41"Meri?" Ibu yang baru muncul dan tidak menyaksikan huru-hara antara Raka dan Meri terlihat sangat terkejut mendapat Meri yang tertatih menuju pintu.Wajah Ibu tampak masih berkeringat, setelah membersihkan halam.yang cukup luas membuatnya merasa cukup Bermandi keringat."Raka? Ya Allah...bagaimana aku tidak melihatmu? Belum sempat Meri menjawab , Ibu terpekik mendapati kehadiran putranya. Bergegas mendekati Raka dan memberondong dengan pertanyaan."Katanya, dua hari lagi baru sampai, Nak?" Tanya Ibu mengingat kedatangan Raka yang dia tahu adalah dua hari ke depan.Raka tak menyahut, menghambur ke pelukan Ibu. Menumpahkan segala sakit atas penghianatan Meri."Kenapa dengan Meri?" Ibu yang seperti merasakan kegelishan p
Haifa mejamkan matanya saat dokter yang menanganinya keluar dari ruangan perawatan tempat dia sekarang berbaring.Ada air mata yang meleleh yang keluar paksa dari matanya. Ada raut cemas dan harap yang bercampur menjadi satu. Rasa yang terus silih berganti semenjak dirinya terjengkang dan pendarahan di rumah sampai masuk UGD dan kini di ruang perawatan."Jangan menangis, Sayang. Bukankah menurut dokter, hasil USG menunjukan bayimu masih dalam keadaan baik. Kau hanya perlu istirahat. Jangan cemas," bisik Yudha lirih. Berulangkali membelai lembut kepala Haifa yang terlihat sedikit shock saat mengetahui dirinya pendarahan."Sayang, semangat. Beruntung kamu segera ditangani dokter." Yudha terus membisikan kalimat yang membesarkan hati istrinya."Mas." Mata Haifa perlahan terbuka."Aku tidak apa-apa,
Hawa pagi mendadak panas. Shila mengibas rambutnya dengan gusar, apalagi terlihat Bi Narti berjaga tidak jauh dari tempatnya Haifa duduk.Dasar pembokat sialan, kok bisa-bisanya datang tepat dia ingin menghajar Haifa. Shila mengepalkan tangannya, mengingat ancaman yang diucapkan Haifa barusan.Rahasia besar dirinya? Rahasia apa? Dia terlalu banyak memiliki sisi kehidupan yang disembunyikan selama ini.Apakah petualangan cintanya dengan banyak pria di luar sana seperti Meri? Atau duit satu milyar yang Mas Andre berikan dan bilang habis karena usaha butik yang dirintisnya hancur?Atau...atau...apa ya? Shila memijit alisnya yang berlukis dengan sempurna."Aku tahu kamu banyak rahasia, Mbak Shil. Tapi rahasia ini, jauh lebih memalukan dari kasus Meri kemarin. Aku yakin, saat suamimu tahu, kau bukan hanya ditalak, tapi juga ak
Wajah Shila memucat. Bibir merahnya bergetar menahan kekagetan yang luar biasa. Perempuan yang malam itu berdandan sempurna dan terlihat sangat jumawa itu, tampak shock dengan fakta yang dibuka Yudha. Kejadian itu sudah lama dan nyaris telah tenggelam dalam memorinya. Shila tidak menduga kalau Video dimana dirinya masuki kamar Yudha dan berusaha mengajaknya berbuat nista bisa muncul di hadapan Andre suaminya. Shila berkali-kali menelan ludah dan berusaha sekuat tenaga bersikap tenang. Ditahannya rasa takut terhadap pria yang kini tengah menatapnya tidak berkedip, dengan wajah menahan murka. ' Yudha, ayolah. Aku tahu kamu juga kesepian malam ini. Aku juga tahu kamu gak ada selera sama istri oon mu itu. Mumpung Haifa tidak ada di rumah, apa salahnya kita bersenang-sena
RndSuasana mendadak hening. Hanya deru suara mobil Shila yang kian mengecil, hingga akhirnya sunyi senyap dan hanya menyisakan suara helaan napas Andre yang terdengar berat dan kecewa."Maafkan aku, Mas." Yudha tampak sangat merasa bersalah."Bukan maksud hatiku membuatmu kecewa dan sedih, apalagi berniat menghancurkan rumah tangga kalian dan membuka aib istrimu. Aku hanya ingin, Mas tahu, siapa Shila sebenarnya di belakangmu." Suara Yudha sedikit tercekat. Sakit sekali melihat kakak yang meski sangat ambisius tapi tetaplah saudaranya, melihatnya terluka tetaplah sakit bagi Yudha."Yudha." Andre bangkit, berjalan menuju jendela. Menatap ke luar, seolah jendela itu masih terbu
