Awan tidak terlalu terkejut melihat perubahan mereka. Karena di masa lalu, ia sudah pernah menghadapi pengguna serum blue saphire.Namun, yang membuatnya sedikit penasaran adalah perubahan yang terjadi pada Flyn, pria yang kakinya telah cacad terkena serangan api Awan sebelumnya.Luka di kaki Flyn seakan mengering dengan cepat.Meski luka bakarnya tidak hilang dan otot kaki yang rusak tidak kembali seperti semula. Namun, fungsi kakinya bisa kembali seperti semula dan Flyn bisa berdiri dengan normal dan tidak terlihat seperti orang yang sedang cidera.'Menarik! Blue saphire yang mereka gunakan, sepertinya membuat pengunanya tidak lagi bisa merasakan sakit. Aku jadi penasaran, berapa lama efek pil ini bisa bertahan.' Pikir Awan penasaran.Meski begitu, Awan tidak bisa menganggap remeh kemampuan lawan. Karena, setelah Neil dan tiga rekannya menelan 'pil iblis', Awan bisa merasakan tekanan tiga kali lebih kuat dari sebelumnya."Majulah!" Ujar Awan tersenyum cuek dan sengaja menantang lang
Gale yang saat itu kesakitan dan membuat tulangnya seperti ditusuk oleh ribuan jarum panas, bergegas mengeluarkan empat botol kecil penawar dan melemparkannya pada teman-temannya. Namun, sebelum Neil dan yang lainnya sempat menangkap botol penawar racun tersebut, sebuah sinar biru menembak ke empat botol dan seketika menghancurkan peluang mereka untuk selamat dari racunnya Gale."Ops, aku tidak sengaja! Sepertinya botol itu sangat penting bagi kalian." Ucap Awan dengan tawa main-main di wajahnya."Tidak!" Teriak mereka putus asa.Kebencian mereka terhadap Awan semakin meningkat tajam. Awan bahkan menghancurkan peluang satu-satunya mereka untuk bertahan hidup dan itu adalah empat penawar terakhir yang dimiliki oleh Gale. Karena penawar lainnya, ikut musnah dengan tewasnya rekan Gale yang dibunuh Awan sebelumnya, yang sesama pengguna senjata racun, Jared.Sekarang, mereka terpaksa menanggung siksaan sepuluh kali lipat efek racun tersebut dari yang seharusnya bisa mereka tanggung.Neil
"Kamu itu di anugerahi bakat yang luar biasa. Dengan bakatmu, kamu bisa menjadi apa saja yang kamu inginkan.""Jika itu terserah padaku, aku lebih menginginkan kamu menjadi dewa obat dibanding menjadi seorang seorang kultivator.""Tapi, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.""Seperti halnya ayahmu, kamu lebih condong memilih untuk mengikuti jejaknya."Kalimat itu diucapkan oleh Mr. Kaibo, salah satu guru Awan saat ia dikirim berlatih di kampung halaman keluarga ayahnya, di Tiongkok sana.Mr. Kaibo adalah seorang tabib jenius dalam keluarga Sanjaya dan usianya sudah lebih dari seratus tahun. Tidak hanya Awan, Kelvin bahkan pernah belajar ilmu pengobatan dari Mr. Kaibo semasa mudanya.Sebagai calon kepala klan Sanjaya, maka generasi penerusnya diharuskan memiliki pengetahuan luas, di luar kemampuan beladiri. Saat itu, Awan tidak terlalu menghiraukan saran bijak gurunya. Karena ia hanya ingin menuntut ilmu pengobatan darinya dan tidak pernah berpikir, bahwa suatu hari nanti, ia akan memb
Semula, mereka tidak menyadari ada hal yang aneh di sana.Sampai mereka menyadari bahwa saat itu, posisi Awan setengah berlutut sambil menindih tubuh Amanda yang meronta hebat di bawahnya. Belum lagi, saat itu mereka melihat dari ujung jari Awan keluar jarum api berwarna biru dan ia terlihat seperti sedang menusuk dada Amanda.Audrey dan Rossie, dua orang komandan yang berada di bawah komando Amanda, mengira bahwa Awan sedang mencoba menyerang pemimpin mereka dan membuat mereka tidak terima komandan mereka diperlakukan seperti itu."Bangsat! Apa yang kamu lakukan pada nona Amanda?""Cepat, lepaskan nona Amanda!""Pemimpin kami begitu mempercayaimu. Bagaimana bisa kamu melakukan hal sekejam ini padanya?""Aaaa, tidak akan kami biarkan kamu menyakiti nona Amanda."Audrey dan Rosie bermaksud menyerang Awan.Tidak tanggung-tanggung, keduanya mengeluarkan senjata andalan mereka masing-masing dan berniat bertarung dengan Awan habis-habisan karena dikira telah menyakiti pemimpin mereka. Tin
