"Kamu itu di anugerahi bakat yang luar biasa. Dengan bakatmu, kamu bisa menjadi apa saja yang kamu inginkan.""Jika itu terserah padaku, aku lebih menginginkan kamu menjadi dewa obat dibanding menjadi seorang seorang kultivator.""Tapi, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.""Seperti halnya ayahmu, kamu lebih condong memilih untuk mengikuti jejaknya."Kalimat itu diucapkan oleh Mr. Kaibo, salah satu guru Awan saat ia dikirim berlatih di kampung halaman keluarga ayahnya, di Tiongkok sana.Mr. Kaibo adalah seorang tabib jenius dalam keluarga Sanjaya dan usianya sudah lebih dari seratus tahun. Tidak hanya Awan, Kelvin bahkan pernah belajar ilmu pengobatan dari Mr. Kaibo semasa mudanya.Sebagai calon kepala klan Sanjaya, maka generasi penerusnya diharuskan memiliki pengetahuan luas, di luar kemampuan beladiri. Saat itu, Awan tidak terlalu menghiraukan saran bijak gurunya. Karena ia hanya ingin menuntut ilmu pengobatan darinya dan tidak pernah berpikir, bahwa suatu hari nanti, ia akan memb
Semula, mereka tidak menyadari ada hal yang aneh di sana.Sampai mereka menyadari bahwa saat itu, posisi Awan setengah berlutut sambil menindih tubuh Amanda yang meronta hebat di bawahnya. Belum lagi, saat itu mereka melihat dari ujung jari Awan keluar jarum api berwarna biru dan ia terlihat seperti sedang menusuk dada Amanda.Audrey dan Rossie, dua orang komandan yang berada di bawah komando Amanda, mengira bahwa Awan sedang mencoba menyerang pemimpin mereka dan membuat mereka tidak terima komandan mereka diperlakukan seperti itu."Bangsat! Apa yang kamu lakukan pada nona Amanda?""Cepat, lepaskan nona Amanda!""Pemimpin kami begitu mempercayaimu. Bagaimana bisa kamu melakukan hal sekejam ini padanya?""Aaaa, tidak akan kami biarkan kamu menyakiti nona Amanda."Audrey dan Rosie bermaksud menyerang Awan.Tidak tanggung-tanggung, keduanya mengeluarkan senjata andalan mereka masing-masing dan berniat bertarung dengan Awan habis-habisan karena dikira telah menyakiti pemimpin mereka. Tin
Dua puluh jam telah berlalu semenjak Amanda di bawa ke ruang operasi yang di pimpin langsung oleh Gandawati Pitaloka, saudara sepupunya Abimana yang terkenal dengan kemampuan pengobatannya. Setiap detik dan menit berlalu, itu adalah waktu terlama dan paling menyiksa dalam hidup Awan.Selama itu pula, Awan tidak beranjak dari tampat duduknya yang persis berada di depan pintu ruang operasi.Awan duduk terpaku dengan mata tertutup dengan mata bathinnya tiada henti mengikuti proses operasi Amanda di dalam sana.Ketika Awan datang membawa Amanda untuk mendapat perawatan lanjutan di sana, tim dokter Divisi Zero memberi secercah harapan tentang peluang kesembuhan Amanda.Seperti diketahui Awan sebelumnya, penangkal blue saphire yang mereka miliki, ternyata tidak bisa menangkal efek pil iblis yang dikembangkan oleh organisasi the Snake.Namun, anestesi yang dilakukan Amanda terhadap Kucipan sebelumnya, memberi tim dokter Divisi Zero sebuah ide
"Eh?" Audrey dan Rosie menjadi canggung. 'Jadi, sedari tadi kami hanya bicara sendiri?' Pikir keduanya dengan ekspresi canggung. "Beridirilah! Nanti, kalian bisa membicarakannya jika master Awan benar-benar berada di sini." Lanjut Nana. Sama halnya seperti Audrey dan Rosie, Nana juga sudah merubah pandangannya terhadap Awan. Sejak melihat kekuatan tempur Awan secara langsung, ia dan komandan lainnya, akhirnya mengakui Awan sebagai pemimpin yang layak bagi tim mereka. "Kalian berdua, kenapa datang ke sini?" Tanya Audrey. "Sebenarnya, kami ingin melapor pada master Awan tentang Ezel. Tim pemburu sudah berhasil menemukannya dan saat ini sedang mengejarnya. Tapi sepertinya, situasinya sedang tidak tepat." Balas Arsa yang melihat Awan sedang fokus dengan mata bathinnya memantau keadaan Amanda. Namun, baru saja Arsa selesai bicara, Awan menutup mata bathinnya dan membuka matanya, ketika operasi di dalam sana selesai dan Amanda telah berhasil
