Lalu bagaimana dengan laporan Sentanu yang mengatakan bahwa pemuda itu adalah putra dari Kertajaya dari istri selir ? Batin raja Kertajaya.
"Bagaimana dengan ucapanmu tadi Sentanu? Bagaimana kamu bisa menyimpulkan jika Wiro Sabrang yang hidup pada jaman purba bisa jadi anakku? Umurku saja belum 100 tahun."
Sentanu kebingungan untuk menjawab karena ia hanya mengingat ucapan Wiro Sabrang ketika pertama turun dari langit langsung memeluk dan menyebut " guru " kepadanya. Sambil menghela nafas Sentanu berpaling menatap wajah Wiro Sabrang.
"Wiro, coba jelaskan bagaimana kamu tadi memanggilku bopo guru, sedang kamu tidak kenal Sentanu.." Wiro Sabrang sambil tersenyum menatap Sentanu.
"Tubuh hamba adalah milik Wiroso yg terbunuh tenggelam di laut, dan hamba adalah roh dari Wiro Sabrang yg diutus dewa Brahma."
Penjelasan Wiro Sabrang sekarang baru bisa dimengerti oleh Kertajaya maupun Sentanu. Sangat bersyukur bila arwah pendekar besar itu merasuki raga Wiroso, bocah kecil yg telah terbunuh oleh kekejaman raja iblis. Kertajaya juga bersyukur bila ada pendekar sakti yang akan berpihak kepadanya untuk melawan raja iblis Banaspati.
Gusti Kertajaya merasa gembira kedatangan seorang pemuda tampan yang ternyata masih keturunan beliau dari istri selir yg terlupakan. Raden Kertajaya mengangguk - angguk mendengar cerita dari begawan Sentanu bahwa pemuda itulah yg menyelamatkan Begawan dari serangan iblis Wonopati panglima dari Banaspati. Tapi Raden Kertajaya penasaran melihat pusaka golok yang terselip di pinggang pemuda itu. Ia ingin melihat seperti apa usaka golok di tangan Wiro Sabrang.
"Jadi kamu yg mengusir iblis itu anak muda?"
"Betul Gusti."
"Siapa namamu?"
"Hamba Wiro Sabrang."
"Bolehkah aku pinjam golok yg kamu gunakan untuk mengusir setan itu?" tanya Raden Kertajaya. Wiro Sabrang lantas mencabut golok beserta sarungnya dari pinggang dan memberikan kepada Gusti Kertajaya. Namun apa yang terjadi membuat raja tua dan segenap pengawal dalam padepokan terkejut. Golok itu menyala dan membakar tangan Gusti Kertajaya.
"Aaaccchhh."
Pegangan tangan raja tua itu melonggar dan golok melesat masuk ke dalam sarungnya. Begawan Sentanu sangat kagum betapa muridnya Wiro Sabrang sangat sakti mampu menjinakkan golok yang bertuah itu. Atau mungkin golok itu sudah menyatu dengan jiwa Wiro Sabrang pemiliknya."Tolonglah Wiro, sembuhkan sakit gustimu Raden Kertajaya dari sakitnya yang cukup lama." kata begawan Sentanu membujuk muridnya. Wiro Sabrang bergegas mengambil golok yang tergeletak di meja dan menggerakkan mengusap seluruh tubuh Raden Kertajaya. Dari golok tersebut terpancar cahaya yang sangat terang membias ke seluruh permukaan kulit tubuh Kertajaya.
"Kclapp!!"
Kertajaya merasa kembali segar dan mampu berdiri tegak tak kurang suatu apa.
Tentu saja semua yang ada dalam ruangan itu terkesima dan sangat senang karena Gusti Kertajaya telah sembuh dan kuat berdiri tegak."Oh..aku sudah kembali sehat. Terima kasih Wiro anakku," kata Kertajaya sambil memeluk Wiro Sabrang.
