Hari mulai beranjak siang.
Shaka berkali-kali menghela nafas, menatap sisa bayangan Athira yang hilang di pintu gerbang rumahnya yang tinggi. Shaka tidak menemukan lirikan rindu pun tatapan memuja dari sosok perempuan yang selama ini mati-matian berjuang agar pernikahan mereka tidak hancur."Athira, tunggu." Shaka sempat memanggilnya, berharap Athira sejenak menatapnya.
"Kenapa, Mas?" tanya Athira pendek dan dingin. Langkahnya terhenti sejenak
"Kamu... Kamu tidak mengatakan sesuatu tentang perceraian kita, misal.... "
"Misal apa?"
"Misal sisa keinginanmu untuk kembali merenda pernikahan kita. "
Syet. Shaka tersenyum pahit, merutuki kebodohan perasaan dan kalimat yang keluar begitu saja. Dia yang mati-matian ingin mentalak Athira, kenapa pula dia yang gamang dengan kepergian perempuan itu. Ah, dasar Bodoh.
"Mengucapkan se
"Athira?"Shaka tergagap, menyeka pelipisnya yang berkeringat. Pengusiran Athira di luar dugaan, bukankah Athira memintanya agar bertemu dengan Cira dan memeluk Putri kesayangan mereka."Pergilah, Mas.""Tapi aku belum bertemu Cira. aku belum memeluk dan menciumnya. "Athira, menggeleng. Kebimbangan terlintas di bola matanya yang bening tapi perempuan berwajah keibuan itu bergeming.Sakit karena dituduh drama dan lebay membuat Athirah memutuskan kalau Cira tidak usah bertemu dengan pria yang bergelar ayah untuk putrinya."Tidak bertemu mungkin lebih baik, dari pada sebuah pertemuan yang menyakitkan dan menghinakan. Pergilah, Mas, jangan pernah kehadiranku dan Cira, mengganggu rencana besar kalian. "
Adakah, yang lebih menyakitkan daripada meninggalkan seseorang yang jelas begitu merindukanmu? Apa yang lebih menyakitkan daripada meninggalkan putrimu yang dengan mata beningnya berharap engkau masih berada di sisi-nya dan memeluknya le Shaka melengos, berusaha menahan sesuatu yang akan runtuh dari sudut mata dan hatinya. Tak ingin larut dan runtuh, pria itu menyeret langkahnya bergegas pergi, agar tak lagi mendengar suara Cira memanggilnya. Ya Allah, Inikah jalan yang aku pilih? kebahagiaan Inikah yang aku impikan selama ini? meninggalkan Athira dan Cira dalam bongkahan luka dan kesepian, sementara dia bermain-main dengan asmara penuh dusta bersama seorang Meri?
"Mas, maaf aku memanggilmu kembali. Cira terus-terusan menangis. Sungguh aku kuat kehilanganmu, tapi aku tak sanggup melihat putri kecilku terluka karena harus kehilangan sosokmu di usia yang sekecil ini." Suara Athirah lirih. Tubuhnya perlahan menjauh dari Cira memberi kesempatan pada mantan suaminya agar bisa mendekati putrinya.Shaka menggangguk. Perlahan merapat ke arah ranjang di mana Cira tertidur dengan mata sembab. Sepertinya gadis mungil itu ketiduran saat menangis.Kata Athira, tadi Cira terbangun sesaat Shaka pergi dan terus merengek dan tidak bisa ditenangkan."Sayang, bangunlah ini Papa datang." Dengan lembut Shaka memanggil gadis yang tengah meringkuk memeluk boneka kecil pemberiannya, dada Shaka terasa sesak, hatinya berdesir menyaksikan sisa bulir air mata di Sudut mata putrinya.K
Adakah, yang lebih menyakitkan daripada meninggalkan seseorang yang jelas begitu merindukanmu?Apa yang lebih menyakitkan daripada meninggalkan putrimu yang dengan mata beningnya berharap engkau masih berada di sisi-nya dan memeluknya lebih lama?Shaka melengos, berusaha menahan sesuatu yang akan runtuh dari sudut mata dan hatinya. Tak ingin larut dan runtuh, pria itu menyeret langkahnya bergegas pergi, agar tak lagi mendengar suara Cira memanggilnya.Ya Allah, Inikah jalan yang aku pilih? kebahagiaan Inikah yang aku impikan selama ini? meninggalkan Athira dan Cira dalam bongkahan luka dan kesepian, sementara dia bermain-main dengan asmara penuh dusta bersama seorang Meri?Shaka mempercepat langkahnya keluar dari kamar perawatan Cira, hampir saja dia menabrak dua orang pengunjung dan seorang perawat yang kebetulan sedang melintasi koridor dan berpapasan dengannya. Shaka sege
