"Ya, aku Muninggar. Tuan- tuan ini siapa?" tanya pendekar wanita yang sangat cantik itu.
Seumur hidup baru kali ini Wiro Sabrang bertemu dengan wanita yang berparas cantik dan berilmu tinggi. Entah apa yang terjadi pada dirinya hingga merasa gugup ketika memandang Muninggar yang terlihat masih muda dan menggairahkan. Mungkin karena Wiro Sabrang masih bujangan, atau karena daya tarik yang luar biasa dari wajah pendekar pedang itu. "Namaku Wiro Sabrang" "Aku Maeso Danu" Maeso Danu juga merasa panik karena baru pertama kali ini dikalahkan oleh seorang pendekar wanita. Walau baru dicolok pedang ikat kepalanya. Tapi itu pertanda ilmu pedang lawan lebih tinggi dari Maeso Danu. "Hmm, lantas apa tujuan tuan Wiro Sabrang dan tuan Maeso Danu masukbke dalam istanaku?" Wiro Sabrang makin gugup ketika mendengar pertanyaan dari Muninggar sambil tersenyum manis. Wiro seperti terbayang saat istana itu masih hidup ratusanWiro Sabrang menoleh kebelakang ketika mendengar panggilan dari Maeso Danu. Astaga, seekor ular naga sebesar pohon pisang berdiri tegak dengan kepala menghadap kebawah dimana Wiro Sabrang sedang menuruni tangga sumur tua. Maeso Danu dengan refleks langsung menyerang ular naga raksasa itu dengan pedangnya. Wiro Sabrang sudah terjun kedalam sumur yang cukup dalam dan gelap. Maeso Danu cukup terdesak ketika ular naga yang bermahkota itu mengibaskan ekornya menebas tubuh Maeso. "Weeeessss?!" "Weeeersss?!" Kibasan ekor naga raksasa itu cukup merepotkan Maeso Damu bergerak hingga ia terpaksa menahan dengan aji Pancasona. "Hiiiiaaaaahhh!?" "Weeeeeessss!!" Maeso Danu terdesak ketika tangannya tersambar ekor Petit ular naga itu hingga terluka memar. Ular naga siluman memang tidak seperti binatang biasa. Ia memiliki aura magis dan kekuatan mistik. Sebaliknya Maeso Danu juga bukan manusi
Gusti Kertajaya sangat bahagia hari ini karena Raden Ayu Gayatri yang baru dinikahinya hamil muda. Gayatri adalah gadis putri dari Adipati Kencaka yang tinggal di daerah Madiun. Taman sari tempat para istri Gusti Kertajaya dan selir berkumpul sedang ngrumpi. Siapa lagi yang dibicarakan kalau bukan Senopati baru yang gagah perkasa Wiro Sabrang yang masih punya keturunan darah Narendra Gusti Kertajaya. Gayatri yang masih berumur 20 tahun itu sebenarnya ingin nikah dengan pangeran Singojati yang lebih muda dan tampan. Tetapi Kertajaya tidak mengijinkan karena Pangeran Singojati masih terlalu muda. Walau begitu Singojati sering menemui Raden ayu Gayatri di taman sari atas ijin wanita itu. Sebenarnya Gayatri hamil karena sering berhubungan intim dengan pangeran Singojati secara sembunyi- sembunyi. Kertajaya sendiri hanya seminggu sekali datang bercinta dengan gadis cantik itu tetapi hanya sekejap karena harus bergantian memberi jatah kepada lima selir lain.