Waktu tak terasa berlalu, di saat Haifa tengah meniti hidup yang dipenuhi keindahan karena terbebas dari duo kuntilanak Meri dan Shila, di sudut lain ada wanita yang terluka. Meri ternyata kembali berulah menebar racun dalam kehidupan Athira, wanita lembut sekaligus sepupu Yudha dan sahabat Hai fa. *** "Selamat, Mas. Kau akhirnya bisa bebas dari perempuan bod*h dan jelek itu." Perempuan berbulu mata palsu dengan soflens biru gelap itu terlihat bahagia. Tangannya yang berkuku merah tak sungkan memeluk pria di sisinya. "Kau hebat, Shaka. Akhirnya bisa tegas juga." Kali ini Mama yang bersuara. Senyum lebar menghiasi wajah perempuan setengah baya itu. "Kita rayakan kemenangan ini." Elda menimpali, adik perempuan satu-satunya itu terlihat gembira. "Si tol*l itu akhirnya enyah dari hari-harimu. Keren." Mama kembali tersenyum. Suara-suara Mama, E
"Kampret."Meri melotot ke arah dua perempuan yang sangat dibencinya. Haifa dan Surti. Setelah susah payah menempel kembali bulu mata palsunya dia mendekati Haifa. Bagaimana mungkin duo bekicot ini bisa sampai dan tahu persidangan ini? Meri tak habis pikir."Kalian ya, kek bakteri. Dimana pun gue ada kalian ngikut aja." Meri mencibir, tak dihiraukan mata yang terasa perih."Jelaslah aku usahakan ada, Athira itu sepupu Mas Yudha, yang berarti sepupuku juga sekaligus sepupu Mas Raka mantanmu, Mbak." Haifa menjawab tegas."Yoi." Surti menimpali. Perempuan dengan perut mulai membuncit itu tampak ikut gregetan melihat kelakuan Meri. Belum genap dua tahun, kepergiannya dari kehidupan Haifa, dia kini kembali muncul dengan ulah barunya. Menggoda dan menghancurkan pernikahan Athira, sepupu Yudha dan sahabat Haifa.Dibanding yang lain, Athira jarang muncul di lingk
Hari mulai beranjak siang.Shaka berkali-kali menghela nafas, menatap sisa bayangan Athira yang hilang di pintu gerbang rumahnya yang tinggi. Shaka tidak menemukan lirikan rindu pun tatapan memuja dari sosok perempuan yang selama ini mati-matian berjuang agar pernikahan mereka tidak hancur."Athira, tunggu." Shaka sempat memanggilnya, berharap Athira sejenak menatapnya."Kenapa, Mas?" tanya Athira pendek dan dingin. Langkahnya terhenti sejenak"Kamu... Kamu tidak mengatakan sesuatu tentang perceraian kita, misal.... ""Misal apa?""Misal sisa keinginanmu untuk kembali merenda pernikahan kita. "Syet. Shaka tersenyum pahit, merutuki kebodohan perasaan dan kalimat yang keluar begitu saja. Dia yang mati-matian ingin mentalak Athira, kenapa pula dia yang gamang dengan kepergian perempuan itu. Ah, dasar Bodoh."Mengucapkan se
Rio merebahkan tubuhnya yang terasa pegal. Seharian ini agenda kegiatannya begitu padat. Ada beberapa dokumen perizinan yang harus secepatnya selesai. Belum lagi, agenda pertemuan susulan dengan pihak Bank. Cukup melelahkan.Setelah berganti dengan baju santai yang terdiri dari kaos putih dan celana berbahan kaos yang nyaman, Rio memilih merebahkan tubuhnya di depan televisi sambil memeriksa beberapa email masuk yang belum sempat dibaca." Mbeb, lelahkah dirimu?" Surti yang selesai memandikan Raffa, putra mereka yang masih bayi mendekat. Meletakkan Raffa dalam gendongan Rio yang segera menciumi kepala mungil jagoannya. Harum shampoo dan minyak telon, membuat Rio tampak sangat menikmatinya. Surti memang piawai mengurus rumah tangga dan anak mereka. Jangankan hanya mengurus Raffa, urusan ngupas kelapa dan manjat betulin genting bocor pun Surti jagonya. Jangan tanya asisten rumah tangga, bukan karena tidak sanggup menggaji, melainkan gak ada yang betah. Surti