Meri terkesiap, tidak menyangka kalau sepatu berhak tinggi yang dia tendang bisa sampai melayang mengenai jidat Omnya yang terkenal galak dan tegas.Bagaimana bisa dia berlaku bodoh seperti itu? Bikin acara yang sudah dirancang sedemikian rupa terancam runyam gara-gara adik Mamanya itu tidak akan berhenti ngomel panjang pendek dengan raut wajah yang tidak menyenangkan."Maaf, Om. Maaf... " Meri menyilangkan tangan di dada tanda meminta maaf. Dia tahu Om Bari bukan orang yang dengan mudah memahami dan memaafkan. Di keluarga Mama, Dia adalah adik yang paling galak. Paman rasa preman, begitu ponakan-ponakan menyebutnya.Harusnya Shaka ikut kaget melihat peristiwa yang dilakukan Meri terhadap Omnya yang galak karena diyakini bahwa Om Bari akan membuat acara musyawarah keluarga ini menjadi kacau dengan ceramahnya yang pedas dan tajam. Tapi enta
"Kamu..., berani kamu bersikap kasar pada putriku?"Mama Meri marah besar. Apalagi menyaksikan sikap Shaka yang bukannya menenangkan Meri yang tersedu, malah bersiap pergi keluar menuju mobilnya yang terparkir."Mau kemana kamu?" Meri menarik tangan calon suaminya."Aku pergi. Aku jengah dengan sikapmu." Shaka yang merasa kesal karena dari pagi Meri terus bertingkah memuakkan, memilih menghindar"Tidak bisa. Kamu harus minta maaf dulu sama putriku, kamu telah mendorongnya dengan kasar." Mama Meri melotot, tubuhnya maju menghalangi langkah Shalat. Perempuan ber-make up tebal itu, terlihat sangat tersinggung dengan sikap Shaka yang dianggapnya meremehkan putrinya yang cantik jelita dan terkenal itu. Mama Meri geram. Perempuan tidak terima , ada pria yang membuat putrinya di perlakukan tidak seperti ratu dan tidak terhormat.
Mata, Athira yang sembab terpaku pada sosok tubuh kukuh yang kini berdiri tegak di hadapannya. Antara kaget dan tidak menduga kalau pria yang baru saja dipanggil putrinya dengan mata berkaca itu kini kembali di hadapannya dengan senyum dan mata penuh rindu.Wajah Shaka begitu lembut, dengan senyum manis yang hinggap di wajah mungil putrinya. Sikap seorang ayah penyayang yang entah sejak kapan hilang dan musnah di telan kerasnya badai penghianatan."Mas, kamu... Kamu kembali? " Athira bergumam pelan. Hatinya berkata bahwa ini pasti mimpi. Bagaimana mungkin Shaka hadir, sementara Athira tahu ini adalah moment penting dalam hidup pria itu, karena sedang membicarakan hal serius mengenai pernikahan mewah yang akan digelar dalam waktu dekat dengan wanita yang konon luar biasa dan istimewa."Aku pasti bermimpi." Athira melengos, mengusir sisa air mata yang sempat luruh saat Cira kembali memanggil sosok papanya."Athira." Shaka mendekat."Kam
Udara di tengah gerimis kali ini terasa lebih dingin. Rintik hujan lebih lebat dan gelap. Berkali shaka membuang tatap dari arah jendela kamarnya yang dibiarkan terbuka. Matanya lepas memandang langit yang berselimut awan. Gelap, sunyi dan sepi seperti rasanya saat ini.Tiga bulan sudah harinya berlalu nyaris tanpa warna.Hampa, adalah kata yang begitu akrab akhir-akhir ini. Bukan karena pernikahannya dengan Meri telah batal, dan harus melewati drama panjang yang berliku. Melainkan ada sudut jiwanya yang terasa kosong karena kepergian seseorang yang dulu terasa tanpa makna. Ada rindu yang terus menggema di sudut hatinya kian terasa sunyi.Athirah, entah mengapa, nama itu begitu kuat menggores relung jiwanya. Nama perempuan yang sekian tahun tak berhasil membuatnya rindu, justru kini hadir menawarkan kemanisan dan cinta, di saat segalanya telah usai.Ikrar talak di pengadilan negri beberapa waktu lalu, bukan hanya menegaskan k
Rio merebahkan tubuhnya yang terasa pegal. Seharian ini agenda kegiatannya begitu padat. Ada beberapa dokumen perizinan yang harus secepatnya selesai. Belum lagi, agenda pertemuan susulan dengan pihak Bank. Cukup melelahkan.Setelah berganti dengan baju santai yang terdiri dari kaos putih dan celana berbahan kaos yang nyaman, Rio memilih merebahkan tubuhnya di depan televisi sambil memeriksa beberapa email masuk yang belum sempat dibaca." Mbeb, lelahkah dirimu?" Surti yang selesai memandikan Raffa, putra mereka yang masih bayi mendekat. Meletakkan Raffa dalam gendongan Rio yang segera menciumi kepala mungil jagoannya. Harum shampoo dan minyak telon, membuat Rio tampak sangat menikmatinya. Surti memang piawai mengurus rumah tangga dan anak mereka. Jangankan hanya mengurus Raffa, urusan ngupas kelapa dan manjat betulin genting bocor pun Surti jagonya. Jangan tanya asisten rumah tangga, bukan karena tidak sanggup menggaji, melainkan gak ada yang betah. Surti