Dalam padepokan pengungsian itu ada permaisuri sepuh nyai Ratih dan dua anaknya laki2 yang dicalonkan jadi pengeran Pati atau panglima perang. Singayuda dan Singajati. Kedua pengeran itu terlihat iri memandang ayahnya memeluk Wiro yang baru diketahui kalau ia juga putra dari Kertajaya terlahir dari istri selir.
"Mulai hari ini kita buat rencana serangan terhadap Banaspati yang menduduki Kraton Singosari. Dan aku angkat Wiro Sabrang menjadi Senopati atau panglima perang. Bagaimana begawan?" kata Gusti Kertajaya.
"Kalau hamba sih sangat setuju.Tapi apakah tidak lebih baik jika paduka Gusti adakan rapat Dengan putra- putra pangeran Singoyuda dan Gusti Singojati?" jawab Sentanu.
Pangeran Singoyuda tampak mengerutkan kening pertanda tidak setuju dengan usulan sang ayah. Tapi sebagai anak dia tidak berani menolak langsung di hadapan Kertajaya.
"Bagaimana kamu Wiro, sanggup gak kamu membunuh dan mengusir raja iblis itu? Kalau kamu bisa membunuh raja iblis itu aku angkat kamu jadi Senopati Singosari" tanya Kertajaya. Wiro Sabrang tidak bisa menolak tapi juga tidak mengatakan sanggup karena itu bukan kuwajiban seorang pendekar.
Wiro Sabrang dulu pernah diangkat murid oleh begawan Sentanu. Tetapi sejak dia tenggelam di laut dan diselamatkan dewa Laut Antaboga hingga diajarkan ilmu kedigjayaan, ia bukan lagi kawula dari kerajaan Singosari. Wiro Sabrang adalah seorang pendekar yang punya misi melindungi kaum lemah dari Angkara murka. Jika memang dalam situasi terdesak dan diancam maka Wiro akan melawan sekuat tenaga.
"Maafkan Gusti, hamba tetap akan membantu jika paduka dalam ancaman raja iblis. Tapi jika tidak, hamba ingin melanjutkan perjalanan hamba." kata Wiro Sabrang. Tentu saja jawaban itu sangat enak didengar oleh kedua putra Kertajaya yg merasa punya kuwajiban melindungi sang ayah.
"Ya jelas aku ini dalam ancaman raja iblis. Itu istanaku direbut, dan aku mengungsi sampai disini, karena aku menghindar dari serangannya."
"Menurut hamba, putra mahkota paduka itu lebih berkewajiban melindungi paduka, jika mereka menjadi Senopati perang." jawab Wiro Sabrang melirik kepada Singoyuda. Dua pangeran itu menunduk diam. Wiro Sabrang pun lantas berdiri setelah menyembah kepada Kertajaya.
Kertajaya yang sudah bisa berdiri kemudian memeluk Wiro sambil berbisik.
"Tolonglah Wiro. Aku tahu, hanya engkaulah yg bisa mengusir raja iblis itu dari Singosari. Karena engkau memiliki pusaka golok setan yang sangat sakti."
"Tapi hamba mohon maaf." kata Wiro yg langsung membalikkan badan dari pandangan Kertajaya. Wiro pergi entah kemana karena ia hanya melangkah keluar pendopo dan lenyap bersama angin lalu. Kertajaya menarik nafas.
"Singoyuda ! Susul dia."
"Sendika ayahanda."
Kedua putra Kertajaya itu langsung keluar mengikuti jejak Wiro Sabrang walau mereka tak tahu ke arah mana pendekar muda itu perginya.
"Kemana perginya kakang?" tanya Singojati.
"Engkau ke jalan barat, dan aku lewat sini. Tapi..lihat sepertinya dia yang berdiri di tepi jurang itu."
Saat dua pangeran itu sudah terlihat berdiri di tepi hutan, maka mereka segera melihat sosok bayangan hitam berdiri tak jauh dari lereng bukit Gundul.