Puluhan prajurit dari Mojosongo tertangkap oleh Bagaspati dan pengawal Surogeni tapi mereka mohon tidak dibunuh hingga dikabulkan dan hanya ditawan. Sedang Lowo Ijo dan Kilimantra yang siluman dedemit tentu tidak semudah itu menangkap mereka. Karena itulah Surogeni menggunakan ilmunya untuk menyedot kedua dedemit itu masuk ke dalam botol. "Ha ha ha.. kau pikir aku ini manusia sepertimu.Aku tidak bisa kau bunuh asal tahu saja" "Baiklah aku juga tudak ingin membunuhmu" "Hiiiiaaaahhhh" Dua dedemit itu kadang lenyap kadang muncul sambil menerkam Surogeni yang mampu menghilang juga. "Wuuuuusss!!" "Heeeeaaaahh." Surogeni kemudian mengangkat botol kaca itu keatas kepala sambil bacakan ajian Jolodemit. "Wuuuuuussstt" Dua dedemit itu seperti melayang diatas awan tetapi ujudnya menjadi kecil yang akhirnya tersedot masuk ke dalam botol yang dipegang oleh Surogen
Gusti Kertajaya sudah berkomunikasi dengan Muninggar melalui mimpi. Karena itulah beliau sangat berbahagia karena Wiro Sabrang telah mencarikan pusaka keagungan dan kewibawaan istana. Namun yang menjadi Gusti Kertajaya Risau adalah jika pusaka Nogososro miliknya memiliki banyak musuh yang akan memburu ke istana Singosari. "Impianku terasa seperti bukan mimpi Bopo Sentanu." " Bagaimana maksud Gusti?" "Putri Muninggar menyimpan dendam kepada orang yang pernah menyakitinya sampai mati. Aku seperti diminta untuk mencarinya." kata Kertajaya. "Gusti Kertajaya bersabar dan tenang dulu, Mungkin maksud Muninggar adalah banyaknya orang-orang yang berburu pusaka Nogososro hingga akan mencari dimanapun berada."kata Sentanu. Tapi tetap saja Kertajaya sangat besar hati karena sudah memiliki pusaka andalan Kraton Singosari. Terlebih pusaka yang dibawa Wiro Sabrang bisa jinak mau ikut bersama Kertajaya. Pusaka
Kejayaan Singosari makin terlihat semenjak Gusti Kertajaya memiliki pusaka Keris Nogososro. Tetapi berita itu telah mengundang banyak lawan yang ingin memperoleh pusaka itu dengan mendatangi istana Singosari untuk bertarung. Seperti Adipati Blambangan Minakjinggo dan Adipati Maespati yang merasa sangat kuat harus bisa merebut keris Nogososro menjadi miliknya. Ridegso dan Guntur Geni, Adipati Maespati sudah datang di depan Beteng Singosari. "Hmm" Kertajaya menarik nafas dalam ketika mendapat berita tersebut. Ada Begawan Sentanu dan tentu Wiro Sabrang walau masih muda tapi bisa berwawasan dewasa. Tidak mudah memecahkan masalah peperangan yang harus dihadapi atau tidak. "Bagaimana Wiro Sabrang, engkau yang lebih tahu masalah strategi peperangan." "Terserah paman Sentanu saja yang bisa meramal apa yang akan terjadi." jawab Wiro Sabrang. Mereka tentu sependapat bila Singosari harus menjaga kedaulatan negara, tetapi juga pertimbangkan kekuatan
Kebo Marcuet tumbang saat disodok kaki pengawal dari Mojosongo. Dalam kondisi demikian Jakasaba langsung menerjang dada pengawal Singosari itu sambil mengayunkan pusaka keris Nogosari ke dada Kebo Marcuet. "Heeeeaaaaahhhh!!" "Heit! Heit!!"Tetapi Surogeni yang melihat dari jarak jauh sudah ada kecurangan dalam pertarungan bergegas melompat menahan serangan Jakasaba. Tentu saja pangeran dari Mojosongo itu terkejut saat tangannya bersentuhan dengan tubuh Surogeni yang menyala seperti bara lava yang dimuntahkan dari gunung berapi. "Kurang ajar!" "Yang kurang ajar tuh kamu. Tahu kalau lawan sedang jatuh dicurangi, kamu malah menerkam dengan keris." kata Surogeni. Pangeran Jakasaba menyipitkan mata memandang wajah Surogeni yang rusak seperti mayat hidup itu dan tubuh yang menyala bagai bara api. Sepertinya ia belum pernah melihat manusia seperti Surogeni. Karena itulah Jakasaba kembali mengerahkan tena
Pasukan Maespati sudah merangsek ke wilayah timur sehingga penduduk desa sekitar gunung Bromo resah. Ada lima orang pendekar dari Maespati masuk desa wilayah Singosari untuk menarik pajak bumi dan memaksa penduduk untuk memberi harta bendanya. Tentu saja itu sangat meresahkan warga dan melapirkannya kepada penguasa kerajaan Singosari. "Siapa kalian?" tanya penjaga gerbang kepada penduduk gunung Bromo yang datang. "Kami warga dikaki gunung Bromo, mau melaporkan jika di daerah kami ada prajurit Maespati yang memaksa penduduk untuk membayar pajak" "Hmm..ya sudah ayo aku antar masuk ke istana." kata Bawor sambil mengantar kedua warga desa itu menghadap raja. Kedua warga Bromo itu sudah duduk bersila dan menyembah kepada sinuhun Kertajaya. "Katakan apa yang kamu ketahui tentang tentara asing itu." "Ampuun Gusti, hamba ingin melapor kalau akhir- akhir ini desa kami dimasuki tentara dar
