Awan sudah bersiap masuk ke dalam mobil dan menuju perusahaan RA Grup, sebelum sebuah suara lembut terdengar memanggil namanya lewat saluran telepatinya."Kak Awan?"Awan menghentikan langkahnya. Sudah cukup lama, ia tidak mendengar suara lembut ini, "Hanna?"Hanna terdengar melonjak bahagia, begitu panggilan bathinnya di balas oleh Awan."Ingatan kakak sudah kembali?" Tanya Hanna senang."Iya dan aku baru kembali hari ini. Tidak ku sangka, kamu menghubungiku lebih dulu.""Syukurlah, aku khawatir jika kakak tidak lagi bisa mengingatku selamanya." Ucap Hanna mengungkapkan ke khawatirannya."Ketika aku mendengar kakak mengalami kecelakaan dan dirawat, aku sempat memaksa pulang. Hanya saja, kak Rachel tidak mengijinkan. Karena tidak ada jaminan dari kakak tentang keamanan di sini. Dua minggu yang lalu, Hanna tidak bisa lagi menahan diri dan akhirnya nekat pulang sendiri ke sini tanpa sepengetahuan kak Rachel dan juga papa, mama. Tapi, saat Anna mendatangi rumah sakit, kak Awan ternyata s
"Tuan muda, anda tidak apa-apa?" Tanya Chintya cemas. Ia terkejut ketika melihat Awan membuat kakaknya menghilang secara ajaib, setelah menyentuhnya. Chintya tidak mengerti jelas apa yang sebenarnya dilakukan Awan. Tapi, ia yakin jika kakaknya saat ini berada di suatu tempat. Entah itu ada di mana, tapi ia yakin jika Awan mengirim Lana ke suatu tempat untuk melindungi seseorang dalam daftar Awan.Hanya saja, kekuatan seperti itu sepertinya memerlukan energi yang cukup besar. Pijakan Awan terlihat sedikit goyah setelah berhasil memindahkan Lana dengan kekuatan perpindahan ruangnya.Sebenarnya, Awan sekedar berspekulasi awalnya. Selama ini, dia bisa berpindah ruang dalam jarak seratus kilometer. Selama mata bathinnya mampu menjangkau tempat atau orang tertentu. Hanya saja, Awan belum pernah melakukannya dengan memindahkan orang lain sebelum ini. Satu-satunya yang pernah melakukan hal itu adalah Gumara, saat ia menguasai tubuh Awan.Ketika itu, Gumara berhasil mengirim tubuh Angel kembal
Calista yang menjadi sandera, merasakan jantungnya berdegup sangat cepat. Ia hawatir, jika pria yang sedang menyekap itu akan berbuat nekat dan ia bisa merasakan benda dingin yang sangat tajam, menekan lehernya.Saat itu, Calista akhirnya melihat sosok pemuda yang suaranya telah memberi kesan misterius di dalam hatinya.Calista tercengang!'Dia? Bukankah dia pemilik RA Grup itu? Saktiawan Sanjaya, atasan papa.'Calista tidak mengerti apa yang sedang terjadi dalam dirinya. Setelah melihat sosok Awan, semua rasa takut dalam dirinya, seakan menghilang dan tergantikan dengan perasaan aman. Awan berkata acuh tak acuh, "Sebaiknya, kamu lepaskan dia! Jika kamu melepaskannya, Paling tidak, aku akan memberimu kesempatan untuk pergi."Pria tersebut terlihat ragu dengan ucapan Awan yang terkesan memberinya jalan keluar yang mudah, "Apa jaminannya kamu akan melepaskanku? Di luar sana, pasti ada orang lain yang membantumu? Jika tidak, kamu tidak mungkin bisa melumpuhkan teman-temanku."Awan meren
"Bu Vannesa, mereka sudah datang." Lapor Freya, sekretaris Vannesa dengan wajah terlihat tegang.Tamu yang dimaksud oleh Freya, meninggalkan kesan yang buruk dalam memori Freya. Mengingat betapa kasarnya orang-orang ini ketika datang seminggu yang lalu. Mereka bahkan tidak menghormati Vannesa sebagai CEO di RA Grup karena kedatangan mereka justru untuk mengambil alih perusahaan.Orang-orang ini merasa percaya diri dan bisa bersikap sombong, karena mereka berasal dari keluarga Sanjaya. Seperti yang diketahui, RA Grup sendiri merupakan milik Awan yang juga berasal dari keluarga Sanjaya. Freya tidak ingin menebak, masalah apa yang sedang terjadi dalam internal keluarga Sanjaya. Namun yang jelas, sebagai orang biasa, ia tidak dapat menyinggung orang-orang dari keluarga berpengaruh ini. Sekarang, semenjak Awan membongkar skandal tujuh keluarga naga yang terlibat dalam sindikat organisasi bawah tanah, The Shadow. Membuat tujuh keluarga naga ini terusir dari negara ini. Secara otomatis, ha