"Itu dia ! Kakang Yuda tangkap saja dari samping, aku akan hajar dengan pedang.." kata Singojati.
Tapi baru saja mereka mengendap- endap dari belakang, Sosok bayangan itu lenyap. Dan terdengar suara petir menyambar bersautan. Singoyudo sangat terkejut dan merasa bulu romanya berdiri.
"Glegerrrr !!"
"Heeeeaaaahhh!!"Sebuah serangan yang sangat dahsyat datang menghajar kepala dua pangeran itu hingga roboh hampir jatuh ke jurang.
"Ohhh..ampuuun!!" teriak Singojati yang terkapar tak berdaya.
"Ha ha ha ha..kini saatnya aku memangsa tubuhmu yang empuk bodoh." kata sosok hitam yang berubah menjadi seekor manusia berkepala buaya.
Singoyuda sangat ketakutan merangsek ke belakang ketika tangan makhluk raksasa itu mulai menghampiri kepalanya hendak menerkam dan menggigitnya.
"Ohhh..aduhh !!" rintih Singoyudo yang tangannya berdarah terkena cakar dari makhluk itu. Disaat yang sangat menakutkan itu tiba- tiba datang hembusan angin panas dari atas langit menyambar kepala makhluk itu.
"Wuuuuuzzzzz!!!"
"Waaaaasscchh."
Makhluk berkepala buaya itu menjerit dan tumbang karena lehernya dibabat golok seorang pendekar yang terjun dari atas awan. Dialah Wiro Sabrang yang dicari Singo Yuda.Dua pangeran itu diselamatkan oleh Wiro dari ancaman maut siluman buaya. Sementara itu makhluk raksasa itu terus menyerang dengan cakarnya yang berkuku tajam merobek kulit Singojati karena tak mampu berlari menghindar.
"Aaaaaaaaccchhh." Erang pengeran itu ketika kakinya terpotong dan darah mengucur dari tubuhnya sangat deras. Wiro Sabrang menebaskan pusakanya golok setan ke tubuh makhluk siluman itu.
"Craassshhh!!"
"Bluuaaarrrr!!"
Ledakan dahsyat kembali terdengar saat pusaka Wiro Sabrang menghajar tubuh siluman buaya itu. Setelah ledakan dahsyat itu menghancurkan tubuh siluman buaya dan lenyap dari pandangan mata, Wiro melompat dan berdiri disisi Singoyudo yang tergeletak tak berdaya.
"Maafkan kami kakang Wiro..kami bermaksud mengajakmu pulang ke padepokan." kata Singojati yang kakinya nyaris putus diterkam buaya siluman. Wiro tidak mengucapkan sepatah katapun selain mengusap luka Singoyudo dengan telapak tangannya sambil menyalurkan tenaga gaib. Tak dapat dibayangkan betapa sakti Wiro Sabrang hingga mampu menumbangkan siluman buaya yang tak lain adalah pengawal dari raja iblis Banaspati. Bahkan dengan golok setan di tangannya Wiro Sabrang yang masih punya darah keturunan Kertajaya itu mampu menyembuhkan sakit ayahanda raja Singosari.
"Maafkan kakang, bila kami telah cemburu kepada putusan ayahanda mengangkatmu menjadi senopati. Hingga kami mengikuti langkahmu untuk mencelakaimu. Ternyata engkau memang seorang pendekar mumpuni" gumam Singoyudo dalam hati ketika merasakan luka tubuhnya sembuh setelah disentuh pusaka Wiro Sabrang.
Wiro Sabrang berdiri dan melesat terbang menghilang ditelan awan sebelum kedua pengeran yang berniat jahat itu membuka mulut untuk meminta maaf.
"Kakang Wiro!" pekik Singojati yang merasa dipermalukan oleh kelakuan buruknya sendiri. Kini pendekar sakti itu telah pergi meninggalkan mereka yang sesungguhnya sangat butuh bantuan Wiro Sabrang.