Kalah dan patah hati adalah dua hal yang tidak pernah hadir dalam hidup Elda selama ini. Tapi semua itu kini nyata adanya. Sebulan sejak dia bertemu Surti yang memberinya foto Andrian pria yang diam- diam telah mencuri hatinya bertunangan dengan Erika, Elda dan keluarganya mendapat undangan pernikahan Erika dan hari ini, Elda hadir sebagai tamu undangan.Elda mencelos. Sia- sia Elda menaruh hati dengan Andrian, pengusaha muda tampan itu ternyata memilih Erika yang penampilan nya sudah seperti astronot mau ke bulan. Tidak seperti para seniornya yang mendekam di balik jeruji besi, Erika berubah menjadi lebih santun dan religius. Gadis angkuh dan pemuja pesta itu berproses menjadi gadis yang lebih baik. Erika berhijrah tanpa paksaan, dengan sepenuh hati dia memulai segalanya dari awal untuk berubah. Dengan tekun dan sungguh- sungguh Erika belajar mengaji dan memperdalam ilmu agama. Allah kini membalas kesungguhan Erikaa dengan menjodohkannya dengan seo
Karma Si Gadis AngkuhElda menendang daun kering di depannya. Terik matahari dan angin kemarau yang kering membuat kerongkongannya terasa panas dan terbakar.Gadis itu tidak menduga, buntut kedatangan Athira ke rumahnya tempo hari adalah kemurkaan Shaka yang membuat semua fasilitas yang selama ini dia nikmati dengan sangat melimpah dicabut tiba- tiba.Bayangkan, mulai mobil, ATM dan kartu kredit, semuanya di ambil oleh kakak satu- satunya itu. Shaka juga memangkas uang sakunya tinggal separuh saja.Dasar sial. Bagaimana mungkin kakaknya begitu murka sehingga rela melihat dirinya ibarat gembel yang harus mengirit uang saku dan rela jajan di kantin murahan, juga makan siang hanya di warteg mahasiswa yang terkenal murah dan desak- desakan.Seperti hari ini, Elda harus pergi naik angkot dengan uang saku pas- pasan, alih- alih Shaka merasa kasihan saat dirinya mengeluh, malah disuruh membawa bekal nasi dari rumah dan kalau perlu jalan kali. Ja
Wajah Shaka tampak terkejut."Siapa? Athira, Mbok?" Suara Shaka hampir hilang di kerongkongan. Perasaannya bercampur menjadi satu. Ada bahagia, resah juga cemas, dan perasaan lain yang entah bagaimana harus melukiskan nya."Betul, Non Athira dan Neng Cira, Mas." Bi Narti menjawab pasti. Ada getar rindu dalam nada suara perempuan paruh baya itu. Bagi Bi Narti, selain baik, Athira adalah majikan penyayang dan pengertian. Jauh berbeda dengan Nyonya sepuh dan Elda putrinya yang cerewet, kasar dan sombong. Sejak Athira pergi, otomatis yang berkuasa di rumah ini adalah Nyonya sepuh. Belum satu pekerjaan beres, sudah menyuruh ini itu, belum sifat pelitnya bikin Bi Narti pingin berhenti kerja. Beruntung ada Tuan muda Shaka yang masih sangat baik terhadap dirinya."Suruh masuk, Bi." Shaka memerintahkan. Mama hanya diam, ada raut gelisah di mata tuanya yang masih indah. Mama cantik luar biasa, sayang sifatnya tidak secantik wajahnya."Baik, Mas. A
Tiga hari sudah. Semenjak Mama meminta Athira datang membawa Cira bertemu papanya. Angin malam berhembus lirih. Sinar lampu kristal di ruang tengah memantul lbut sinarnya menyelinap di celah pintu kamar Shaka yang sedikit redup.Entah kali keberapa Shaka mengurut pelipisnya yang terasa pening. Badannya sepertinya memang sedang tidak fit. Selera makannya terbang entah kemana. Seminggu ini beberapa hari dia tidak masuk kantor dan meminta Handi, tangan kanannya, untuk menghendel dulu sebagian tugasnya. Sesekali Shaka memeriksa laporan yang dikirim Handi via email. Shaka yang selama ini begitu ambisius seperti kehilangan banyak semangat.Tak dipungkiri kabar pernikahan Athira dengan Raka beberapa waktu lalu, sangat memukul perasaannya. Alih- alih dia bisa merebut kembali hati Athira dan memulai kembali hidup baru, kini wanita itu malah sudah resmi menjadi istri orang.Mata Shaka terpaku pada deretan anyelir dan anggrek yang berjejer rapi di halaman rumahnya. Bunga-
