"Hai, apa yang kamu lakukan?" Hardik temannya yang berdiri tepat di sebelahnya.Pengawal tersebut tampak gugup dan tidak lagi berani mengangkat wajahnya untuk sekedar menatap Awan.Rocky tentu saja melihat hal itu dan itu membuat keningnya berkerut tajam. Sekarang, ia semakin yakin jika Awan memiliki kemampuan di atasnya. Tidak mungkin, orang biasa bisa menekan orang lain hanya dengan tatapannya saja.Apalagi, pengawalnya berada di level master.Sekarang, opsi untuk menekan Awan dengan frontal, jelas tidak mungkin. Namun, Rocky masih bisa bersikap tenang, karena ia masih memiliki kartu tersembunyi lainnya di lengan bajunya."Sepupuku, sepertinya kamu tidak melatih anjingmu dengan baik. Lain kali, jika ku dengar ia masih menyalak sembarangan, aku tidak keberatan melempar mereka semua keluar jendela, langsung dari atas sini." Ucap Awan datar tapi syarat dengan ancaman nyata.Saat itu, Marisa yang penampilannya terlihat sangat berantakan setelah ditampar Awan, hendak duduk di sofa. Namun
Ucapan Awan tegas dan tidak bisa ditawar."Awan, jangan membuat ini menjadi sulit! Jangan sampai kami memaksamu." Raung Rocky kesal. Awan benar-benar tidak menghormati keluarganya dan bersikeras membuat posisinya berada dalam posisi tersudut. Bagaimana Rocky bisa bersabar?"Memaksaku? Saya ingin melihat bagaimana kalian bisa memaksaku!" Balas Awan acuh tak acuh.Wajah Rocky semakin gelap, "Baiklah, kamu sendiri yang memintanya."Rocky segera mengirim pesan pada bawahannya. Ia yakin, semua anak buahnya sudah bergerak untuk mendapatkan target mereka.Sebenarnya, ini hanyalah langkah terakhir yang ingin di ambil Rocky. Ia tidak percaya, jika ia akan mengeluarkan senjata terakhir ini untuk menekan Awan."Terakhir kali ku ingatkan, kamu menyerah atau kamu akan menyesal!"Awan menertawakan kalimat Rocky, "Menyesal? Baiklah, coba kita lihat, bagaimana tepatnya kamu ingin membuatku menyesal.""Kamu..." Napas Rocky memburu karena emosinya yang sudah penuh di dalam dadanya. "Baiklah, kamu sen
Sebuah cahaya emas melesat dengan kecepatan yang sulit diikuti oleh mata telanjang. Bahkan, para pengawal Rocky yang saat itu sedang menyandera Elena dan Vannesa, tidak menyadari ada bahaya yang datang mengancam nyawa mereka. Mereka bahkan tidak sempat bereaksi, saat cahaya kuning keemasan tersebut mendekati mereka. Keduanya hanya merasakan hawa dingin melintasi punggung mereka. Lalu, mata keduanya tiba-tiba terbelalak lebar, saat merasakan hawa dingin yang begitu menusuk, menembus tengah leher mereka. Kejadian tersebut begitu cepat dan keduanya terjatuh ke lantai dengan kondisi leher berlubang. Bahkan, bolongan yang ada di leher mereka, terlihat menghitam seperti tertembus besi panas dan membuat darah di dalamnya menguap. Baik Elena maupun Vannesa berteriak karena terkejut, melihat dua orang pria yang sebelumnya mengancam mereka, sekarang sudah terhempas ke lantai dalam kondisi sudah tidak bernyawa. "A-apa yang terjadi?" Semua orang memiliki pertanyaan yang sama, karena tidak ada
"Anda benar-benar sudah kembali, bos?" Tanya Vannesa haru. Ia melihat dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk dan lebih pada rasa rindu yang lama tertahan.Andai saja, tidak ada Elena dan Noura di sana, mungkin Vannesa tidak akan ragu untuk melompat ke dalam pelukan Awan untuk mengekspresikan perasaan bahagianya ketika mengetahui kabar luar biasa ini.Mereka saat ini berada di dalam ruangan Awan. Ruang ini sengaja disiapkan oleh Vannesa, khusus untuk Awan. Meski Awan tidak menjabat sebagai CEO lagi, namun status Awan adalah pemilik perusahaan dan juga dewan. Selain itu, ruangan Vannesa saat ini sedang dibersihkan oleh beberapa orang suruhan Awan, karena ternoda oleh darah Rocky dan pengawalnya. Sehingga tidak nyaman bagi mereka untuk bicara di sana."Menurut kamu?" Tanya Awan dengan senyum tipis memandang Vannesa.Vannesa dan Elena tampak begitu bahagia menyambut Awan kembali. Semua terasa sempurna, ketika Awan kembali di saat yang tepat dengan memberi pelajaran pada orang yang h