****
Kertajaya menghela nafas ketika melihat dua pangeran muda itu kembali ke padepokan dengan tangan hampa. Mereka tak mampu mengajak Wiro kembali.
"Ampuun ayahanda, Wiro Sabrang tak hamba temukan. Malah kami dihadang oleh siluman buaya dari raja iblis. Untung kami mampu mengatasinya." kata Singojati berbohong kepada ayahanda Kertajaya
Tentu saja Kertajaya sangat kaget sekaligus bangga jika kedua pangeran putranya itu berhasil mengalahkan siluman buaya utusan dari raja iblis.
"Kamu bisa mengalahkan siluman buaya itu?" tanya Kertajaya heran.
"Betul ayahanda. Ini buktinya hamba bisa kembali pulang ke padepokan dengan selamat."
Namun apa yang terjadi sungguh tak dapat dimengerti oleh ayahanda Kertajaya jika tiba-tiba tubuh Singajati ambruk karena luka robek pada perutnya kembali kambuh hingga darah mengucur deras dari luka itu. Kertajaya langsung beranjak dari singgasana menghampiri putranya.
"Singojati!"
"Bagaimana ini?" kata Kertajaya yang kebingungan melihat putranya terluka parah setelah berbohong telah melawan dan mengalahkan siluman buaya. Sentanu tak mampu berbuat banyak karena sesungguhnya kedua putra Kertajaya punya hati busuk sehingga ada rasa iri dan cemburu kepada kedatangan Wiro Sabrang. Sesungguhnya kekalahan Singosari oleh raja iblis itu datang dari sifat raja yang arogan dan serakah seperti yang dialami Singojati. Sebuah pusaka hanya akan bertuah dan menjadi benteng kekuatan seorang pendekar yang berjiwa ksatria. Bukan pengecut dan Angkara.
Kepergian Wiro Sabrang adalah untuk melanjutkan petualang. Terutama sekali ia ingin bertemu dengan gurunya Antaboga untuk mendengar kabar tentang raja iblis yang mulai mengembangkan kekuasaannya dengan menyerang raja-raja di tanah Jawa dan menduduki istananya. Wiro Sabrang akan sangat berduka bila kekejaman raja iblis itu makin bertambah saat menyiksa para petani untuk melakukan ritual yang menjadikan anaknya sebagai tumbal.Antaboga sang dewa laut itu berkuasa atas laut selatan hingga seluruh lautan Hindia yg dikelilingi pulau2 Sumatera hingga Papua. Wiro yg hampir mati setelah diceburkan ke laut oleh ibusuri dari Kertajaya agar tidak menjadi ahli waris atau yang menggantikan Gusti Kertajaya kelak, akhirnya hidup setelah ditolong Antaboga. Bila kini ibusuri itu akhirnya melahirkan dua pengeran Singoyuda dan Singojati, Singosari runtuh. "Tenanglah anakku..kau akan kudidik menjadi seorang pendekar kelak." kata Antaboga saat itu.Angin bertiup sangat kencang disertai suara petir me
Raja Iblis Banaspati sudah mendengar kedatangan kembali Wiro Sabrang di raja pedang yang sangat legenda itu. Ia berharap bisa bekerjasama dengan pendekar siluman itu jika bisa. Tapi ia sudah mengukur seluruh kekuatan pengawal dan bala prajurit Singosari yang mendukungnya. Seluruh sudut benteng Kraton Singosari sudah dijaga dedemit yang sangat sakti. Sedang di pagelaran dan setinggil dijaga ketat pasukan gendruwo dan mayat hidup yang kebal dan tidak bisa mati. Tentu saja Banaspati juga kuatir jika Wiro Sabrang dibantu sang Hyang Wisesa jagad dan Sang Hyang Wenang. Ketika raja Sanjaya yang melarikan diri dari kejaran Wiro Sabrang berlindung kepada Banaspati, tentu saja raja iblis itu mulai curiga karena Sanjaya mengatakan bila ada ular naga raksasa menyerang prajurit dedemit hingga membakar langit. "Mohon bantuanmu Banaspat!" kata Sanjaya yang didengar Banaspati lewat angin. Banaspati jelas tidak mungkin bisa mengalahkan jika pendekar purba itu membawa pusaka dari kyai Antaboga pen
