Pasukan dari Singosari sudah sampai di wilayah pegunungan Batu ketika bertemu dengan pasukan yang berangkat dari Kraton Mojosongo. Pasukan Singosari yang jumlahnya lebih banyak dari prajurit Mojosongo tentu besar kepala pasti dengan mudah menakhlukkan kerajaan kecil itu. Tetapi Mojosongo kini bukan lagi kerajaan kecil yang lemah dan kalah. Pendekar Gendir Bumi yang masuk ke dalam Kraton itu telah menguasai hampir seluruh kekuatan tentaranya.
Bagaspati yang memimpin penyerbuan ke wilayah Utara menghentikan langkah kudanya ketika melihat pasukan berkuda yang dihadapinya. "Serbuuuuu!!" Pertarungan itupun pecah ketika prajurit Singosari sudah sampai di perbatasan. Ratusan prajurit Singosari tidak mudah mengalahkan pasukan Mojosongo yang ternyata terdiri dari pendekar yang kebal senjata. Yang menggelisahkan Bagaspati ketika pasukannya berjatuhan terkena serangan dari pasukan Mojosongo. Sosok pendekar dengan tubuh gempal setinggi 3 mBagaspati yang berlari menghindar dari kejaran musuh yang terus membantai pasukan Singosari akhirnya memeluk tubuh Wiro Sabrang yang berdiri tegap memandang ke arah sepak terjang pasukan Gendir Bumi. "Wiro.. tolonglah Wiro" "Hiiiiaaaattt!!" Sebuah tendangan kaki pasukan Gendir Bumi menyodok punggung Bagaspati hingga maha Patih itu terjerembab. Sedang Wiro Sabrang membiarkan Bagaspati menikmati kesakitan tubuhnya dihajar pasukan Gendir Bumi. Wiro Sabrang mendorong kedua telapak tangannya menyalurkan pukulan tenaga dalam ke arah iblis Gendir Bumi yang berani mengusik posisinya. Iblis Gendir Bumi itu jumlahnya lebih dari sepuluh dengan kekuatan yang sangat dahsyat. Tapi ketika mendapat serangan angin panas dari Wiro Sabrang, mereka terpental hingga melayang ke angkasa. "Hiiiiaaaahhhh!!" "Aaaaaccchhh.'" Bagaspati yang sangat sulit untuk bangun karena punggungnya terasa seperti remuk oleh tendangan dari pasukan Gendir Bumi memohon Wiro Sabrang
Singosari benar- benar kembali kisruh tak ada seorangpun prajurit yang tersisa dari peperangan di gunung Batu. Sedang Kertajaya dan Sentanu tak kuasa menahan serangan iblis Gendir Bumi dan pasukannya menyerang ke dalam istana. Hanya pengawal yang berjaga di sekitar Beteng itupun berlarian menyelamatkan diri dari serangan musuh. "Bagaimana ini bipo Sentanu?" Kalau sedang terdesak dan berada dalam persembunyian, Kertajaya memohon- mohon kepada Sengkuni. "Wiro Sabrang segera datang Gusti" Terdengar suara petir menyambar langit menggelegar ketika Wiro Sabrang datang. Suar angin kencang yang menderu sangat dahsyat pertanda ada jin setan yang datang. Wiro Sudah memburu ketika Gendir Bumi yang sudah binasa itu kembali hidup menyerang Singosari. Tinggal Bagaspati yang nerapat dipunggung Wiro Sabrang karena ketakutan melihat gerakan Gendir Bumi yang sangat cepat dan dahsyat. Sudah ratusan prajurit Singosari yang tumbng dan bersera
"Apakah Gusti ingin Singosari diduduki raja iblis Gendir Bumi seperti Banaspati yang telah membuat sengsara seluruh rakyat,?" tanya Sentanu. "Itu tidak mungkin Bopo. Sekarang ada Wiro Sabrang putraku." Wiro Sabrang telah berhasil mengusir seluruh pasukan Gendir Bumi. Tapi lebih dari separoh prajurit dari Singosari mati dalam peperangan melawan pasukan dari kerajaan Mojo Songo. "Bagaspati.. bagaimana dengan pasukan yang kau bawa? Kemana mereka pergi? Kenapa kau biarkan bala tentara Singosari gugur dalam pertempuran, sedang kamu selamat?" "Ampuun Gusti, hamba sebenarnya juga sudah hampir mati kalau tidak ditolong Wiro Sabrang." "Semua sudah digariskan penguasa kehidupan alam semesta. Seperti burung gagak yang tiba -tiba terbang dari Utara ke langit selatan" kata Sentanu mengingatkan peristiwa sebelum mendengar berita duka ini" "Ohh..Seluruh kekuatan Singosari telah lenyap. Tolong aku Bopo Sen
