“ Sial, mimpi yang membingungkan” ucapku pelan. Aku duduk disebuah bangku di dapur dan meneguk segelas air. “ Ini terlalu pagi, kau sudah bangun saja” ucap Liliana berjalan melintasiku, dia mengenakan sebuah tanktop putih degan celana pendek ketat diatas lutut bewarna hitam dengan rambut terkucir. Aku hanya menatap kosong kepadanya, pikiranku masih kacau saat itu. Setelah mendapat mimpi liar seperti tadi, diriku masih merasakan gairah yang menggebu-gebu. Kini, ditambah lagi, aku menyaksikan Liliana dengan pakaian mini seperti itu. Aku mencoba mengalihkan pandanganku darinya, karena aku takut hal buruk akan menghasutku, bentuk tubuh Liliana sangat menawan, kulit tubuhnya juga oriental seperti orang-orang asia bagian tenggara.
“ Ya, aku hanya tersentak bangun dari mimpi”. Jawabku lirih.
“Ini adalah posisi tidak bagus” pikirku begitu. Aku bangkit dari tempat duduk, lalu meletakkan gelas disebelah tempat minum. Kemudian, aku kembali kekamarku. Liliana mencuci
Saat ini, kami telah berada didalam perpustakaan, terlihat ada sekitar tiga orang berada dilantai satu dan kami secara sembunyi-sembunyi berusaha menyelinap kelantai dua, kami mencari buku Gresognian, namun kami tak menemukannya di semua rak di lantai dua. Lalu, kami menyelinap kelantai tiga yang disana ada dua orang penjaga, kami keliling sembari bersembunyi dan tidak menemukan Gresognian juga. “ Apa kau tahu bentuk bukunya” ucap Liliana padaku. “ Tentu, sebelumnya paman Jhonny telah mendeskripsikannya dengan sangat jelas.” Lugasku. Aku berfikir dan berkata kepada Liliana, bahwa buku itu pasti telah diletakkan ditempat rahasia diperpustakaan. Karena, Setahuku buku itu termasuk aset dunia yang dilindungi. Kami memutuskan untuk menyelinap lagi besok dan akan mundur untuk saat ini. Saat kami berjalan ingin menuju kearah pintu belakang perpustakaan, kami melihat ada sedikit celah terbuka disebuah ruangan yang sepertinya tidak memperbolehkan
Setelah aku mencatat jurnal mimpiku, Juna mengklakson mini trucknya tiga kali, aku bergegas menuju mobil miliknya dan membuka pintunya, lalu menaikinya. Di dalam mobil, dia mengatakan, bahwa kami akan menebang pohon di perbatasan Lostcity, tempat dimana bangunan tua itu berdiri. “ Juna, apa kau tahu Vrand Marsum” tanyaku pada Juna yang mengendarai kendaraannya. “ Vrand marsum, apa dia muncul dari mimpimu? Setahuku dia adalah aktivis kota Lostcity dimasa lalu, dia adalah salah satu orang yang ikut menentang keras uji coba laboratorium Immanuel, bahkan dikatakan, bahwa dia adalah penggerak massa, pada saat itu. Aku tidak terlalu ingat, tapi rumor beredar bahwa pengawal Immanuel menyergapnya dan menjadikannya uji coba laboratorium. Naasnya Vrand mati, dan mayatnya ditemukan dipinggir hutan Wolgard. Itu adalah ulah Immanuel, namun media terlalu mudah untuk disuap, pada akhirnya, mereka pun menghentikan kasus Vrand Marsum” jelas Juna memberitahukan kepadaku. Aku hanya ter
“ Liliana!” ucap seseorang. Bintang memenuhi malam, aku berjalan di pinggir danau, menatap pantulan bulan rembulan yang menunjukkan senyum manisnya. Hingga, aku mendengar seseorang menyebutkan nama Liliana. “ Siapa itu?” ucapku dalam benak. Setelah mendengar suara orang tersebut, aku mulai mendekati asal suaranya. Aku berjalan perlahan sampai aku menemukan sebuah bangku yang tidak jauh dari mereka, dan mulai duduk, bangku itu tidak terlalu jauh dari pria tersebut. Pria itu memakai baju merah panjang, berambut hitam. Namun, wajahnya mengarah kearah seseorang wanita yang duduk disebelahnya, sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya. Aku mulai mencuri-curi percakapan mereka ketika aku mengetaui bahwa wanita tersebut adalah Liliana, meski, menguping bukanlah hal yang baik. “ Aku tidak tahu kalau ikan di danau ini sebesar itu.” ucap pria itu menunjuk kearah tengah danau. Mereka tidak menyadari keberadaanku, yang secara zahir duduk di salah sat