Suasana di desa Karang Asem di kaki gunung Bromo masih belum kondusif karena desa yang merupakan perbatasan wilayah Gunung Barat dengan Kali Brantas memang sering dijadikan pangkalan para perampok dan orang- orang utusan dari Maespati atau Mojolegi yang bersebelahan dengan Mojosongo. Renggopati yang piket menunggu pos jaga di bale desa Karang Asem didukung lima orang prajurit dan beberapa pemuda desa ternyata masih kecolongan juga oleh begal yang datang di saat warga beranjak tidur. "Rampok!! Rampokk!!" Teriak warga di pinggir desa berbatas bukit kapur. Renggopati yang sudah siaga di pos bale desa terbangun dan bergegas menuju arah sumber suara. "Di kaki bukit kapur Gusti" kata seorang warga. Renggopati dan prajurit langsung memacu kudanya menuju sumber suara. Ternyata disana sudah mulai serangan yang berupa pembakaran rumah warga dengan cara melempar bambu yang diisi minyak jarak dan dibungkus gombal yang dibakar lalu dilempar keatas atap rumah penduduk. "Tolooong!! Tolooong!!"
Para serdadu yang mengawal Kumbang Merah sudah diusir oleh pendekar pelindung Bukit Barisan hingga menyisakan Kumbang Merah yang akhirnya menurut nasehat saudara kembarnya. Singaraja yang sudah sangat dikenal masyarakat Andalas dan suku dalam memberi nasehat kepada Kumbang Merah."Kalian semua di pulau Andalas akan diperbudak oleh orang asing itu. Kalian akan diadu domba agar berseteru dan saling bunuh, maka mereka akan mudah menguasai kalian" Tapi Kumbang Merah tetap berpikir negatif karena ia akan ditembak oleh serdadu itu jika melawan. Sedangkan jika tunduk akan untung besar karena ia bisa menekan petani dan memonopoli semua hasil bumi untuk dijual kepada serdadu itu. Hmm baiknya aku menurut saja kepada saudaraku untuk sementara, karena nanti aku akan bunuh dia agar aku bisa menguasai rakyat semenanjung ini.Kata Kumbang Merah dalam hati. Memang Kumbang Emas sangat senang jika saudaranya akhirnya patuh dan ikut aturan dari kerajaan yang sangat ketat me
Singaraja yang ternyata sahabat Wiro Sabrang merangkul dan memeluk pendekar itu sambil berbisik. "Hati- hati kakang, di negeri ini banyak pengkhianat yang gabung dengan serdadu yang licik. Wiro Sabrang sadar jika para penguasa pulau yang kaya raya itu sudah takluk kepada orang asing yang memonopoli hasil bumi di pulau itu. "Betul sekali Dimas Singaraja. Aku juga mencium adanya persekongkolan antara pangeran Kumbang Merah dengan serdadu" Kata Wiro Sabrang. "Sebaiknya kita awasi saja mereka dari jauh, kakang tidak perlu ikut serta di dalam kerajaan menjadi ponggawa." kata Singaraja. Baru saja pendekar itu saling tukar pikiran ditepi tebing Tinggi, beberapa penunggang kuda menghentikan langkah mengepung Wiro Sabrang dan Singaraja. "Tangkap orang itu hidup atau mati!!" teriak seorang penunggang kuda dengan pakaian seorang prajurit kerajaan. Rombongan berkuda itupun langsung menyerbu Wiro Sabrang dan Singaraja dengan liar dan ganas menggunakan pedang dan tombak. Tapi Wiro Sabrang tid
Keberadaan Suro Gendeng dan Wiro Sabrang di istana Bukit Barisan telah dilihat banyak pedagang besar dan tengkulak yang bekerjasama dengan para kompeni. Karena itu mereka mulai ketakutan beroperasi di desa sepanjang pantai barat pulau Karet. Kota pelabuhan Bandar Lampung yang dekat dengan pulau Rakata jadi pusat kegiatan para saudagar dan pelaut dari sebrang laut. Prajurit dari Bukit Barisan sebagian jadi suruhan pedagang besar di pelabuhan untuk mengawasi para petani yang menolak memberikan hasil bumi kepada tengkulak. Suro Gendeng melihat itu hingga ikut turun tangan. "Bukannya kisanak prajurit dari Bukit Barisan?" tanya Suro Gendeng. "Iya kenapa?" "Harusnya kisanak membela kaum petani untuk tidak diperas para tengkulak kompeni" "Siapa yang mengatur aku? Aku berwenang menjaga keselamatan para kompeni, kamu siapa heh?" tanya prajurit itu kepada Suro Gendeng. "Aku prajurit baru dari Bukit Barisan.
