Calista yang menjadi sandera, merasakan jantungnya berdegup sangat cepat. Ia hawatir, jika pria yang sedang menyekap itu akan berbuat nekat dan ia bisa merasakan benda dingin yang sangat tajam, menekan lehernya.Saat itu, Calista akhirnya melihat sosok pemuda yang suaranya telah memberi kesan misterius di dalam hatinya.Calista tercengang!'Dia? Bukankah dia pemilik RA Grup itu? Saktiawan Sanjaya, atasan papa.'Calista tidak mengerti apa yang sedang terjadi dalam dirinya. Setelah melihat sosok Awan, semua rasa takut dalam dirinya, seakan menghilang dan tergantikan dengan perasaan aman. Awan berkata acuh tak acuh, "Sebaiknya, kamu lepaskan dia! Jika kamu melepaskannya, Paling tidak, aku akan memberimu kesempatan untuk pergi."Pria tersebut terlihat ragu dengan ucapan Awan yang terkesan memberinya jalan keluar yang mudah, "Apa jaminannya kamu akan melepaskanku? Di luar sana, pasti ada orang lain yang membantumu? Jika tidak, kamu tidak mungkin bisa melumpuhkan teman-temanku."Awan meren
"Bu Vannesa, mereka sudah datang." Lapor Freya, sekretaris Vannesa dengan wajah terlihat tegang.Tamu yang dimaksud oleh Freya, meninggalkan kesan yang buruk dalam memori Freya. Mengingat betapa kasarnya orang-orang ini ketika datang seminggu yang lalu. Mereka bahkan tidak menghormati Vannesa sebagai CEO di RA Grup karena kedatangan mereka justru untuk mengambil alih perusahaan.Orang-orang ini merasa percaya diri dan bisa bersikap sombong, karena mereka berasal dari keluarga Sanjaya. Seperti yang diketahui, RA Grup sendiri merupakan milik Awan yang juga berasal dari keluarga Sanjaya. Freya tidak ingin menebak, masalah apa yang sedang terjadi dalam internal keluarga Sanjaya. Namun yang jelas, sebagai orang biasa, ia tidak dapat menyinggung orang-orang dari keluarga berpengaruh ini. Sekarang, semenjak Awan membongkar skandal tujuh keluarga naga yang terlibat dalam sindikat organisasi bawah tanah, The Shadow. Membuat tujuh keluarga naga ini terusir dari negara ini. Secara otomatis, ha
Freya dan Elena masuk ke dalam ruangan. Namun, saat melihat apa yang sedang terjadi dalam ruangan, darah mereka menggelegak naik. Di sana, terlihat Rocky yang sedang coba melecehkan Vannesa. Saat keduanya masuk, mereka melihat tangan Rocky sedang coba menggerepe tubuh bagian atas Vannesa.Vannesa tampak panik dan berusaha melawan. Beruntung baginya, saat itu Elena dan Freya masuk. Sehingga Rocky menghentikan aksinya dengan wajah menahan kesal."Anda... beraninya anda melakukan itu pada CEO kami?" Tunjuk Freya ke muka Rocky dengan amarah yang sudah tidak mampu lagi ditahannya. Ia tidak peduli lagi dengan semua kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki Rocky, bahkan jika karena itu ia harus menyinggung keluarga besar Sanjaya sekalipun.Rocky menatap Freya dengan tatapan dingin, tidak menyangka jika wanita ini akan mampu mengonggong seperti itu di depannya.Freya sebenarnya cantik, tidak kalah dengan asisten pribadinya saat ini. Hanya saja, tatapan Rocky telah terlanjur mengunci kecantikan Va
"Kamu baik-baik saja kan, Fre?" Sapa Awan dengan senyum tenang menatap Freya. Ia bahkan mengelus bagian wajah Freya yang sebelumnya ditampar Rocky."B-bos?" Balas Freya dengan suara bergetar menahan tangis. Ia merasa lega dan bersyukur karena Awan berada di sana tepat waktu. Jika tidak, ia mungkin akan mengalami nasib yang sama dengan Rania.Namun, saat Awan menyentuh wajahnya, Freya sempat ingin menghindar. Ia tidak tahu maksud Awan menyentuh wajahnya, sampai ketika ujung jari Awan menyentuh pipinya, Freya merasakan hawa dingin nan lembut masuk ke pori-pori wajahnya.Hawa dingin tersebut memberi efek yang sangat menenangkan dan perlahan rasa panas yang dirasakan Freya di wajahnya mulai berkurang dan berganti dengan rasa nyaman yang belum pernah dirasakannya. Perasaan itu, bahkan melebihi nyamannya saat ia melakukan relaksasi terbaik sekalipun.Freya mungkin akan terlena karena saking nyamannya dengan sensasi tenang tersebut, jika saja Awan tidak bersuara saat itu."Sudah! Kamu baik-b