Aku masih dalam keadaan memalingkan wajah dari mereka, aku menatap ke arah ramainya pepohonan yang tinggi menjulang di balik malam, aku tidak menyangka bahwa bakal seperti ini jadinya. Sebelumnya, aku pernah membaca buku biografi tentang keluarga-keluarga yang terkena dampak akibat ledakan laboratorium itu sebelumnya, aku mengingat sedikit, bahwa ada salah satu dari marga yang tidak bisa hidup didaratan lebih dari satu jam, kalau tidak salah mereka adalah marga ‘Merrow’ . Namun, aku menyangka bahwa marga itu adalah sekelompok duyung yang hidup di dalam air. Malam itu, menambah satu pengetahuanku tentang para Gresmonian, “ Kenshin, kita kembali kerumah” ucap Liliana dari belakangku sembari menepuk pundak kananku, tepukan itu terasa berat. Aku membalikkan badanku dan mengarah ke arah Liliana, “ Dia?” ucapku lirih menunjuk makhluk itu. “ Kenapa? Dia akan ikut dengan kita” jawab Liliana, “ Sebenarnya karena terpaksa, kalau bukan karenamu,
Aku menatap keluar jendela mobil, sepanjang jalan aku hanya menemukan pepohonan tinggi yang menghimpit jalan raya. Baru saja, tadi sore aku kelelahan dari hutan dan dikejutkan oleh suku Tarmus, sekarang aku dikejutkan lagi dengan perjalanan jauh menuju pelabuhan, aku tak bisa membayangkan, bagaimana bentuk tempat tinggal Tyrian dan keluarganya. “ Ah, Tyrian. Aku baru ingat, bukankah kau hanya bisa diluar air hanya sejam.” Tanyaku pada Tyrian. Tyrian mengalihkan pandangannya dari luar jendela mobil, dia menatapku lalu tersenyum, “ Siapa yag memberimu kabar seperti itu? Jelas sekali itu berita bohong” beritahunya padaku, “ Haha, kau benar-benar membaca bukuku” sambung Paman Jhonny dari depan. Paman Jhonny menjelaskan, saat dia menulis informasi tentang Merrow, dia hanya menuliskan sejam, karena saat dia menuliskannya, dia hanya mengetahui bahwa Merrow cuma bisa diluar perairan selama sejam, dan saat Paman Jhonny mengetahui, kalau
01.15, pukul menunjukkan larut malam. Kami telah tiba di pelabuhan Lostcity, Paman Jhonny memasuki sebuah perkarangan villa di tepi pantai yang tampak seperti taman yang indah. Villa itu sangat besar, dengan dominan bewarna biru. Mobil Paman Jhonny berhenti, tepat didepan villa tersebut. Tyrian turun dari mobil, villa itu adalah villa milik keluarga Merrow dan itu adalah tempat tinggal Tyrian, aku pernah mendengar dari orang-orang bahwa pelabuhan sepenuhnya diatur oleh keluarga Merrow. “ Apa kalian tidak berkunjung, ini sudah sangat malam” ucap Tyrian yang turun dari mobil Paman Jhonny, Liliana menurunkan kaca mobilnya, dia tersenyum kepada Tyrian, tidak lama kemudian, seorang pemuda muncul dari balik pintu villa. Tatapannya begitu tegang, saat dia melihat kearah Liliana, “ Lilian, kalian masih hidup” ucapnya yang tidak terlihat yakin. Tyrian melirik kearah ucapan tersebut, “ Deandro, kau belum istirahat. Ya, mereka telah muncul setelah tenggela