Athira tampak sedikit terkejut saat menatap wajah mantan Mama mertua nya tanpa polesan make up glamour seperti biasanya.Wajah Mama mertua tanpak layu dan letih, kedua matanya sedikit membengkak, menandakan kalau perempuan paruh baya yang selama ini selalu tampil trendi banyak menangis. Ada luka di netra matanya yang selalu memakai bulu mata palsu, dan lekat dengan tatapan jumawa yang mengintimidasi.Athira sedikit salah tingkah melirik ke arah Raka meminta persetujuan untuk menjawab panggilan video call mantan mertuanya. Atira takut Raka merasa tidak enak hati karena di hari pertama mereka sah menjadi suami istri, mantan Mama mertua tiba-tiba saja hadir mengusik kebersamaan mereka yang baru saja dimulai.Raka yang duduk di samping Athira mengangguk kecil, menandakan setuju dan memberi izin. Perlahan Athira bangkit, dia ingin menerima panggilan mantan mertuanya tidak di meja makan, takut kalau perempuan angkuh itu membuat huru- hara dan menghinanya. Athira
Wajah lembut Athira tampak cantik dalam balutan baju tidur warna Salem yang tampak lembut dan serasi dengan kulitnya yang kuning Langsat. Malu- malu saat sosok kukuh di hadapannya mendekat dan perlahan duduk di sisinya. Ini adalah malam pertama mereka sah menjadi suami istri. Tanpa pacaran dan tanpa persiapan yang ribet dan menguras energi, setelah saling menyadari kalau masing- masing adalah jiwa yang dulu hadir dalam doa, Raka dengan mantap meminang Athira. Tidak seperti Meri yang ribet dan berselera wah, Athira betul- betul sosok wanita yang bersahaja, lembut dan pengertian. Tak ada yang rumit buat wanita itu, bukan semata menyadari statusnya yang sudah janda, tapi Athira merasa tak harus membuat ribet jika segalanya bisa dibuat mudah. Terpenting bagi mereka adalah restu semua fihak dan bisa segera menjadi pasangan yang halal agar bisa saling menguatkan dan menyempurnakan.
Athira meremas jemarinya yang mendadak dingin. Apalagi saat Raka kembali menghela napas. Sepertinya pria itu ingin mengucapkan hal serius. Berkali tangan kukuhnya mengusap wajah."Mas, mau bicara apa? Bicaralah," ucap Athira berusaha memecah kekakuan yang tiba- tiba saja hadir di antara mereka. Apalagi kini mereka hanya berdua dan hanya ditemani Cira yang kembali berlari- lari mengejar kucing kecil milik Ziddan yang kebetulan main ke halaman.Raka terlihat canggung. Sungguh sulit mengatakan sesuatu yang dia simpan sendirian selama ini. Jangankan Athira bahkan Ibu dan saudara-saudaranya tidak tahu kalau....Kalau Athira lah sesungguhnya cinta pertamanya.Dulu Raka pikir setelah Athira menikah dengan Shaka, takdir tidak akan mempertemukannya kembali, apalagi setelah dia juga memutuskan untuk menikah dengan Meri. Tertutup sudah rasa untuk perempuan yang lain sendiri di keluarganya.Athira yang lembut, yang tidak banyak tingkah dan cenderung pemalu
Apa yang lebih indah dari rasa bebas dan merdeka? Adakah yang lebih berharga dari perasaan bahagia? Athira tersenyum saat menutup panggilan telepon dari Haifa. Wanita itu selalu gembira jika Haifa menghubunginya meski hanya untuk menanyakan kabar, meskipun kadang dirinya sedang repot seperti hari ini.Athira baru saja keluar dari pasar tradisional saat Haifa menghubunginya. Senang sekali ada seseorang yang bisa diajak berbagi dan bertukar cerita. Setelah sekian lama Shaka pergi dari hidupnya, Athira benar-benar menikmati hidup barunya.Tak ada lagi pandangan sinis Ibu mertua, suami dingin dan angkuh pun deretan kisah kelam selama bertahun-tahun menjalani mahligai pernikahannya dengan Shaka. Athira merasa terlahir kembali.Memilih melepaskan lebih baik dari pada bertahan dalam bara yang membakar. Hidup sendiri lebih membahagiakan dari pada berumah tangga berkubang duka. Athira tersenyum. Membetulkan hijabnya yang terasa gerah, be