Dua puluh jam telah berlalu semenjak Amanda di bawa ke ruang operasi yang di pimpin langsung oleh Gandawati Pitaloka, saudara sepupunya Abimana yang terkenal dengan kemampuan pengobatannya. Setiap detik dan menit berlalu, itu adalah waktu terlama dan paling menyiksa dalam hidup Awan.Selama itu pula, Awan tidak beranjak dari tampat duduknya yang persis berada di depan pintu ruang operasi.Awan duduk terpaku dengan mata tertutup dengan mata bathinnya tiada henti mengikuti proses operasi Amanda di dalam sana.Ketika Awan datang membawa Amanda untuk mendapat perawatan lanjutan di sana, tim dokter Divisi Zero memberi secercah harapan tentang peluang kesembuhan Amanda.Seperti diketahui Awan sebelumnya, penangkal blue saphire yang mereka miliki, ternyata tidak bisa menangkal efek pil iblis yang dikembangkan oleh organisasi the Snake.Namun, anestesi yang dilakukan Amanda terhadap Kucipan sebelumnya, memberi tim dokter Divisi Zero sebuah ide
"Eh?" Audrey dan Rosie menjadi canggung. 'Jadi, sedari tadi kami hanya bicara sendiri?' Pikir keduanya dengan ekspresi canggung. "Beridirilah! Nanti, kalian bisa membicarakannya jika master Awan benar-benar berada di sini." Lanjut Nana. Sama halnya seperti Audrey dan Rosie, Nana juga sudah merubah pandangannya terhadap Awan. Sejak melihat kekuatan tempur Awan secara langsung, ia dan komandan lainnya, akhirnya mengakui Awan sebagai pemimpin yang layak bagi tim mereka. "Kalian berdua, kenapa datang ke sini?" Tanya Audrey. "Sebenarnya, kami ingin melapor pada master Awan tentang Ezel. Tim pemburu sudah berhasil menemukannya dan saat ini sedang mengejarnya. Tapi sepertinya, situasinya sedang tidak tepat." Balas Arsa yang melihat Awan sedang fokus dengan mata bathinnya memantau keadaan Amanda. Namun, baru saja Arsa selesai bicara, Awan menutup mata bathinnya dan membuka matanya, ketika operasi di dalam sana selesai dan Amanda telah berhasil
Ezel harus berjuang menyelamatkan diri dari kejaran tim pemburu Divisi Zero yang tidak membiarkannya kabur begitu saja, setelah membuat kerusuhan dan mengubah sebagian besar penduduk kampung nelayan utara menjadi monster, serta melukai Amanda dan hampir merubahnya menjadi monster, seperti korban-korbannya yang lain.. Setelah berhasil memperdaya Amanda dalam pertarungan sebelumnya, Ezel segera melarikan diri. Ia tahu, bahwa ia tidak akan bisa selamat dengan kondisinya saat ini, jika masih memaksakan bertarung.Semula, Ezel ingin mencari tempat persembunyian yang aman untuk memulihkan diri. Namun, beberapa jam berlalu, keberadaannya dengan cepat berhasil terendus oleh tim pemburu Divisi Zero yang dipimpin oleh Argana dan sekarang, Ezel harus berjuang keras agar bisa meloloskan diri dari kejaran mereka. Namun, dengan kondisinya yang sedang kepayahan, membuat Ezel tidak bisa bergerak secepat yang ia inginkan. Terlebih, pengaruh pil iblis telah lama hilang dan ia tidak mungkin menggunakan
Ezel dijadikan mainan oleh Bajra dan Cipta tanpa menaruh kasihan, meski dia merupakan lawan yang sedang cidera. Sekalian, mereka bersenang-senang dengan membalaskan penderitaan pimpinan tim Arcangel sebelumnya."Bajingan! Lepaskan jaring ini! Lawan aku langsung, kalau kalian berani!" Teriak Ezel marah dalam penderitaannya. Kondisinya semakin berantakan dan darah banyak keluar dari beberapa bagian anggota tubuhnya.Selain mendapat siksaan pukulan dari dua komandan tim Pemburu, jaring baja itu sendiri sangat tajam dan memberi banyak sayatan luka di kulit tubuhnya.Bajra dan Cipta tidak menghiraukan teriakan Ezel dan justru menghadiahinya dua tendangan terkahir yang membuat Ezel meringkuk di atas tanah dengan kondisi sekarat."Itu, untuk seluruh korban pil iblis kalian.""Dan itu untuk untuk nona Amanda."Ujar Bajra dan Cipta bergantian dengan wajah mengeras menahan marah. Mereka masih belum puas menyiksa Ezel sebenarnya. Hanya saja, mereka harus bisa menahan diri. Karena mereka harus m