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari, aku harus kerja juga, kan? Makanya aku harus segera mendapatkan pekerjaan lagi kalau masih pengen hidup." Cerita Alana. Nata mengangguk tanda paham. "Maaf, Alana. Aku kira selama ini kamu bilang kalau yang antar jemput kamu itu adalah majikanmu, aku tidak percaya. Lagian mana ada sih majikan mau mengantar jemput karyawannya. Baru kali ini saja sepertinya di muka bumi ini. Aku kira dia itu kakakmu." Ujar Nata.

DMCA.com Protection Status