Saat itu, Awan berniat untuk segera pergi dan melanjutkan urusannya yang lain. Tapi, ponselnya kembali berdering."Bibi Chalorte?" Awan merasa heran, padahal itu belum sampai tiga puluh menit. Awan mengira jika Charlote menghubunginya karena permintaan yang ia ajukan pada Charlote sebelumnya.Saat Awan menjawab panggilan telopon Charlote, suara tegang bibinya terdengar dari seberang sana, "Awan, apa kamu sedang berada di RA Grup?""Iya, benar. Kenapa, bi?" "Apa kamu melakukan sesuatu pada Rocky?"Kening Awan sedikit berkerut, ia menduga bibinya pasti telah mendapat kabar tentang apa yang terjadi pada Rocky dan sepertinya ada perkembangan yang tidak biasa dalam klan Sanjaya. Jika tidak, bibinya itu tidak mungkin sampai setegang ini."Iya, aku telah membuatnya lumpuh. Saat ini, ia sudah dibawa oleh orang-orangnya pergi dan mungkin juga telah memberitahu keluarganya tentang apa yang terjadi." Jawab Awan apa adanya."Apa?" Charlote syok mendengar Awan mengatakan bahwa ia telah melumpuh
Hari itu, beberapa berita besar langsung viral. Salah satunya, adalah kehancuran kelompok gengster black bull. Banyak berita liar berkembang seiring dengan menghilangnya satu dari lima kelompok gengster paling berkuasa di ibu kota ini. Ada yang mengatakan, jika geng Black Bull di serang oleh salah satu dari lima kelompok besar penguasa bawah tanah. Namun tidak sedikit juga yang membantahnya, terutama dari mereka yang berasal dari salah satu kelompok ini. Mereka tahu, jika selama ini hanya terdapat perbedaan tipis dari masing-masing kekuatan kelompok penguasa dunia bawah tanah. Mustahil, ada kelompok lain yang bisa menghancurkan gengster Black Bull tanpa ketahuan sama sekali. Mengingat, kehancuran kelompok gengster ini terjadi dengan sangat cepat dan tanpa meninggalkan jejak sama sekali. Ada pula yang menduga, menghilangnya Black Bull karena disebabkan oleh pasukan militer yang sengaja menargetkan mereka. Namun apa alasannya? Selama ini, militer justru tidak berani terlibat dalam urus
"Kamu kenapa, Nak? Pulang sambil senyum-senyum begitu?" Sapa Mama Calista yang merasa heran melihat wajah putrinya berseri-seri ketika kembali ke rumah. Sebagai seorang wanita dewasa dan juga seorang ibu, Aleya dangat paham dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh anak gadis semata wayangnya tersebut. "Hmn, mama? Gak kenapa-kenapa kok, ma. Aku biasa saja." Jawab Calista terkejut mendapati mamanya ternyata sedang duduk di ruang tamu. Tidak hanya itu, mamanya bahkan menangkap basah dirinya yang sedang tersenyum karena bahagia. Calista sendiri tidak mengerti, dengan perasaan yang melanda dirinya saat ini. Setelah kejadian siang tadi, Calista justru merasa seperti melayang-layang. Layaknya seorang putri yang bertemu dengan pangeran tampan impiannya. "Tidak kenapa-kenapa, kok kamu senyum-senyum begitu? Cerita sama mama, apa yang terjadi? Wajahmu gak bisa berbohong." Ucap mama Calista dengan penuh kedewasaan. Ini adalah pertama kalinya ia melihat anak gadisnya bereaksi seperti ini. Jadi, ti
Keesokan malamnya, keluarga Albert datang ke AW Resto dengan penampilan terbaik mereka. Bersamanya, terdapat istrinya dan juga putrinya.Penampilan menawan ibu dan anak ini, membuat semua mata langsung tertuju pada mereka, begitu Albert bersama keluarganya memasuki pintu resto.Aleya sendiri, meski usianya saat ini hampir mendekati lima puluhan, masih terlihat begitu mempesona dengan karakter dewasanya. Sehingga tidak heran, begitu semua mata melihat ke arah putrinya, mereka dapat menebak darimana kecantikan yang luar biasa indah ini berasal.Calista malam ini, terlihat begitu indah dan menjadi perhatian utama.Meski pakaian dan riasan yang dikenakannya tidak begitu menojol. Namun, dengan kecantikan alami yang ia miliki, membuat atribut apapun yang melekat ditubuhnya, terlihat seakan padu dengan dirinya. Hanya saja, ekspresi Calista terlihat datar dan cenderung ada jejak kesedihan di sana.Ya, setelah seharian ini, mamanya berulang kali menyakinkannya untuk menerima perjodohan ini, de