"Maesa Danu" Gumam Wiro Sabrang dalam hati. Laki- laki bertubuh tegap dengan baju rompi terbuat dari kulit sapi dan berpakaian bawah kain batik bersulam sutra menampilkan bahwa ia adalah orang bangsawan dari Monggolia. Logat bahasanya yang campur aduk itu tidak bisa ditangkap oleh prajurit Singosari. Tapi Kebo Marcuet mempersilahkan dengan bahasa isyarat yang sopan sebagai guru sekte putih. "Apa keperluan kisanak mencari aku?" tanya Kebo Marcuet yang mengaku sebagai Kertajaya. "Aku ingin mencoba kesaktian mu sebagai pimpinan perguruan harusnya kamu seorang jago kungfu hebat." "Bolehlah kalau kamu ingin mencoba, kita sama- sama berlatih." Namun baru saja Kebo Marcuet pasang kuda- kuda dan memulai gerakan jurus awal, tiba- tiba Maesa Danu sudah menyerang dengan gerakan sangat cepat. "Hiiiiaaaaattt!!!" "Heit.. heit Heit yaaah" "Glasaaarrr!!" Kebo Marcuet jatuh ke bela
"Wiro Sabrang?" kata Maesa Danu sambil membulatkan mata terkejut mendengar jawaban Wiro Sabrang. Ada makna yang terkait dengan nama Wiro Sabrang dalam darah keluarga. 1000 tahun silam Wiro Sabrang adalah putra dari Suro Sabrang paman dari Maesa Danu yang kala itu diburu kelompok sekte Merah. "Kita bersaudara Wiro. Kalau begitu ijinkan aku bergabung denganmu."kata Maesa Danu sambil memeluk Wiro. "Baiklah kalau engkau ingin bergabung denganku. Kebetulan kerajaan Singosari butuh pengawal baru dan banyak tamtama." "Senang sekali mendengar katamu." "Bukankah engkau berasal dari Tibet Maesa?" "Iya. Orang tua kita berasal dari Tibet, tapi engkau yang lebih lama tinggal di tanah ini" Wiro mengingat- ingat masa silam ketika ia masih bersama orang tua dan rombongan sekte putih. Bisa jadi Maeda Danu masih keturunan dari kakeknya terlihat dari gerakan silatnya yang banyak berasal dari keluarga Sekte P
Istana Lemah Putih adalah peninggalan raja Maeso Seto 500 tahun yang lalu yang telah mati dibunuh oleh istrinya sendiri yaitu Putri pedang masyur Muninggar. Muninggar adalah pendekar wanita yang Masyur dengan julukan Putri Pedang karena ia sangat mahir mamainkan jurus pedang sehingga tidak terkalahkan. Namun nasibnya tidak sehebat namanya. Muninggar yang sangat mencintai suaminya yang bernama Maeso Seto yang dikenal sebagai Dewa Mabok dalam dunia persilatan karena setiap jurus silatnya diiringi dengan minum tuak dan mabok yang membuat tubuhnya makin kuat dan sakti. Maeso Seto yang tampan itu adalah putra raja di gunung Timur yang suka berkelana ke seluruh jagad untuk mencari ilmu bela diri. Setelah bertemu dengan Muninggar yang awalnya adalah putri raja Mongolia Kaisar Xien yang menyerbu istana Lemah Putih. Tetapi Muninggar yang ratu Pedang itu jatuh cinta kepada Maeso Seto dan tak kuasa untuk membunuhnya. Akhirnya Maeso Seto malah menikahi Putri Pedang itu. Dalam pern