Wiro Sabrang dan Suro Gendeng sangat dielu- elukan kedatangannya oleh raja Bukit arisan Pangeran Kumbang Merah dan Kumbang Emas.Istana Bukit Barisan yang sangat besar itu berdiri di antara dua gunung besar di selat Sunda. Pangeran Kumbang Merah dan Kumbang Emas sangat senang kedatangan tamu istimewa yang telah berhasil mengusir para serdadu yang sedang menjajah di wilayah bukit Barisan dan Pulau Rakata Agung."Bukan maksud kami menjebak anda pendekar? Memang sebenarnya kami ini sedang disandera oleh para serdadu bersenapan itu yang berjaga di pantai memeras rakyat kami yang nelayan serta petani rempah2." kata pangeran Kumbang Merah sambil merangkul Suro Gendeng.Pangeran Kumbang Emas dan Kumbang Merah adalah raja kembar yang mempunyai putri cantik 2 orang yaitu Putri Nilam, dan Putri Seruni. Mereka dengan pakaian adat pulau Karet menjamu Suro Gendeng dengan sangat ramah dan khidmat."Ini adalah putri kami, Putri Seruni dan Nilam masih bujangan. A
Kerajaan Salaka Negara makin sepi setelah Raja Anom Wiro Sabrang pindah ke Pajajaran menggantikan tahta Gusti prabu Salokantara. Kini sepeninggal Gusti sepuh Salokantara, Pejajaran yang sangat besar itu berkuasa atas tanah Parahiyangan dan tanah Pasundan sehingga semua raja kecil di dataran tinggi Pasundan bergabung menjadi satu di Pajajaran. Gusti Anom Wiro Sabrang dengan dibantu para pendekar dari bukit Utara seperti Kebo Jenar serta Maheso Gilang, Suro Gendeng menjadi sangat berwibawa karena sangat bijaksana dalam melindungi dan memimpin rakyatnya. "Maaf paman Sentanu, aku harus pergi ke tanah seberang karena ada undangan dari pangeran Kumbang Merah yang menghadapi musuh besar." kata Anom Wiro Sabrang. Tentu saja Sengkuni jadi merasa berat tanpa Gusti Anom Wiro Sabrang yang bertahta di tanah Pasundan. Tetapi Jaka Umbaran yang masih kerabat istana siap menjaga kedaulatan dan keamanan Pejajaran bersama Kebo Kuning dan Kebo Jenar serta Maheso Gilang.
