Pengawal Sarwendo sudah tiba di lokasi dimana para begal itu sedang memaksa para saudagar yang melintas perbatasan menggunakan perahu atau kuda menyerahkan uang. Ternyata benar yang dikatakan petani, bila jumlah para begal itu lebih banyak dan memakai seragam prajurit dari Mojopahit.
"He heh.. bubar bubar!"kata Sarwendo yang mengendalikan kuda diikuti tiga prajurit dari Mojopahit asli. "Huh, kalau kalian mau tangkap aku, majulah." jawab begal itu sambil mengacungkan pedang. "Kamu siapa heh?kamu kan prajurit Mojopahit, sama dengan aku. Tolong jangan lakukan itu kalau masih mau kuingatkan" "Kalau tidak mau?" "Sekarang bukan lagi raja Calonarang iblis itu raja kita. Sudah ganti seorang pendekar sakti yang telah membunuh Calonarang." kata Sarwendo. "Bohong! Tidak mungkin Gusti Calonarang bisa mati. Kau pikir aku bodoh percaya omongan kalian ?" "Kurang ajar!!"Betapa sangat terkejut pengawal begal yang masih duduk dipunggung kuda menyaksikan pertarungan Suro Gendeng dengan anak buahnya yang berakhir dua orang begal roboh berlumur darah. Warok Aran yang bertubuh besar dan penuh tatto itu melintir kumisnya sambil membulatkan mata menatap Suro Gendeng. "Bedebah! Mau mampus kamu. Hiiiiaaaattt!!" gertak Warok sambil melompat dan menikam Suro Gendeng dengan pedang dan tendangan sangat kuat. Suro Gendengpun dengan cepat mengelak sambil menebaskan kapak ke kaki kuda lawan hingga putus. "Hiat hiat hiat hiiaaat" " Brakk !!" "Greeekkkgg!" Kaki Warok Aran yang bersalto dan kembali menginjak tanah hingga seperti menikam ke dalam bumi. "Ha ha ha..Suro Gendeng, apakah kamu masih gendeng bocah ?" Melihat lawannya berilmu cukup tinggi Suro Gendengpun mengerahkan Aji Bayu saketi dan mendorong kan ke arah tubuh Warok Aran yang sombong itu. Dua pendeka
WIRO SABRANG pendekar Golok setan yang namanya sudah legenda di seluruh dunia persilatan sehingga keberadaannya selalu diburu para pendekar yang penasaran. Penasaran terhadap kesaktiannya dan kekuatannya yang dikenal tak tertandingi oleh semua pendekar bumi. Bahkan pendekar langit pun banyak yang dikalahkan karena ia memiliki pusaka Golok Setan yang sangat ditakuti oleh pasukan iblis. Kembar dari negeri Siyam sudah melakukan perjalanan melintas tujuh puluh gunung dan tiga samodra hanya untuk bertemu dengan pendekar Golok Setan . Sangat lega hati mereka berdua yang kini berdiri di pinggir pagar panggung sebelah luar untuk menyaksikan jalannya pertarungan. Gagak Putih adalah pelatih bela diri milik Mojopahit yang sudah mengalahkan dua petarung dari desa kini sudah kedatangan seorang setengah tua dengan tongkat di tangan melompat ke depan Gagak. "Kesuwen! Main kayak anak kecil saja. Ayo pukul aku, cepattt!!" kata pendekar tua itu sambil berdiri tegak dengan ton
Wiro Sabrang terkejut menerima tantangan dari dua orang asing yang sangat sopan diatas panggung. Tapi Suro Gendeng tentu tersinggung karena ia menganggap Wiro Sabrang adalah saudara tua yang dihormati dalam istana itu langsung menyambung. "Maaf kisanak, kalau kalian ingin bertarung,jangan dengan kakanda Wiro Sabrang, tetapi dengan aku dulu " "Huh, buat apa aku bertarung denganmu? Memang kamu siapa?" "Tapi beliau tidak akan melayani bertarung dengan para pelamar kerja di kerajaan ini, kisanak. Tolong jangan paksa aku marah!" kata Suro Gendeng. "Marahlah kalau mau marah." jawab Kembar sambil membentak dan melotot kepada Suro Gendeng. Suro jadi naik putam dibentak orang yang belum dikenalnya itu. Tapi si Kembar pun mulai menggerakkan dua tangannya mengambil jurus paku bumi. "Hiaaahh!" Seketika panggung terasa roboh karena tanah amblas hingga satu meter, dan tubuh Suro Gendeng terlempar kelua
Wiro Sabrang yang sedang memandang kedua lawannya si kembar dari negeri Gajah Putih itu, yang ternyata sangat bijak dalam merangkai persaudaraan ketika sudah dikalahkan. Kedua pendekar golok Emas itu memeluk Wiro Sabrang bahagia sambil berbisik. "Sangat senang hatiku bisa melihat engkau kisanak, semoga misimu akan sukses memelihara kedamaian dan persaudaraan ksatria bumi" kata pendekar itu. "Terima kasih." "Mohon pamit" "Selamat jalan kisanak" Akhirnya kedua Kembar dari Siyam atau pendekar golok Emas itu pulang ke negaranya setelah puas bisa bertarung dengan Wiro Sabrang. Sementara itu seorang pendekar yang baru saja datang memanggil nama Wiro Sabrang dengan sabar menunggu di belakang pendekar sakti itu. "Kalingga!"Gumam Wiro sambil mulai tersenyum menatap mata pendekar yang telah lama ia kenal itu. "10 abad kita tidak pernah bertemu Wiro" kata Kalingga yang akhi