Istana Lemah Putih tampak sangat angker dilihat dari depan. Wiro Sabrang yang sudah berdiri diatas benteng setinggi 10 meter itu mengawasi pepohonan liar yang menyelimuti bagian atas istana Lemah Putih. Sedang Maeso Danu memperhatikan bagian depan istana yang seharusnya alun- alun yang luas itu tidak tampak selain sebuah hutan kecil yang liar dan menyeramkan "Kita lewat jalan dibawah ini Wiro." kata Maeso Danu menunjuk ke bawah dimana ada jalan berbatu menuju pintu gerbang yang terlindung oleh ranting pohon liar di kiri dan kanan nya. Wiro dan Maeso Danu melompat turun dari pagar tembok Beteng setinggi 10 meter itu. "Jlegg!!" "Ggggeerrrrrkkkkrrr!!" Tiba - tiba mereka mendengar suara binatang buas seperti harimau yang menggeram dari dalam pintu gerbang yang sangat gelap itu. Wiro Sabrang tidak takut bila yang keluar dari dalam istana cuma seekor harimau. Karena itu ia langsung melangkah santai menuju pintu gerbang yang terbuka
"Ya, aku Muninggar. Tuan- tuan ini siapa?" tanya pendekar wanita yang sangat cantik itu.Seumur hidup baru kali ini Wiro Sabrang bertemu dengan wanita yang berparas cantik dan berilmu tinggi. Entah apa yang terjadi pada dirinya hingga merasa gugup ketika memandang Muninggar yang terlihat masih muda dan menggairahkan. Mungkin karena Wiro Sabrang masih bujangan, atau karena daya tarik yang luar biasa dari wajah pendekar pedang itu. "Namaku Wiro Sabrang" "Aku Maeso Danu" Maeso Danu juga merasa panik karena baru pertama kali ini dikalahkan oleh seorang pendekar wanita. Walau baru dicolok pedang ikat kepalanya. Tapi itu pertanda ilmu pedang lawan lebih tinggi dari Maeso Danu. "Hmm, lantas apa tujuan tuan Wiro Sabrang dan tuan Maeso Danu masukbke dalam istanaku?" Wiro Sabrang makin gugup ketika mendengar pertanyaan dari Muninggar sambil tersenyum manis. Wiro seperti terbayang saat istana itu masih hidup ratusan
Para serdadu yang mengawal Kumbang Merah sudah diusir oleh pendekar pelindung Bukit Barisan hingga menyisakan Kumbang Merah yang akhirnya menurut nasehat saudara kembarnya. Singaraja yang sudah sangat dikenal masyarakat Andalas dan suku dalam memberi nasehat kepada Kumbang Merah."Kalian semua di pulau Andalas akan diperbudak oleh orang asing itu. Kalian akan diadu domba agar berseteru dan saling bunuh, maka mereka akan mudah menguasai kalian" Tapi Kumbang Merah tetap berpikir negatif karena ia akan ditembak oleh serdadu itu jika melawan. Sedangkan jika tunduk akan untung besar karena ia bisa menekan petani dan memonopoli semua hasil bumi untuk dijual kepada serdadu itu. Hmm baiknya aku menurut saja kepada saudaraku untuk sementara, karena nanti aku akan bunuh dia agar aku bisa menguasai rakyat semenanjung ini.Kata Kumbang Merah dalam hati. Memang Kumbang Emas sangat senang jika saudaranya akhirnya patuh dan ikut aturan dari kerajaan yang sangat ketat me
Singaraja yang ternyata sahabat Wiro Sabrang merangkul dan memeluk pendekar itu sambil berbisik. "Hati- hati kakang, di negeri ini banyak pengkhianat yang gabung dengan serdadu yang licik. Wiro Sabrang sadar jika para penguasa pulau yang kaya raya itu sudah takluk kepada orang asing yang memonopoli hasil bumi di pulau itu. "Betul sekali Dimas Singaraja. Aku juga mencium adanya persekongkolan antara pangeran Kumbang Merah dengan serdadu" Kata Wiro Sabrang. "Sebaiknya kita awasi saja mereka dari jauh, kakang tidak perlu ikut serta di dalam kerajaan menjadi ponggawa." kata Singaraja. Baru saja pendekar itu saling tukar pikiran ditepi tebing Tinggi, beberapa penunggang kuda menghentikan langkah mengepung Wiro Sabrang dan Singaraja. "Tangkap orang itu hidup atau mati!!" teriak seorang penunggang kuda dengan pakaian seorang prajurit kerajaan. Rombongan berkuda itupun langsung menyerbu Wiro Sabrang dan Singaraja dengan liar dan ganas menggunakan pedang dan tombak. Tapi Wiro Sabrang tid