Aku terbangun dari pingsan, aku telah duduk disebuah sofa diruang tamu mereka, “ Ini..” ucapku lirih merasa aneh, Disana tampak mereka sedang duduk tenang, Paman Jhonny masih berbicara pada Reinhard. Dan, Liliana berjalan menuju kesini, dari arah dapur. “ Ah, I-ini. Mimpi atau aku keluar dari mimpi” dalam benakku. Aku bertanya pada Tyrian, apakah aku sedang bermimpi atau tidak, kemudian dia menamparku dengan senyumannya. Ini kedua kalinya dia menamparku. “ Ini nyata” jawabku senang, aku tertawa dan memecah keseriusan mereka. “ Kau kenapa?” tanya Liliana. Aku hanya diam dibarengi dengan senyuman. “ Semua, tolong dengar aku!” ucapku didepan mereka semua tanpa berfikir panjang, padahal sebelumnya Paman Jhonny harus berbohong demi identitasku. Namun, jika aku masih diam, mungkin Liliana akan mati, meskipun mimpi itu tidak dipastikan kebenarannya, akan tetapi dari pengalamanku, ini mimpi akan menjadi kenyataan. Merek
Aku terbangun dari tidurku, badanku masih terlihat lemas, aku membuka ponselku dan melihat jam yang tertera, ‘Huft.’ suara helaan nafasku. “ Jam 10 pagi” ucapku lirih melihat kelayar ponselku, Aku melirik kearah air laut yang berada dikamarku, ingin rasaku aku menceburkan diriku kesana, air laut itu seperti memanggilku dan ingin bermesraan denganku, namun keinginan itu terhalang oleh pakaian dan handuk yang tidak aku miliki. Diatas tempat tidur itu, aku mulai menatap kesekeliling ruangan, fokusku tertuju pada sebuah lemari yang berdiri disudut dekat pintu, aku berfikir kalau ruangan ini untuk seorang tamu, berarti seluruh isinya adalah untuk tamu. Aku berjalan mendekati lemari tersebut dam membukanya, aku mulai tersenyum jahat ketika melihat beberapa lipatan pakaian pria dan handuk didalam itu. Aku menanggalkan pakaian dan hanya menyisahkan celana pendek, ‘Cbuarrr’ suara jasadku yang loncat kedalam air.
Elenorie adalah salah satu marga dari segelintir marga yang ada di kota Gresmory di masa lalu, setelah kejadian ledakan itu, mereka hanya beberapa kali terlihat dan kemudian hilang berabad-abad hingga muncul saat ini. Yang jelas, mereka berpihak pada Who dengan alasan yang tak bisa dipahami. Ombak ganas beberapa kali menghantam kapal mereka, keadaan diatas semakin tidak stabil. Namun Reinhard terlihat santai mendengar penjelasan dari Hernandez. Hernandez menceritakan bahwasanya dia tidak pernah tahu menahu tentang kejadian-kejadian yang terjadi didaratan karena selama ini mereka hampir tak pernah berada ditanah Gresmory. Selama berabad-abad menghilang mereka hanya terus-terusan mencari daratan baru dan melakukan ekspedisi ke negara-negara lain untuk melakukan sejumlah bisnis kapal, hal itu dapat mereka lakukan karena William atau suami Clara, yang memberikan izin kepada mereka dengan mengatasna
Swooosh Ia melangkahkan kakinya mendekati reruntuhan itu, sembari melindungi pandangannya dengan lengan kanannya, angin kala itu cukup kuat hingga mulai menerbangkan dahan – dahan besar pepohonan bahkan beberapa puing reruntuhan. Dengan kekuatan lengannya, Paman Jhonny mencoba mengangkat beberapa puing hingga ia menemukan seorang pria yang tertindih reruntuhan bangunan. Dia menarik seseorang itu dan membawanya ke mobil, Bruakk Suara tubuh yang jatuh di bangku depan mobil, “ Dia masih berdetak, tapi sangat lemah” ucap Dawan sembari mengecek detak jantungnya. Tak lama kemudian, sesosok makhluk mengetuk kaca mobil. Makhluk itu adalah salah seorang Tarmus. Ia hanya penasaran dengan mobil yang masih bisa terparkir rapi disana sehingga ia mencoba memastikan keberadaan orang didalamnya. Kesempatan itu tidak disia-siakan Paman Jhonny dan anak-anaknya. Mereka