Wiro Sabrang kini tengah melepas rindunya bersama Kalingga yang berpisah lebih 1000 tahun. Kalingga yang kembali menjelma menjadi manusia setelah kematian jasadnya terkubur didasar lautan es yang kemudian diberi kehidupan oleh sang hyang Brahma penguasa kehidupan seperti juga Wiro Sabrang. Berdua mereka melesat bagai angin lalu dan dengan sangat cepat telah sampai di kerajaan Salaka Negara dimana Wiro Sabrang menduduki tahta. Tentu saja begawan Sentanu.dan para ponggawa tanah Padundan merasa sangat senang. Terutama putri Domas Pitasari yang sedang hamil muda. "Selamat datang Gusti Panembahan Wira Kusumah." "Terima kasih paman Sentanu telah ikut menjaga keamanan negeri Salaka Negara. Ini adalah saudaraku dari langit paman. Perkenalkan.." kata Wiro Sabrang yang bisa memahami kenapa baru sekarang ia tunjukkan wujud dan wajah Kalingga. Karena antara Wiro Sabrang dan Kalingga adalah sama- sama pendekar purba yang diutus dewa Brahma.. "Hamba
Wiro Sabrang kembali kena batunya berhadapan dengan tiga raja iblis Dragon Api dari benua Utara. Untung sekali ada Kalingga yang sudah mengerahkan ilmu Totok Darah Dewa yang bisa digunakan untuk menghentikan aliran darah manusia sehingga tidak bisa menggerakkan anggota badannya. Tapi tiga iblis Dragon bukanlah manusia. Dragonpun tak perlu dilempar bisa terbang untuk menyiasati lawan. Satu- satunya cara untuk mengalahkan hanyalah pusaka Golok Setan yang juga berisi tiga roh setan pendekar. Tentu saja Kalingga belum tahu apa yang dilakukan Wiro Sabrang tanpa kehadiran sahabatnya itu. Ketika Wiro Sabrang mencabut Golok Setan dari sarungnya, ketiga monster Dragon itu membelalak matanya kerena pusaka itulah yang diinginkan.. Betapa tidak, pusaka Golok Setan ditangan Wiro Sabrang ketika diangkat ke atas kepala akan memancarkan sinar kemilau berwarna kuning kebiruan yang sangat terang dan membias menembus langit. Dragon dengan sangat cepat menggerakkan tanga
Perguruan Elang Putih yang dipimpin suhu Zui Shen mengadakan pertemuan dengan tamu undangan dari Sekte Naga Putih dari Benua Besar. Sekte Naga Putih (白龙) yang diketuai oleh Swan Bu membawa lebih seratus orang datang ke pendopo istana Salaka Nagara untuk membicarakan masalah pengbangan sekte aliran putih di tanah Jawa dan benua Selatan yang banyak dikuasai oleh sekte gelap. Wiro Sabrang yang sudah dikenal oleh kalangan suhu senior dari kota terlarang, tentu sangat dibutuhkan untuk memberi nasehat kepada anggota baru. Swan Bu yang sudah datang lebih awal duduk pada deretan kursi paling depan bersebelahan Zui Shen. Semua anggota sekte Naga putih berpakaian serba putih dengan ikat kepala bertuliskan Bai Long. Tidak lupa Zui Shen juga menyediakan makanan dan tarian Jaipong yang disukai oleh anggota sekte karena tarian itu bernuansa bela diri yang diajarkan oleh Zui Shen.Pencak silat adalah seni bela diri yang asalnya dari benua Besar yang diaja
Saat kaki Kalingga menghentak di atas lantai pendopo, bumipun berhenti bergoyah dan suasana menjadi tenang. Itulah yang membuat Swan Bu agak tenang dan takjub akan kehebatan pendekar dari Tibet itu. Tepuk tangan pun terdengar gemuruh ketika pandekar Bambu Kuning membungkukkan badan tanda mberi hormat kepada tamu. Swan Bu tersenyum memandang sebelah kiri adalah suhu Zui Shen dan anak buahnya. "Aku belum melihat permainan Kun tauw tuan Kalingga." kata Swan Bu yang lantas berdiri menghampiri Kalingga. Wiro Sabrang geleng- geleng kepala melihat keramahan ketua sekte Naga Putih yang mau ikut meramaikan acara tersebut. Jaka Umbaran, Jaka Gedug dan Gagak Rimang kagum dengan sikap Swan Bu. Tentu saja semua hadirin sangat penasaran seperti apa kekuatan ketua sekte sampai berani mencoba kesaktian pendekar Bambu Kuning Kalingga. Ketika Kalingga baru angkat sebelah kaki sambil pegang bambu kuning, Swan Bu langsung menyerang dengan tangan