Keberadaan Suro Gendeng dan Wiro Sabrang di istana Bukit Barisan telah dilihat banyak pedagang besar dan tengkulak yang bekerjasama dengan para kompeni. Karena itu mereka mulai ketakutan beroperasi di desa sepanjang pantai barat pulau Karet. Kota pelabuhan Bandar Lampung yang dekat dengan pulau Rakata jadi pusat kegiatan para saudagar dan pelaut dari sebrang laut. Prajurit dari Bukit Barisan sebagian jadi suruhan pedagang besar di pelabuhan untuk mengawasi para petani yang menolak memberikan hasil bumi kepada tengkulak. Suro Gendeng melihat itu hingga ikut turun tangan. "Bukannya kisanak prajurit dari Bukit Barisan?" tanya Suro Gendeng. "Iya kenapa?" "Harusnya kisanak membela kaum petani untuk tidak diperas para tengkulak kompeni" "Siapa yang mengatur aku? Aku berwenang menjaga keselamatan para kompeni, kamu siapa heh?" tanya prajurit itu kepada Suro Gendeng. "Aku prajurit baru dari Bukit Barisan.
Wiro Sabrang dan Suro Gendeng sangat dielu- elukan kedatangannya oleh raja Bukit arisan Pangeran Kumbang Merah dan Kumbang Emas.Istana Bukit Barisan yang sangat besar itu berdiri di antara dua gunung besar di selat Sunda. Pangeran Kumbang Merah dan Kumbang Emas sangat senang kedatangan tamu istimewa yang telah berhasil mengusir para serdadu yang sedang menjajah di wilayah bukit Barisan dan Pulau Rakata Agung."Bukan maksud kami menjebak anda pendekar? Memang sebenarnya kami ini sedang disandera oleh para serdadu bersenapan itu yang berjaga di pantai memeras rakyat kami yang nelayan serta petani rempah2." kata pangeran Kumbang Merah sambil merangkul Suro Gendeng.Pangeran Kumbang Emas dan Kumbang Merah adalah raja kembar yang mempunyai putri cantik 2 orang yaitu Putri Nilam, dan Putri Seruni. Mereka dengan pakaian adat pulau Karet menjamu Suro Gendeng dengan sangat ramah dan khidmat."Ini adalah putri kami, Putri Seruni dan Nilam masih bujangan. A
Kerajaan Salaka Negara makin sepi setelah Raja Anom Wiro Sabrang pindah ke Pajajaran menggantikan tahta Gusti prabu Salokantara. Kini sepeninggal Gusti sepuh Salokantara, Pejajaran yang sangat besar itu berkuasa atas tanah Parahiyangan dan tanah Pasundan sehingga semua raja kecil di dataran tinggi Pasundan bergabung menjadi satu di Pajajaran. Gusti Anom Wiro Sabrang dengan dibantu para pendekar dari bukit Utara seperti Kebo Jenar serta Maheso Gilang, Suro Gendeng menjadi sangat berwibawa karena sangat bijaksana dalam melindungi dan memimpin rakyatnya. "Maaf paman Sentanu, aku harus pergi ke tanah seberang karena ada undangan dari pangeran Kumbang Merah yang menghadapi musuh besar." kata Anom Wiro Sabrang. Tentu saja Sengkuni jadi merasa berat tanpa Gusti Anom Wiro Sabrang yang bertahta di tanah Pasundan. Tetapi Jaka Umbaran yang masih kerabat istana siap menjaga kedaulatan dan keamanan Pejajaran bersama Kebo Kuning dan Kebo Jenar serta Maheso Gilang.