Semua hanyalah kehampaan sejauh mataku memandang, tidak ada solusi, tidak ada keyakinan, tidak ada keberanian, semua hanyalah bayang-bayang yang menyelimuti dan pula aku benar-benar dalam kebingungan saat ini. Aku bangkit dari kursi dan menatap keluar jendela rumah, langit hitam kemerahan menyelimuti atap Lostcity dan beberapa kota disekitarnya termasuk Tarling dan Brimhall. Bahkan aku bisa mendengar suara angin yang memaksa dirinya untuk masuk kedalam rumah yang aku injak sekarang ini melalui jendela yang aku menatap jauh keluarnya. Kraack Perlahan kaca-kaca jendela mulai retak secara pasti dan menyebar, Ctasss Hingga para angin akhirnya pun berhasil masuk kedalam rumah, untungnya aku cepat menghindari serpihan kaca yang pecah, sehingga aku masih dalam keadaan tak tergores sedikitpun. Gusar masih mengelilingi wajahku, tak ada sedikitpun
Setidaknya begitulah imajinasiku saat berada dihadapan Laire kali ini, tapi siapa aku, berani-berani berfikiran hal aneh seperti itu. Laire hanya menatapku kemudian memanggilku,“ Selamat datang kembali anakku!” sapanya kepadaku.Dia menatap sedikit kearahku, lalu dia mengucapkan beberapa kalimat kekami semua, kalimat yang menandakan bahwasanya perang akan dimulai.“ Berhati-hatilah dengan badai darah. Atmosphere kali ini jauh lebih brutal dari yang aku dengar. Bukankah begitu Landers?” beritahu Laire kepada semuanya dan mencari fakta penguatnya dari ku. Aku mengangguk dan seluruh kepala keluarga keluar dari ruangan tersebut. Mereka mengepalai keluarga masing-masing dan mengambil posisi. Ada satu hal yang membuatku takjub, mereka yang tak memiliki evolusi penuh akan memakai topeng untuk menyamarkan identitasnya.Laire menyaksikan para tetua keluarga yang sedang bersiap dan mulai menuju pusat kota, begitupun keluarga G
Maaf untuk semua, karena sudah sangat lama tidak update. Saya benar-benar minta maaf untuk para pembaca sekali lagi. Tapi, sebisa mungkin saya akan update cerita ini secepatnya. Dan juga saya telah merevisi cerita ini dari awal. karena saya rasa sangat banyak penulisan dannkarakter huruf yang bersalahan termasuk tanda bacanya. Jadi saya sangat berharap untuk kritik dan sarannya dikemudian hari. sekali lagi saya hanturkan permintaan maaf saya yang sebesar-besarnya untuk para pembaca cerita saya ini. Jujur saya sangat senang dengan reaksi dan respon para pembaca. Demikianlah kata-kata yang dapat saya sampaikan. Terima kasih banyak semua nya. Tetap semangat untuk kita semua. **
Tidak ada yang mencurigakan bagi Aeri, Rakisha, Arin bahkan Lidya dan ibu setelah beberapa menit aku dan Bashra meninggalkan rumah, mereka terlihat tampak asyik dengan selimut tebal yang menemani mereka di hari yang berangin dingin ini. Perlahan, Arin mulai merasakan keberadaanku yang semakin surut melalui indra penciumannya yang lumayan tajam, dia juga merasakan keberadaan Bashra yang ikut surut secara bersamaan. Sebagai seorang wanita plegmatis, Arin tidak ingin menimbulkan rasa cemas kepada ibuku dan mencoba memberitahukan hal itu kepada Rakhisa, dengan alasan bahwa dia ingin melihat keluar sebentar bersama Rakhisa. Aeri juga merasakan hal yang sama dan ikut menyusul mereka. Hari ini adalah puncak dari bencana, setidaknya begitulah menurutku. Setelah Arin dan kedua temannya berbincang. Rakhisa mencoba mencari kami dengan penglihatan yang sangat tajam miliknya untuk memantau dan mencariku dengan Bashra. Kali ini barulah timbul kecurigaan pada hati mereka.