Kali ini Antaboga yg sudah berada di dalam pusaka golok Setan tentu sangat terkejut bila yg dihadapi bukan lawan biasa, akan tetapi Naga Lodra, penguasa lautan Utara. Karena itulah beliau langsung keluar dari tempatnya menghadapi Naga Lodra."Zjjlegg!!"Wiro Sabrang yg sudah tiba didepan setinggil dihadang oleh manusia berkepala ular naga dengan pedang ditangan. Tetapi Banaspati yg berdiri tak jauh dari posisi Wiro Sabrang mulai panik melihat kehadiran ular naga raksasa yg tiba- tiba telah berada di alun- alun dengan kepala masuk ke setinggil."Hmm Antaboga." gumam Banaspati didalam hati.Ternyata ular naga Penguasa lautan selatan itu tidak tega melepas muridnya bertarung sendirian. Pikir Banaspati. Begitu juga Naga Lodra juga ikut panik dengan kehadiran Antaboga yg tidak menjelma manusia saja untuk melawannya. Mungkin ia sudah percaya jika Wiro Sabrang mampu mengalahkan musuh- musuhnya."Hiaaaaaatttt.""Bluuaaaarrr.'"Naga Lodra sudah tidak bisa mengendalikan emosi hingga menyemburka
Lenyapnya Wonopati membuat Bajulputih kalang kabut ketakutan menghadapi Wiro Sabrang sehingga memilih diam saat golok setan membabat tubuhnya hingga menyisakan sinar gemerlap dan ledakan yang sangat dahsyat yang menggema hingga menembus langit. "Blaammm!!" "Aaaaaaaacchh!!" Wiro Sabrang sangat lega bila tugasnya mengusir setan Banaspati dan pasukannya telah selesai. Antaboga berbisik kepada pendekar sakti itu saat merebahkan tubuhnya yang lelah bertarung dengan pasukan dedemit Singosari. "Saatnya kamu pergi meninggalkan Singosari dan melanjutkan ke bukit Barat Wiro Sabrang." bisik Antaboga. Entah kemana perginya pasukan dedemit yg mengikuti Banaspati, hingga Kraton menjadi sepi dan hening setelah raja iblis itu diusir Wiro Sabrang. Pendekar itu tidak peduli lagi kepada siapa istana itu akan dirawat. Toh yang paling penting baginya adalah menuntaskan tugas melenyapkan kekuatan. setan yg menguasai bumi. Angin semilir kembali berhembus membuat suasana sang
Raksasa itu adalah ujud dari penunggu Jenggala yang juga menjadi pasukan dari raja iblis Banaspati. Kolosrenggi tidak hanya menguasai Singosari, melainkan seluruh lembah dari lima gunung di bagian selatan tanah Jawa. Wiro Sabrang yang telah menghitung target serangannya kepada raja iblis yang hidup di benua Timur tentu sudah bersiap untuk membantai mereka."Kamu pikir Banaspati adalah satu- satunya pendekar yang kau hadapi Wiro. Itu salah besar. Masih ada ribuan dedemit yang hidup di daratan benua Timur. Ha ha ha ha." kata Kolosrenggi sambil tepuk dadanya yg penuh dengan bulu."Kolosrenggi" gumam Wiro Sabrang dalam hati. Ia tidak mengira jika ada raksasa sebesar bukit Wilis menghadangnya. Wiro harus berhati- hati dengan Godam yg berada dalam genggaman raksasa itu. Kalau tidak salah Godam itu pernah ia kenal sejak masih jaman kaisar Ming. Godam yang sangat sakti dan berbahaya. Tapi Wiro Sabrang tidak takut karena ia memiliki golok setan yang adalah penjelmaan dari raja naga penguasa la