Kalah dan patah hati adalah dua hal yang tidak pernah hadir dalam hidup Elda selama ini. Tapi semua itu kini nyata adanya. Sebulan sejak dia bertemu Surti yang memberinya foto Andrian pria yang diam- diam telah mencuri hatinya bertunangan dengan Erika, Elda dan keluarganya mendapat undangan pernikahan Erika dan hari ini, Elda hadir sebagai tamu undangan.Elda mencelos. Sia- sia Elda menaruh hati dengan Andrian, pengusaha muda tampan itu ternyata memilih Erika yang penampilan nya sudah seperti astronot mau ke bulan. Tidak seperti para seniornya yang mendekam di balik jeruji besi, Erika berubah menjadi lebih santun dan religius. Gadis angkuh dan pemuja pesta itu berproses menjadi gadis yang lebih baik. Erika berhijrah tanpa paksaan, dengan sepenuh hati dia memulai segalanya dari awal untuk berubah. Dengan tekun dan sungguh- sungguh Erika belajar mengaji dan memperdalam ilmu agama. Allah kini membalas kesungguhan Erikaa dengan menjodohkannya dengan seo
Karma Si Gadis AngkuhElda menendang daun kering di depannya. Terik matahari dan angin kemarau yang kering membuat kerongkongannya terasa panas dan terbakar.Gadis itu tidak menduga, buntut kedatangan Athira ke rumahnya tempo hari adalah kemurkaan Shaka yang membuat semua fasilitas yang selama ini dia nikmati dengan sangat melimpah dicabut tiba- tiba.Bayangkan, mulai mobil, ATM dan kartu kredit, semuanya di ambil oleh kakak satu- satunya itu. Shaka juga memangkas uang sakunya tinggal separuh saja.Dasar sial. Bagaimana mungkin kakaknya begitu murka sehingga rela melihat dirinya ibarat gembel yang harus mengirit uang saku dan rela jajan di kantin murahan, juga makan siang hanya di warteg mahasiswa yang terkenal murah dan desak- desakan.Seperti hari ini, Elda harus pergi naik angkot dengan uang saku pas- pasan, alih- alih Shaka merasa kasihan saat dirinya mengeluh, malah disuruh membawa bekal nasi dari rumah dan kalau perlu jalan kali. Ja
Wajah Shaka tampak terkejut."Siapa? Athira, Mbok?" Suara Shaka hampir hilang di kerongkongan. Perasaannya bercampur menjadi satu. Ada bahagia, resah juga cemas, dan perasaan lain yang entah bagaimana harus melukiskan nya."Betul, Non Athira dan Neng Cira, Mas." Bi Narti menjawab pasti. Ada getar rindu dalam nada suara perempuan paruh baya itu. Bagi Bi Narti, selain baik, Athira adalah majikan penyayang dan pengertian. Jauh berbeda dengan Nyonya sepuh dan Elda putrinya yang cerewet, kasar dan sombong. Sejak Athira pergi, otomatis yang berkuasa di rumah ini adalah Nyonya sepuh. Belum satu pekerjaan beres, sudah menyuruh ini itu, belum sifat pelitnya bikin Bi Narti pingin berhenti kerja. Beruntung ada Tuan muda Shaka yang masih sangat baik terhadap dirinya."Suruh masuk, Bi." Shaka memerintahkan. Mama hanya diam, ada raut gelisah di mata tuanya yang masih indah. Mama cantik luar biasa, sayang sifatnya tidak secantik wajahnya."Baik, Mas. A
Tiga hari sudah. Semenjak Mama meminta Athira datang membawa Cira bertemu papanya. Angin malam berhembus lirih. Sinar lampu kristal di ruang tengah memantul lbut sinarnya menyelinap di celah pintu kamar Shaka yang sedikit redup.Entah kali keberapa Shaka mengurut pelipisnya yang terasa pening. Badannya sepertinya memang sedang tidak fit. Selera makannya terbang entah kemana. Seminggu ini beberapa hari dia tidak masuk kantor dan meminta Handi, tangan kanannya, untuk menghendel dulu sebagian tugasnya. Sesekali Shaka memeriksa laporan yang dikirim Handi via email. Shaka yang selama ini begitu ambisius seperti kehilangan banyak semangat.Tak dipungkiri kabar pernikahan Athira dengan Raka beberapa waktu lalu, sangat memukul perasaannya. Alih- alih dia bisa merebut kembali hati Athira dan memulai kembali hidup baru, kini wanita itu malah sudah resmi menjadi istri orang.Mata Shaka terpaku pada deretan anyelir dan anggrek yang berjejer rapi di halaman rumahnya. Bunga-