Ezel harus berjuang menyelamatkan diri dari kejaran tim pemburu Divisi Zero yang tidak membiarkannya kabur begitu saja, setelah membuat kerusuhan dan mengubah sebagian besar penduduk kampung nelayan utara menjadi monster, serta melukai Amanda dan hampir merubahnya menjadi monster, seperti korban-korbannya yang lain.. Setelah berhasil memperdaya Amanda dalam pertarungan sebelumnya, Ezel segera melarikan diri. Ia tahu, bahwa ia tidak akan bisa selamat dengan kondisinya saat ini, jika masih memaksakan bertarung.Semula, Ezel ingin mencari tempat persembunyian yang aman untuk memulihkan diri. Namun, beberapa jam berlalu, keberadaannya dengan cepat berhasil terendus oleh tim pemburu Divisi Zero yang dipimpin oleh Argana dan sekarang, Ezel harus berjuang keras agar bisa meloloskan diri dari kejaran mereka. Namun, dengan kondisinya yang sedang kepayahan, membuat Ezel tidak bisa bergerak secepat yang ia inginkan. Terlebih, pengaruh pil iblis telah lama hilang dan ia tidak mungkin menggunakan
Ezel dijadikan mainan oleh Bajra dan Cipta tanpa menaruh kasihan, meski dia merupakan lawan yang sedang cidera. Sekalian, mereka bersenang-senang dengan membalaskan penderitaan pimpinan tim Arcangel sebelumnya."Bajingan! Lepaskan jaring ini! Lawan aku langsung, kalau kalian berani!" Teriak Ezel marah dalam penderitaannya. Kondisinya semakin berantakan dan darah banyak keluar dari beberapa bagian anggota tubuhnya.Selain mendapat siksaan pukulan dari dua komandan tim Pemburu, jaring baja itu sendiri sangat tajam dan memberi banyak sayatan luka di kulit tubuhnya.Bajra dan Cipta tidak menghiraukan teriakan Ezel dan justru menghadiahinya dua tendangan terkahir yang membuat Ezel meringkuk di atas tanah dengan kondisi sekarat."Itu, untuk seluruh korban pil iblis kalian.""Dan itu untuk untuk nona Amanda."Ujar Bajra dan Cipta bergantian dengan wajah mengeras menahan marah. Mereka masih belum puas menyiksa Ezel sebenarnya. Hanya saja, mereka harus bisa menahan diri. Karena mereka harus m
Meski tidak sekuat Amanda, Argana memiliki level kekuatan yang bisa diperhitungkan dalam Divisi Zero. Karena itu, ia bisa merasakan ancaman bahaya dari Kane dan Killian. Terlebih, dari Alroy.Aura Alroy bahkan tidak terjangkau oleh Argana dan membuatnya menyimpulkan, bahwa kemampuan pemimpin musuh berada di atasnya. Karena itu, ia tidak berani lengah dalam menghadapi mereka."Siapa kamu? Apa posisimu dalam Divisi Zero?" Tanya Alroy acuh tak acuh dan tatapan yang terkesan meremehkan Argana dan dua komandan di belakangnya. Melihat Argana berdiri di depan dua komandan tim Pemburu, Alroy bisa menebak bahwa Argana adalah pemimpin mereka."Tidak sopan bagi anda bertanya, tanpa memperkenalkan diri terlebih dahulu." Balas Argana datar dan kewaspadaan yang tinggi."Hahaha, bagus- bagus. Aku suka dengan keberanianmu.""Baiklah, kamu bisa memanggilku Alroy. Pemimpin ke tujuh organisasi the Snake. Bagaimana? Aku sudah cukup sopan, bukan? Jadi, katakan, siapa kamu? Aku tidak suka membunuh orang t
Ezel, melihat kedatangan Awan di sana, ekspresinya seketika memburuk. Serangan terakhir Awan masih menyisakan trauma dalam memorinya. Karena serangan itu hampir saja merenggut nyawanya.Ezel masih beruntung, karena masih bisa berkelit saat terakhir dan berhasil terhindar dari kehilangan nyawanya. Meski begitu, saat melihat kemunculan Awan saat ini, luka lebar di dada kirinya kembali berdenyut. Seolah mengingatkannya dengan luka tusukan pedang Awan sebelumnya.Di sisi lain, Awan hanya melirik sekilas Ezel yang saat itu masih meringkuk dalam jaring baja. Awan mengacuhkannya untuk sementara, karena tahu bahwa Ezel tidak mungkin bisa ke mana-mana.Awan lebih memperhatikan Alroy dan duo pengawal Yin dan Yang-nya, sambil menganalisis kekuatan ketiganya dari pancaran aura mereka."Awan, hati-hatilah dengan mereka bertiga. Mereka sangat kuat!" Ujar Argana mengingatkan.Lebih lanjut, Argana menjelaskan secara singkat tentang tiga orang musuh yang ada di hadapan Awan. Argana tidak meragukan ke
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,