SURO GENDENG tertegun memandang wajah imut Anom yang tersirat bayangan wajah Wiro Sabrang pada tatapan matanya. Tapi Suro Gendeng tetap merasa sangat hormat kepada pendekar muda itu walau usia Anom sangat jauh dibanding Suro Gendeng. "Maafkan aku Raden, namaku Suro Gendeng, ingin berjumpa Gusti Wiro Sabrang, raja dari Kraton Singosari." ucap Suro Gendeng. "Itu ayahku kisanak, tapi beliau telah wafat setahun yang lalu." jawab Anom. "Wafat? Bolehkah aku melihat dimana beliau dimakamkan?" "Oh tentu saja boleh. Tapi aku mau bertanya, bagaimana keadaan Kraton Singosari sekarang?" tanya Anom yang tentu sangat mengejutkan Suro karena ia masih terlalu kecil untuk mengetahui istana Singosari yang telah ditinggalkan Wiro Sabrang. Apalagi ada Sentanu yang juga berasal dari Singosari yang dulu adalah penasehat raja Kertajaya. Begawan Sentanu memang tidak begitu kenal dengan Suro Gendeng karena ia tidak bisa keluar bebas seperti W
Gerombolan bajak laut dari benua Barat ikut serta dalam pasukan pesisir Jayakarta menguasai seluruh kerajaan kecil yang memiliki hasil pertanian rempah- rempah dari Laut Timur hingga sepanjang Laut Selatan. Gerombolan bajak laut itu didukung dengan senapan api yang tidak dimiliki pendekar dari benua selatan. Pasukan tanah Pasundan ketakutan karena mereka tidak miliki kekuatan menghadapi pasukan dari bajak laut yang miliki senjata api. Karena itulah kini mereka bisa diperbudak oleh para bajak laut itu untuk melawan sesama warga Pasundan. Kebo Kuning yang juga mantan bajak laut hanya mampu menahan serangan fisik tetapi tidak memiliki senapan yang mematikan. Anom Wiro Sabrang yang walau masih usia muda telah mewarisi kesaktian dari pendekar legenda tanpa tanding. Pendekar muda itulah yang menjadi andalan Parahiyangan menghadapi serdadu bajak laut. "Dor dor dor..!!" Tembakan yang beruntun menghajar tubuh Anom tidak satupun yang mampu melukai
Zui Shen tidak hanya memiliki ilmu silat dari Benua Utara, yang lebih mengutamakan kekuatan tubuh untuk menjadi dasar kesaktian, akan tetapi juga memiliki ilmu gaib yang diajarkan di tanah Jawa. Ilmu gaib itu lebih sekedar kekuatan raga atau tubuh manusia, akan tetapi juga didasari ilmu sihir yang bisa dilakukan oleh makhluk gaib seperti setan atau lelembut. Karena itulah Kebo Kuning terpukau dan merasa aneh. Bagaimana mungkin jika ia belum menyentuh tubuh lawan sudah terpental seperti tertabrak batu besar. Ada perisai imajiner yang melindungi tubuh Zui Shen. "Sebentar, kisanak, boleh saya tahu, ilmu apa yang kisanak gunakan sehingga saya tidak mampu menyentuh tubuh kisanak?" tanya Kebo Kuning yang sangat heran. "Kamu harus tinggal di tanah Jawa untuk beberapa tahun baru mengerti. Pendekar dari Laut Selatan suka belajar ilmu gaib dengan sering berpuasa. Sangat terbalik dengan pedoman ilmu dari Mongol yang mengutamakan kekuatan raga untuk menjadi sakti.
Kebo Kuning ternyata memang seorang pendekar dari Benua Utara yang sangat mengagumi Wiro Sabrang. Ada lima pendekar langit yang legenda di benua Utara tetapi sekarang hidup di daratan karet Laut Selatan. Salah satunya adalah Wiro Sabrang dengan pusaka Golok Setan yang sangat ampuh. Wiro Sabrang ternyata sangat muda dan tampan saat Kebo Kuning pertama bertemu dan mencoba kesaktiannya. Kebo Kuning tentu tidak tahu jika Anom Wiro Sabrang adalah putra dari almarhum Gusti Wiro Sabrang sepuh. Dan tentu mereka tidak pernah tahu jika pendekar pujaan mereka itu sesungguhnya sudah mati 1000 tahun silam. Tapi mereka sudah terjerat dengan aura Anom yang luar biasa memiliki perbawa tinggi bak seorang pendekar tingkat dewa. "KK as mi mohon maaf kepada para hadirin yang telah berkenan bergabung dengan istana Salaka Negara yang tidak seberapa dibanding dengan istana darimana tuan berasal." sambutan Anom benar- benar membuat para pendekar itu luluh dan sangat hormat