Elisa cemberut, dia mengira telah mengejutkan Awan. Ternyata reaksi yang ditunjukkan Awan, hanya biasa saja. Ia merasa kejutannya, jadi terkesan bukan seperti kejutan lagi. Tapi, Elisa tidak berputus asa begitu saja. Karena restoran ini, memiliki menu yang tentunya bakal mengejutkan Awan nantinya.Karena itu, Elisa dengan bersemangat menjelaskan, "Aku sengaja membawamu ke sini, karena restoran ini terkenal dengan dim sum nya yang sangat enak.""Dim sum?" Tanya Awan dengan dengan kening sedikit berkerut, penasaran."Kamu tidak tahu?"Awan menggelengkan kepala dengan polos, karena ia memang belum pernah mencoba menu makanan ini sama sekali.Elisa mengerucutkan bibir dan tertawa senang. Akhirnya, ada juga sesuatu yang tidak diketahui Awan dan itu membuatnya bersemangat."Dim sum itu adalah masakan khas negara ini dan restoran ini adalah restoran penghasil dim sum terbaik. Mereka beberapa kali mendapatkan bintang Michelin, berkat masakan dim sum mereka yang terkenal akan kelezatannya.""H
"Karin." Sapa Awan dengan ekspresi terkejut, ketika melihat kehadiran Karin yang tidak terduga di sana.Hanya saja, Karin hanya menatap datar ke arah Awan. Lebih parahnya, detik berikutnya, Karin justru menatap dingin Awan dan terkesan tidak mengenalnya.Reaksi tersebut muncul, setelah Karin mendapati adanya seorang wanita cantik yang berdiri di sisi Awan. Hal itu, membuat Karin semakin membanci Awan. Bahkan, Karin tidak sudi untuk melihat wajah Awan lagi, dengan berpaling ke arah lain.Akbar Malik yang berdiri di sebelah Karin, menatap Karin dan bertanya, "Della, apa kamu mengenal pria ini? Kenapa dia memanggilmu 'Karin'?"Karin hanya menjawab dengan datar, "Aku tidak mengenalnya. Dia mungkin sedang berhalusinasi dengan berlagak mengenalku. Kamu tahu sendiri, betapa banyak fans ku yang bersikap seolah mengenalku."Jawaban Karin membuat Awan terkejut. Ia tidak menyangka, jika Karin akan bersikap seperti tidak mengenalnya.Tidak mengenalnya? Yang banar saja!"Bung, pacarku tidak mengen
"Tuan, sebaiknya anda menyerah saja! Mereka ini bukan orang yang bisa anda singgung." Manajer restoran juga mencoba meminta Awan untuk mundur. Bagaimanapun, Awan adalah pelanggannya, karena itu ia tidak ingin melihat Awan sampai celaka di restorannya.Terlebih, jika Awan sampai celaka di tempatnya, restorannya akan ikut tersorot. Karena gagal memberikan rasa aman pada pelanggan mereka. Manajer restoran tidak ingin hal ini terjadi, di samping tidak ingin pelanggannya celaka, ia juga tidak ingin reputasi restorannya terlihat buruk.Namun, Awan mengabaikan semua suara yang memintanya untuk menyerah dan mundur. Sebaliknya, ekspresinya bahkan tidak terpengaruh sama sekali, saat pemimpin bodyguar ini mendatanginya.Pemimpin bodyguard tersebut dengan percaya diri melayangkan pukulan tinjunya ke wajah Awan. Selain sebagai anggota triad, ia juga pernah melatih kemampuan bertinjunya di salah satu sasana tinju dan bahkan sempat berlaga sebagai atlet tinju profesional. Karena itulah, ia terlihat
Apakah ini masuk di akal?Begitupun dengan para pengunjung dan manajer restoran, mereka seolah sedang berhalusinasi saat itu. Mereka bahkan sempat berpikir, jika saat itu akan berakhir dengan pertempuran besar. Apalagi, si bos besar memiliki banyak pendukung di belakangnya.Bukannya terus menekan pemuda yang hanya berdua dengan pacarnya itu, si bos besar justru menawarkan damai. Baru kali ini, mereka melihat orang yang sedang unggul jumlah, sampai harus meminta damai pada mereka yang jumlahnya lebih sedikit.Saat melihat penampilan Awan, yang terlihat berkharisma, mereka berpikir, 'Apa yang istimewa dari pemuda ini, sampa-sampai orang seperti Akbar Malik menawarkan damai padanya?'Namun, saat itu Awan hanya terkekeh, menertawakan permintaan damai dari Akbar Malik, "Damai? Seingatku, orang-orang anda yang pertama kali datang dan berniat mengusir kami dari sini. Setelah mengacaukan ketenangan makan makan malam kami, anda pikir bisa mengajak damai begitu saja?"Manajer restoran dan para