SURO GENDENG tertegun memandang wajah imut Anom yang tersirat bayangan wajah Wiro Sabrang pada tatapan matanya. Tapi Suro Gendeng tetap merasa sangat hormat kepada pendekar muda itu walau usia Anom sangat jauh dibanding Suro Gendeng. "Maafkan aku Raden, namaku Suro Gendeng, ingin berjumpa Gusti Wiro Sabrang, raja dari Kraton Singosari." ucap Suro Gendeng. "Itu ayahku kisanak, tapi beliau telah wafat setahun yang lalu." jawab Anom. "Wafat? Bolehkah aku melihat dimana beliau dimakamkan?" "Oh tentu saja boleh. Tapi aku mau bertanya, bagaimana keadaan Kraton Singosari sekarang?" tanya Anom yang tentu sangat mengejutkan Suro karena ia masih terlalu kecil untuk mengetahui istana Singosari yang telah ditinggalkan Wiro Sabrang. Apalagi ada Sentanu yang juga berasal dari Singosari yang dulu adalah penasehat raja Kertajaya. Begawan Sentanu memang tidak begitu kenal dengan Suro Gendeng karena ia tidak bisa keluar bebas seperti W
Gerombolan bajak laut dari benua Barat ikut serta dalam pasukan pesisir Jayakarta menguasai seluruh kerajaan kecil yang memiliki hasil pertanian rempah- rempah dari Laut Timur hingga sepanjang Laut Selatan. Gerombolan bajak laut itu didukung dengan senapan api yang tidak dimiliki pendekar dari benua selatan. Pasukan tanah Pasundan ketakutan karena mereka tidak miliki kekuatan menghadapi pasukan dari bajak laut yang miliki senjata api. Karena itulah kini mereka bisa diperbudak oleh para bajak laut itu untuk melawan sesama warga Pasundan. Kebo Kuning yang juga mantan bajak laut hanya mampu menahan serangan fisik tetapi tidak memiliki senapan yang mematikan. Anom Wiro Sabrang yang walau masih usia muda telah mewarisi kesaktian dari pendekar legenda tanpa tanding. Pendekar muda itulah yang menjadi andalan Parahiyangan menghadapi serdadu bajak laut. "Dor dor dor..!!" Tembakan yang beruntun menghajar tubuh Anom tidak satupun yang mampu melukai
Zui Shen tidak hanya memiliki ilmu silat dari Benua Utara, yang lebih mengutamakan kekuatan tubuh untuk menjadi dasar kesaktian, akan tetapi juga memiliki ilmu gaib yang diajarkan di tanah Jawa. Ilmu gaib itu lebih sekedar kekuatan raga atau tubuh manusia, akan tetapi juga didasari ilmu sihir yang bisa dilakukan oleh makhluk gaib seperti setan atau lelembut. Karena itulah Kebo Kuning terpukau dan merasa aneh. Bagaimana mungkin jika ia belum menyentuh tubuh lawan sudah terpental seperti tertabrak batu besar. Ada perisai imajiner yang melindungi tubuh Zui Shen. "Sebentar, kisanak, boleh saya tahu, ilmu apa yang kisanak gunakan sehingga saya tidak mampu menyentuh tubuh kisanak?" tanya Kebo Kuning yang sangat heran. "Kamu harus tinggal di tanah Jawa untuk beberapa tahun baru mengerti. Pendekar dari Laut Selatan suka belajar ilmu gaib dengan sering berpuasa. Sangat terbalik dengan pedoman ilmu dari Mongol yang mengutamakan kekuatan raga untuk menjadi sakti.
Kebo Kuning ternyata memang seorang pendekar dari Benua Utara yang sangat mengagumi Wiro Sabrang. Ada lima pendekar langit yang legenda di benua Utara tetapi sekarang hidup di daratan karet Laut Selatan. Salah satunya adalah Wiro Sabrang dengan pusaka Golok Setan yang sangat ampuh. Wiro Sabrang ternyata sangat muda dan tampan saat Kebo Kuning pertama bertemu dan mencoba kesaktiannya. Kebo Kuning tentu tidak tahu jika Anom Wiro Sabrang adalah putra dari almarhum Gusti Wiro Sabrang sepuh. Dan tentu mereka tidak pernah tahu jika pendekar pujaan mereka itu sesungguhnya sudah mati 1000 tahun silam. Tapi mereka sudah terjerat dengan aura Anom yang luar biasa memiliki perbawa tinggi bak seorang pendekar tingkat dewa. "KK as mi mohon maaf kepada para hadirin yang telah berkenan bergabung dengan istana Salaka Negara yang tidak seberapa dibanding dengan istana darimana tuan berasal." sambutan Anom benar- benar membuat para pendekar itu luluh dan sangat hormat