Freya dan Elena masuk ke dalam ruangan. Namun, saat melihat apa yang sedang terjadi dalam ruangan, darah mereka menggelegak naik. Di sana, terlihat Rocky yang sedang coba melecehkan Vannesa. Saat keduanya masuk, mereka melihat tangan Rocky sedang coba menggerepe tubuh bagian atas Vannesa.Vannesa tampak panik dan berusaha melawan. Beruntung baginya, saat itu Elena dan Freya masuk. Sehingga Rocky menghentikan aksinya dengan wajah menahan kesal."Anda... beraninya anda melakukan itu pada CEO kami?" Tunjuk Freya ke muka Rocky dengan amarah yang sudah tidak mampu lagi ditahannya. Ia tidak peduli lagi dengan semua kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki Rocky, bahkan jika karena itu ia harus menyinggung keluarga besar Sanjaya sekalipun.Rocky menatap Freya dengan tatapan dingin, tidak menyangka jika wanita ini akan mampu mengonggong seperti itu di depannya.Freya sebenarnya cantik, tidak kalah dengan asisten pribadinya saat ini. Hanya saja, tatapan Rocky telah terlanjur mengunci kecantikan Va
"Kamu baik-baik saja kan, Fre?" Sapa Awan dengan senyum tenang menatap Freya. Ia bahkan mengelus bagian wajah Freya yang sebelumnya ditampar Rocky."B-bos?" Balas Freya dengan suara bergetar menahan tangis. Ia merasa lega dan bersyukur karena Awan berada di sana tepat waktu. Jika tidak, ia mungkin akan mengalami nasib yang sama dengan Rania.Namun, saat Awan menyentuh wajahnya, Freya sempat ingin menghindar. Ia tidak tahu maksud Awan menyentuh wajahnya, sampai ketika ujung jari Awan menyentuh pipinya, Freya merasakan hawa dingin nan lembut masuk ke pori-pori wajahnya.Hawa dingin tersebut memberi efek yang sangat menenangkan dan perlahan rasa panas yang dirasakan Freya di wajahnya mulai berkurang dan berganti dengan rasa nyaman yang belum pernah dirasakannya. Perasaan itu, bahkan melebihi nyamannya saat ia melakukan relaksasi terbaik sekalipun.Freya mungkin akan terlena karena saking nyamannya dengan sensasi tenang tersebut, jika saja Awan tidak bersuara saat itu."Sudah! Kamu baik-b
"Hai, apa yang kamu lakukan?" Hardik temannya yang berdiri tepat di sebelahnya.Pengawal tersebut tampak gugup dan tidak lagi berani mengangkat wajahnya untuk sekedar menatap Awan.Rocky tentu saja melihat hal itu dan itu membuat keningnya berkerut tajam. Sekarang, ia semakin yakin jika Awan memiliki kemampuan di atasnya. Tidak mungkin, orang biasa bisa menekan orang lain hanya dengan tatapannya saja.Apalagi, pengawalnya berada di level master.Sekarang, opsi untuk menekan Awan dengan frontal, jelas tidak mungkin. Namun, Rocky masih bisa bersikap tenang, karena ia masih memiliki kartu tersembunyi lainnya di lengan bajunya."Sepupuku, sepertinya kamu tidak melatih anjingmu dengan baik. Lain kali, jika ku dengar ia masih menyalak sembarangan, aku tidak keberatan melempar mereka semua keluar jendela, langsung dari atas sini." Ucap Awan datar tapi syarat dengan ancaman nyata.Saat itu, Marisa yang penampilannya terlihat sangat berantakan setelah ditampar Awan, hendak duduk di sofa. Namun
Ucapan Awan tegas dan tidak bisa ditawar."Awan, jangan membuat ini menjadi sulit! Jangan sampai kami memaksamu." Raung Rocky kesal. Awan benar-benar tidak menghormati keluarganya dan bersikeras membuat posisinya berada dalam posisi tersudut. Bagaimana Rocky bisa bersabar?"Memaksaku? Saya ingin melihat bagaimana kalian bisa memaksaku!" Balas Awan acuh tak acuh.Wajah Rocky semakin gelap, "Baiklah, kamu sendiri yang memintanya."Rocky segera mengirim pesan pada bawahannya. Ia yakin, semua anak buahnya sudah bergerak untuk mendapatkan target mereka.Sebenarnya, ini hanyalah langkah terakhir yang ingin di ambil Rocky. Ia tidak percaya, jika ia akan mengeluarkan senjata terakhir ini untuk menekan Awan."Terakhir kali ku ingatkan, kamu menyerah atau kamu akan menyesal!"Awan menertawakan kalimat Rocky, "Menyesal? Baiklah, coba kita lihat, bagaimana tepatnya kamu ingin membuatku menyesal.""Kamu..." Napas Rocky memburu karena emosinya yang sudah penuh di dalam dadanya. "Baiklah, kamu sen