Athira tampak sedikit terkejut saat menatap wajah mantan Mama mertua nya tanpa polesan make up glamour seperti biasanya.Wajah Mama mertua tanpak layu dan letih, kedua matanya sedikit membengkak, menandakan kalau perempuan paruh baya yang selama ini selalu tampil trendi banyak menangis. Ada luka di netra matanya yang selalu memakai bulu mata palsu, dan lekat dengan tatapan jumawa yang mengintimidasi.Athira sedikit salah tingkah melirik ke arah Raka meminta persetujuan untuk menjawab panggilan video call mantan mertuanya. Atira takut Raka merasa tidak enak hati karena di hari pertama mereka sah menjadi suami istri, mantan Mama mertua tiba-tiba saja hadir mengusik kebersamaan mereka yang baru saja dimulai.Raka yang duduk di samping Athira mengangguk kecil, menandakan setuju dan memberi izin. Perlahan Athira bangkit, dia ingin menerima panggilan mantan mertuanya tidak di meja makan, takut kalau perempuan angkuh itu membuat huru- hara dan menghinanya. Athira
Wajah lembut Athira tampak cantik dalam balutan baju tidur warna Salem yang tampak lembut dan serasi dengan kulitnya yang kuning Langsat. Malu- malu saat sosok kukuh di hadapannya mendekat dan perlahan duduk di sisinya. Ini adalah malam pertama mereka sah menjadi suami istri. Tanpa pacaran dan tanpa persiapan yang ribet dan menguras energi, setelah saling menyadari kalau masing- masing adalah jiwa yang dulu hadir dalam doa, Raka dengan mantap meminang Athira. Tidak seperti Meri yang ribet dan berselera wah, Athira betul- betul sosok wanita yang bersahaja, lembut dan pengertian. Tak ada yang rumit buat wanita itu, bukan semata menyadari statusnya yang sudah janda, tapi Athira merasa tak harus membuat ribet jika segalanya bisa dibuat mudah. Terpenting bagi mereka adalah restu semua fihak dan bisa segera menjadi pasangan yang halal agar bisa saling menguatkan dan menyempurnakan.
Athira meremas jemarinya yang mendadak dingin. Apalagi saat Raka kembali menghela napas. Sepertinya pria itu ingin mengucapkan hal serius. Berkali tangan kukuhnya mengusap wajah."Mas, mau bicara apa? Bicaralah," ucap Athira berusaha memecah kekakuan yang tiba- tiba saja hadir di antara mereka. Apalagi kini mereka hanya berdua dan hanya ditemani Cira yang kembali berlari- lari mengejar kucing kecil milik Ziddan yang kebetulan main ke halaman.Raka terlihat canggung. Sungguh sulit mengatakan sesuatu yang dia simpan sendirian selama ini. Jangankan Athira bahkan Ibu dan saudara-saudaranya tidak tahu kalau....Kalau Athira lah sesungguhnya cinta pertamanya.Dulu Raka pikir setelah Athira menikah dengan Shaka, takdir tidak akan mempertemukannya kembali, apalagi setelah dia juga memutuskan untuk menikah dengan Meri. Tertutup sudah rasa untuk perempuan yang lain sendiri di keluarganya.Athira yang lembut, yang tidak banyak tingkah dan cenderung pemalu
Apa yang lebih indah dari rasa bebas dan merdeka? Adakah yang lebih berharga dari perasaan bahagia? Athira tersenyum saat menutup panggilan telepon dari Haifa. Wanita itu selalu gembira jika Haifa menghubunginya meski hanya untuk menanyakan kabar, meskipun kadang dirinya sedang repot seperti hari ini.Athira baru saja keluar dari pasar tradisional saat Haifa menghubunginya. Senang sekali ada seseorang yang bisa diajak berbagi dan bertukar cerita. Setelah sekian lama Shaka pergi dari hidupnya, Athira benar-benar menikmati hidup barunya.Tak ada lagi pandangan sinis Ibu mertua, suami dingin dan angkuh pun deretan kisah kelam selama bertahun-tahun menjalani mahligai pernikahannya dengan Shaka. Athira merasa terlahir kembali.Memilih melepaskan lebih baik dari pada bertahan dalam bara yang membakar. Hidup sendiri lebih membahagiakan dari pada berumah tangga berkubang duka. Athira tersenyum. Membetulkan hijabnya yang terasa gerah, be