"Hai, apa yang kamu lakukan?" Hardik temannya yang berdiri tepat di sebelahnya.Pengawal tersebut tampak gugup dan tidak lagi berani mengangkat wajahnya untuk sekedar menatap Awan.Rocky tentu saja melihat hal itu dan itu membuat keningnya berkerut tajam. Sekarang, ia semakin yakin jika Awan memiliki kemampuan di atasnya. Tidak mungkin, orang biasa bisa menekan orang lain hanya dengan tatapannya saja.Apalagi, pengawalnya berada di level master.Sekarang, opsi untuk menekan Awan dengan frontal, jelas tidak mungkin. Namun, Rocky masih bisa bersikap tenang, karena ia masih memiliki kartu tersembunyi lainnya di lengan bajunya."Sepupuku, sepertinya kamu tidak melatih anjingmu dengan baik. Lain kali, jika ku dengar ia masih menyalak sembarangan, aku tidak keberatan melempar mereka semua keluar jendela, langsung dari atas sini." Ucap Awan datar tapi syarat dengan ancaman nyata.Saat itu, Marisa yang penampilannya terlihat sangat berantakan setelah ditampar Awan, hendak duduk di sofa. Namun
Ucapan Awan tegas dan tidak bisa ditawar."Awan, jangan membuat ini menjadi sulit! Jangan sampai kami memaksamu." Raung Rocky kesal. Awan benar-benar tidak menghormati keluarganya dan bersikeras membuat posisinya berada dalam posisi tersudut. Bagaimana Rocky bisa bersabar?"Memaksaku? Saya ingin melihat bagaimana kalian bisa memaksaku!" Balas Awan acuh tak acuh.Wajah Rocky semakin gelap, "Baiklah, kamu sendiri yang memintanya."Rocky segera mengirim pesan pada bawahannya. Ia yakin, semua anak buahnya sudah bergerak untuk mendapatkan target mereka.Sebenarnya, ini hanyalah langkah terakhir yang ingin di ambil Rocky. Ia tidak percaya, jika ia akan mengeluarkan senjata terakhir ini untuk menekan Awan."Terakhir kali ku ingatkan, kamu menyerah atau kamu akan menyesal!"Awan menertawakan kalimat Rocky, "Menyesal? Baiklah, coba kita lihat, bagaimana tepatnya kamu ingin membuatku menyesal.""Kamu..." Napas Rocky memburu karena emosinya yang sudah penuh di dalam dadanya. "Baiklah, kamu sen
Sebuah cahaya emas melesat dengan kecepatan yang sulit diikuti oleh mata telanjang. Bahkan, para pengawal Rocky yang saat itu sedang menyandera Elena dan Vannesa, tidak menyadari ada bahaya yang datang mengancam nyawa mereka. Mereka bahkan tidak sempat bereaksi, saat cahaya kuning keemasan tersebut mendekati mereka. Keduanya hanya merasakan hawa dingin melintasi punggung mereka. Lalu, mata keduanya tiba-tiba terbelalak lebar, saat merasakan hawa dingin yang begitu menusuk, menembus tengah leher mereka. Kejadian tersebut begitu cepat dan keduanya terjatuh ke lantai dengan kondisi leher berlubang. Bahkan, bolongan yang ada di leher mereka, terlihat menghitam seperti tertembus besi panas dan membuat darah di dalamnya menguap. Baik Elena maupun Vannesa berteriak karena terkejut, melihat dua orang pria yang sebelumnya mengancam mereka, sekarang sudah terhempas ke lantai dalam kondisi sudah tidak bernyawa. "A-apa yang terjadi?" Semua orang memiliki pertanyaan yang sama, karena tidak ada
"Anda benar-benar sudah kembali, bos?" Tanya Vannesa haru. Ia melihat dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk dan lebih pada rasa rindu yang lama tertahan.Andai saja, tidak ada Elena dan Noura di sana, mungkin Vannesa tidak akan ragu untuk melompat ke dalam pelukan Awan untuk mengekspresikan perasaan bahagianya ketika mengetahui kabar luar biasa ini.Mereka saat ini berada di dalam ruangan Awan. Ruang ini sengaja disiapkan oleh Vannesa, khusus untuk Awan. Meski Awan tidak menjabat sebagai CEO lagi, namun status Awan adalah pemilik perusahaan dan juga dewan. Selain itu, ruangan Vannesa saat ini sedang dibersihkan oleh beberapa orang suruhan Awan, karena ternoda oleh darah Rocky dan pengawalnya. Sehingga tidak nyaman bagi mereka untuk bicara di sana."Menurut kamu?" Tanya Awan dengan senyum tipis memandang Vannesa.Vannesa dan Elena tampak begitu bahagia menyambut Awan kembali. Semua terasa sempurna, ketika Awan kembali di saat yang tepat dengan memberi pelajaran pada orang yang h