Ledakan dahsyat itu kembali terdengar menggelegar hingga membuat sekalian isi istana terkejut dan ketalutan karena selama ini hanya mendengar jeritan dan tangisan rakyat dalam tendasan raja iblis.Akhirnya Wiro Sabrang ikut mengawasi suasana diluar alun- alun yang sudah ramai dikunjungi orang lewat. Sosok bayangan makhluk hitam sangat besar dan tinggi hingga menopang awan putih di langit tampak di depan mata Wiro Sabrang. "Ha ha ha..Wiro Sabrang, akgirnya aku melihatmu di tanah ini." kata makhluk itu yang hanya dilihat oleh Wiro Sabrang. Sementara Kertajaya yang masih duduk di atas di ggasana ikut berfiri panik mengawasi apa yang sedang terjadi di alun- alun "Seperti Kolomarico" batin Wiro Sabrang setelah mendengar suara serak dan besar itu. Namun bayangan itu hanya sekejab muncul di atas langit, kudian lenyap. Wiro Sabrang berpikir pasti iblis laknat itu benar akan datang menghadapi dirinya serta pasukannya yang sangat banyak. Karena itulah Wiro Sabrang kembali m
Benar, bila 1000 tahun lalu Kolo Marico yang menjadi pimpinan pasukan Iblis Merah dari Barat pernah dihadapi Wiro Sabrang dan berhasil mengejar hingga terdampar di dasar laut es. Kala itu Wiro Sabrang belum bertemu dengan Antaboga yang kemudian mengangkatnya sebagai murid hingga ratusan tahun dan Antaboga meninggal. Kini Penguasa lautan Selatan itu telah menjelma menjadi benda pusaka yang sangat bertuah Golok setan. Antaboga rela menjadi benda keramat yang sangat sakti dibawa oleh seorang ksatria pilihan Wiro Sabrang. "Glegerrrrrkkk!!" "Bluaaaarrrr!!!" Ledakan dahsyat kembali terdengar dengan sinar yang sangat terang terpancar di langit ketika telapak tangan Wiro Sabrang beradu dengan telapak tangan Kolo Marico. Makhluk raksasa itu mulai merasakan betapa Wiro Sabrang telah berubah drastis sejak pertemuannya di masa silam. Mungkin karena ia sudah mati dan bertemu dengan para dewa di alam kahyangan, atau karena Wiro Sabrang sudah memiliki pusaka keramat golok setan. Ko
"Aaaaaaccccckk!!"Jeritan panjang menyayat hati itu keluar dari mulut Begawan Sentanu yang meregang nyawa setelah terbakar oleh bara api dari golok pusaka milik Wiro Sabrang. Sedang Jatayu yang terpental oleh tenaganya sendiri yang berbalik arah karena Wiro Sabrang dengan cepat mengelak hingga lawannya terjungkal menghajar pilar tembok dalam istana. "Brukk!!" "Wiro!!" teriak Kertajaya panik setelah melihat maha Patihnya yang terkapar dengan tubuh yang lebam biru. Wiro Sabrang masih berdiri tanpa ekspresi wajah terkejut dengan teriakan dari Kertajaya karena seorang tamu meluncur dari atas langsung berdiri menghalangi pandangan matanya. "Zjlegggkk!!" "Brahma!!" gumam Wiro yang sangat kenal dengan sosok manusia setengah dewa itu telah datang menjemputnya. Seketika Wiro Sabrang berbalik menatap laki- laki gagah dengan mahkota bersulam emas di hadapannya. "Wiro Sabrang! Tugasmu masih panjang. Kenapa engkau masih di tanah ini?" Wiro Sabrang men