Freya dan Elena masuk ke dalam ruangan. Namun, saat melihat apa yang sedang terjadi dalam ruangan, darah mereka menggelegak naik. Di sana, terlihat Rocky yang sedang coba melecehkan Vannesa. Saat keduanya masuk, mereka melihat tangan Rocky sedang coba menggerepe tubuh bagian atas Vannesa.Vannesa tampak panik dan berusaha melawan. Beruntung baginya, saat itu Elena dan Freya masuk. Sehingga Rocky menghentikan aksinya dengan wajah menahan kesal."Anda... beraninya anda melakukan itu pada CEO kami?" Tunjuk Freya ke muka Rocky dengan amarah yang sudah tidak mampu lagi ditahannya. Ia tidak peduli lagi dengan semua kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki Rocky, bahkan jika karena itu ia harus menyinggung keluarga besar Sanjaya sekalipun.Rocky menatap Freya dengan tatapan dingin, tidak menyangka jika wanita ini akan mampu mengonggong seperti itu di depannya.Freya sebenarnya cantik, tidak kalah dengan asisten pribadinya saat ini. Hanya saja, tatapan Rocky telah terlanjur mengunci kecantikan Va
"Kamu baik-baik saja kan, Fre?" Sapa Awan dengan senyum tenang menatap Freya. Ia bahkan mengelus bagian wajah Freya yang sebelumnya ditampar Rocky."B-bos?" Balas Freya dengan suara bergetar menahan tangis. Ia merasa lega dan bersyukur karena Awan berada di sana tepat waktu. Jika tidak, ia mungkin akan mengalami nasib yang sama dengan Rania.Namun, saat Awan menyentuh wajahnya, Freya sempat ingin menghindar. Ia tidak tahu maksud Awan menyentuh wajahnya, sampai ketika ujung jari Awan menyentuh pipinya, Freya merasakan hawa dingin nan lembut masuk ke pori-pori wajahnya.Hawa dingin tersebut memberi efek yang sangat menenangkan dan perlahan rasa panas yang dirasakan Freya di wajahnya mulai berkurang dan berganti dengan rasa nyaman yang belum pernah dirasakannya. Perasaan itu, bahkan melebihi nyamannya saat ia melakukan relaksasi terbaik sekalipun.Freya mungkin akan terlena karena saking nyamannya dengan sensasi tenang tersebut, jika saja Awan tidak bersuara saat itu."Sudah! Kamu baik-b
"Hai, apa yang kamu lakukan?" Hardik temannya yang berdiri tepat di sebelahnya.Pengawal tersebut tampak gugup dan tidak lagi berani mengangkat wajahnya untuk sekedar menatap Awan.Rocky tentu saja melihat hal itu dan itu membuat keningnya berkerut tajam. Sekarang, ia semakin yakin jika Awan memiliki kemampuan di atasnya. Tidak mungkin, orang biasa bisa menekan orang lain hanya dengan tatapannya saja.Apalagi, pengawalnya berada di level master.Sekarang, opsi untuk menekan Awan dengan frontal, jelas tidak mungkin. Namun, Rocky masih bisa bersikap tenang, karena ia masih memiliki kartu tersembunyi lainnya di lengan bajunya."Sepupuku, sepertinya kamu tidak melatih anjingmu dengan baik. Lain kali, jika ku dengar ia masih menyalak sembarangan, aku tidak keberatan melempar mereka semua keluar jendela, langsung dari atas sini." Ucap Awan datar tapi syarat dengan ancaman nyata.Saat itu, Marisa yang penampilannya terlihat sangat berantakan setelah ditampar Awan, hendak duduk di sofa. Namun
Ucapan Awan tegas dan tidak bisa ditawar."Awan, jangan membuat ini menjadi sulit! Jangan sampai kami memaksamu." Raung Rocky kesal. Awan benar-benar tidak menghormati keluarganya dan bersikeras membuat posisinya berada dalam posisi tersudut. Bagaimana Rocky bisa bersabar?"Memaksaku? Saya ingin melihat bagaimana kalian bisa memaksaku!" Balas Awan acuh tak acuh.Wajah Rocky semakin gelap, "Baiklah, kamu sendiri yang memintanya."Rocky segera mengirim pesan pada bawahannya. Ia yakin, semua anak buahnya sudah bergerak untuk mendapatkan target mereka.Sebenarnya, ini hanyalah langkah terakhir yang ingin di ambil Rocky. Ia tidak percaya, jika ia akan mengeluarkan senjata terakhir ini untuk menekan Awan."Terakhir kali ku ingatkan, kamu menyerah atau kamu akan menyesal!"Awan menertawakan kalimat Rocky, "Menyesal? Baiklah, coba kita lihat, bagaimana tepatnya kamu ingin membuatku menyesal.""Kamu..." Napas Rocky memburu karena emosinya yang sudah penuh di dalam dadanya. "Baiklah, kamu sen