Xanna adalah seorang pria dimasa lalu, sebelumnya aku mengira Xanna adalah seorang wanita karena dari namanya dia terlihat seperti sosok wanita. Namun, setelah Rakhisa menjelaskan tentang garis keturunan Landers barulah aku sadar bahwa Xanna adalah pria dan dia adalah kakek buyutku. Tidak ada pilihan bagi mereka selain mrmpercayai ucapanku, meski kabar kematianku telah menyebar. Aku menjelaskan kepada mereka bahwa aku berhasil melarikan diri dari cengkraman Clara dan bersembunyi selama seminggu tetakhir ini. Mendengar penjelasanku yang mendetail mereka semakin yakin. Tuan Adian Derborra mengambil ponsel miliknya dan menghubungi seseorang, “ Laire, berhati-hatilah disana dan jangan gegabah. Seseorang mendatangi markas kami dan mengaku sebagai Landers, dia menjelaskan bahwa badai itu bukan badai biasa!” begitu ucap Adian. Dia bahkan tidak berbasa-basi dalam panggilannya, kemudian dia hanya menjawab seluruh pertanyaan dari wanita yang dia telpon.
Awan mulai tergiring angin menuju Lostcity, seakan-akan mereka sedang mengadai pertemuan besar disana. Langit sore yang memerah kini mulai berdampingan dengan gelapnya awan. Aku masih tidak tahu apa yang akan terjadi di Lostcity, namun setelah melihat jauh kearah awan gelap yang menuju ke Lostcity, aku bisa memprediksi bahwa badai yang akan terjadi sangatlah besar. Pastinya kota-kota disekitarnya juga akan terkena dampak badai tersebut, meskipun tidak akan menimbulkan kerusakan yang terlalu besar dari titik badai. Hati menjadi kalut dan dibayangi akan orang-orang yang ku kenal disana. Aku jadi teringat dengan Meelan, Kyo, Rinski dan lainnya, tapi jika itu Liliana dan para Gresmonian, aku tidak terlalu mengkhawatirkan mereka sebab mereka bahkan bisa selamat dari tembakan peluru. Dari tadi aku merasakan seperti ada sesosok yang mengikuti aku dan Bashra, beberapa kali aku melirik kearah sekeliling, akan tetapi aku tidak menemukan siapapun disana, bahkan suara kak
Aku yakin sekali bahwa itu bukan hanya sekedar badai biasa, angin merah yang bertiup kencang dan menusuk setiap senti permukaan kulitku, tak bisa aku lupakan. “ Aku tidak yakin tapi gumpalan awan yang terlihat dimimpiku seperti perpaduan antara darah dengan langit malam. Dia hitam kemerah-merahan, angin itu juga membawa air yang dengan kecepatannya mampu menghasilkan rasa sakit ketika terkena kulit. Aku melihat disebuah banner yang terbang, dia tertulis sebuah alamat dan lokasinya di Lostcity.” Aku tersadar berkat sebuah banner, aku tersadar bahwa dimasa lalu banner tidak terlihat semodern didalam mimpiku, entahpun tidak ada. “ Aku sangat khawatir tentangmu, tapi setelah melihatmu datang hari ini, khawatirku telah hilang.” Jelas Lidya, dia sedikit menundukkan wajahnya. Apa yang dia jelaskan telah membuktikan bahwa dia memiliki mimpi yang sama denganku, dan itu menjadikanku yakin bahwa mimpiku bukanlah dari masa lalu, melainkan pertanda bencana