"Awan?" Ulang Akbar heran, "Bukankah nama ini terlalu singkat?"Awan mengedikkan bahu dan berkata, "Mau bagaimana lagi, itu nama yang diberikan orang tuaku untukku. Apa kamu keberatan?""Hahaha, tentu saja tidak! Nama Awan adalah nama yang bagus, singkat dan mudah diingat." Ujar Akbar tanpa berani merendahkan nama Awan."Jadi, bagaimana dengan tawaranku mr. Awan?" Tanya Akbar berharap.Awan mengusap dagunya sejenak, seperti orang sedang berpikir. Saat itu, ia sempat melirik Karin. Hanya saja, tatapan Karin terlihat dingin dan seakan tidak menginginkan dirinya untuk berada dekat dengannya.'Sepertinya Karin menolak untuk mengenaliku. Baiklah, kalau begitu akan ku turuti apa maunya.' Pikir Awan.Setelah beberapa saat, Awan akhirnya berkata, "Maaf, aku tidak tertarik dengan tawaran anda.""Kamu.."Akbar terkejut dan tidak menyangka jika Awan akan langsung menolak tawarannya tanpa perlu repot-repot mempertimbangkannya. Ini seperti tamparan untuk ke tiga kali di wajahnya.Sulit untuk mengu
"Awan, apa kamu tahu, siapa orang yang baru saja kamu buat marah?" Tanya Elisa khawatir saat mereka berada dalam perjalanan pulang.Sebelumnya, mereka terus menikmati Dim Sum dan menghabiskannya. Awan ternyata benar-benar menyukai racikan Dim Sum di restoran Tim Ho Wan, yang menurutnya sangat enak. Selain itu, Awan juga sempat menikmati hidangan khas Hong Kong lainnya.Mereka baru kembali, setelah semua hidangan di atas meja berpindah ke dalam perut mereka. Tentu saja, sebagian besarnya Awan yang menghabiskannya. Dari sisi ini, Elisa tidak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap Awan. Meski status Awan saat ini adalah orang terkaya dan berpengaruh di Asia dan bisa disebut sebagai bangsawan, namun ia tidak gengsi dan malu-malu dalam mengekspresikan rasa sukanya. Nafsu makannya yang luar biasa, membuat Awan tanpa malu-malu menikmati hidangan di depannya, meski di sana ada Elisa.Ia tidak terlihat perlu untuk menjaga wibawanya sama sekali. Jika ini terjadi di kerajaan, orang-orang mun
"Huft." Awan menggeleng tidak berdaya.Sulit untuk menjelaskannya dengan kata-kata. Namun yang jelas, ia tidak ingin mengambil resiko dengan membiarkan Elisa menginap dalam kamarnya. Karena itu, Awan segera melihat sebuah liontin yang melingkar indah di leher Elisa."Elisa, bisa ku pinjam liontinmu sebentar!""Hmn, buat apa?" Tanya Elisa bingung. Karena itu, sama sekali tidak ada korelasinya dengan topik yang sedang mereka bahas."Jangan banyak tanya, aku hanya ingin meminjamnya sebentar."Elisa membuka kalungnya dan tanpa ragu menyerahkannya pada Awan. Meski ia tidak yakin dengan apa yang diinginkan Awan dengan meminjam kalungnya tersebut.Awan mengenggam kalung dengan liontin hijau yang terbuat dari permata zamrud tersebut dan di sekelilingnya terdapat dua belas permata kecil yang mengelilinginya.Selanjutnya, Awan mengiris ujung jarinya dan setetes darah keluar keluar dari ujung jarinya. Awan mengoleskannya ke atas batu permata. Keajaiban terjadi, darah Awan yang menetes ke dalam b
Sudut bibir Elisa tidak berhenti terkembang. Ia bahagia luar biasa dan penampilannya itu, terlihat tidak lebih seperti seorang anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru. Elisa bahkan mungkin akan tidur sambil memeluk kalung ini nantinya, karena saking bahagianya."Oya, terus bagaimana caranya kamu bisa berada di dekatku, jika aku membutuh bantuanmu?" Tanya Elisa lebih lanjut, tiba-tiba teringat janji Awan sebelumnya. Kalungnya tiba-tiba berubah menjadi kalung ajaib yang bisa digunakan untuk berkomunikasi jarak jauh dengan Awan. Hanya saja, ia masih belum paham, bagaimana kalung ini bisa membuat Awan berpindah tempat ke sisinya dalam waktu singkat.Apa Awan akan muncul dari dalam kalungnya itu? Tapi, jelas itu sangat tidak mungkin. Bagaimana mungkin Awan bisa muncul dari dalam kalung yang sangat kecil tersebut?Awan hanya mengedikkan bahu dan berkata, "Kamu bisa mencobanya dengan cara memanggilku seperti tadi."Elisa ingin bertanya lebih lanjut, namun ia segera menyimpannya dal