Sebuah cahaya emas melesat dengan kecepatan yang sulit diikuti oleh mata telanjang. Bahkan, para pengawal Rocky yang saat itu sedang menyandera Elena dan Vannesa, tidak menyadari ada bahaya yang datang mengancam nyawa mereka. Mereka bahkan tidak sempat bereaksi, saat cahaya kuning keemasan tersebut mendekati mereka. Keduanya hanya merasakan hawa dingin melintasi punggung mereka. Lalu, mata keduanya tiba-tiba terbelalak lebar, saat merasakan hawa dingin yang begitu menusuk, menembus tengah leher mereka. Kejadian tersebut begitu cepat dan keduanya terjatuh ke lantai dengan kondisi leher berlubang. Bahkan, bolongan yang ada di leher mereka, terlihat menghitam seperti tertembus besi panas dan membuat darah di dalamnya menguap. Baik Elena maupun Vannesa berteriak karena terkejut, melihat dua orang pria yang sebelumnya mengancam mereka, sekarang sudah terhempas ke lantai dalam kondisi sudah tidak bernyawa. "A-apa yang terjadi?" Semua orang memiliki pertanyaan yang sama, karena tidak ada
"Anda benar-benar sudah kembali, bos?" Tanya Vannesa haru. Ia melihat dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk dan lebih pada rasa rindu yang lama tertahan.Andai saja, tidak ada Elena dan Noura di sana, mungkin Vannesa tidak akan ragu untuk melompat ke dalam pelukan Awan untuk mengekspresikan perasaan bahagianya ketika mengetahui kabar luar biasa ini.Mereka saat ini berada di dalam ruangan Awan. Ruang ini sengaja disiapkan oleh Vannesa, khusus untuk Awan. Meski Awan tidak menjabat sebagai CEO lagi, namun status Awan adalah pemilik perusahaan dan juga dewan. Selain itu, ruangan Vannesa saat ini sedang dibersihkan oleh beberapa orang suruhan Awan, karena ternoda oleh darah Rocky dan pengawalnya. Sehingga tidak nyaman bagi mereka untuk bicara di sana."Menurut kamu?" Tanya Awan dengan senyum tipis memandang Vannesa.Vannesa dan Elena tampak begitu bahagia menyambut Awan kembali. Semua terasa sempurna, ketika Awan kembali di saat yang tepat dengan memberi pelajaran pada orang yang h
Saat itu, Awan berniat untuk segera pergi dan melanjutkan urusannya yang lain. Tapi, ponselnya kembali berdering."Bibi Chalorte?" Awan merasa heran, padahal itu belum sampai tiga puluh menit. Awan mengira jika Charlote menghubunginya karena permintaan yang ia ajukan pada Charlote sebelumnya.Saat Awan menjawab panggilan telopon Charlote, suara tegang bibinya terdengar dari seberang sana, "Awan, apa kamu sedang berada di RA Grup?""Iya, benar. Kenapa, bi?" "Apa kamu melakukan sesuatu pada Rocky?"Kening Awan sedikit berkerut, ia menduga bibinya pasti telah mendapat kabar tentang apa yang terjadi pada Rocky dan sepertinya ada perkembangan yang tidak biasa dalam klan Sanjaya. Jika tidak, bibinya itu tidak mungkin sampai setegang ini."Iya, aku telah membuatnya lumpuh. Saat ini, ia sudah dibawa oleh orang-orangnya pergi dan mungkin juga telah memberitahu keluarganya tentang apa yang terjadi." Jawab Awan apa adanya."Apa?" Charlote syok mendengar Awan mengatakan bahwa ia telah melumpuh
Hari itu, beberapa berita besar langsung viral. Salah satunya, adalah kehancuran kelompok gengster black bull. Banyak berita liar berkembang seiring dengan menghilangnya satu dari lima kelompok gengster paling berkuasa di ibu kota ini. Ada yang mengatakan, jika geng Black Bull di serang oleh salah satu dari lima kelompok besar penguasa bawah tanah. Namun tidak sedikit juga yang membantahnya, terutama dari mereka yang berasal dari salah satu kelompok ini. Mereka tahu, jika selama ini hanya terdapat perbedaan tipis dari masing-masing kekuatan kelompok penguasa dunia bawah tanah. Mustahil, ada kelompok lain yang bisa menghancurkan gengster Black Bull tanpa ketahuan sama sekali. Mengingat, kehancuran kelompok gengster ini terjadi dengan sangat cepat dan tanpa meninggalkan jejak sama sekali. Ada pula yang menduga, menghilangnya Black Bull karena disebabkan oleh pasukan militer yang sengaja menargetkan mereka. Namun apa alasannya? Selama ini, militer justru tidak berani terlibat dalam urus
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,