Dengan adanya 9 dewa perang dan juga ketua sekte Flamis di dekat Awan, membuat musuh berpikir ulang untuk berpikir bisa menyerang frontal seperti sebelumnya. Apalagi mantan ketua klan dari tujuh keluarga naga ini sangat paham dengan situasi ini, mereka pernah berhadapan dengan 9 dewa perang andalan keluarga Sanjaya ini dimasa lalu. Kenangan tersebut jelas tidak berakhir manis bagi mereka dan itu membuat mereka ragu untuk maju duluan.Praktis mereka menunggu dua dari lima pemimpin the Shadow untuk memberi instruksi. Justice melirik Surai Hijau sejenak, mereka memiliki pikiran yang sama saat itu. Bergabungnya para dewa perang Sanjaya, akan membuat arah pertarungan sedikit berubah. Menyerang Awan tidak akan sama mudahnya dengan beberapa menit sebelumnya.Bagi mereka yang sudah mencapai level grandmaster akhir seperti Justice ataupun Surai Hijau, mereka dapat langsung mengukur kemampuan lawan berdasarkan pancaran intent yang dikeluarkan. Seakan sudah memiliki pemahaman yang sama, kedua
Melihat Awan tinggal sendiri tanpa pengawalan, tujuh orang pewaris utama dari setiap keluarga Naga coba memanfaatkan kesempatan. Mereka ingin memberikan kesan yang baik untuk menorehkan reputasi mereka sendiri. Mereka begitu yakin dapat merobohkan Awan dengan menggabungkan serangan.Sudut bibir Awan tertarik sedikit lebar, ia menertawakan kebodohan tujuh orang ini. "Bagus, jika kalian menjadi yang pertama menghadapiku. Tapi, terlalu cepat bagi kalian ingin coba melawanku."Saat itu, sekelompok bayangan lain ternyata berhasil masuk ke dalam aula. Mereka dengan serentak menghadang serangan tujuh pewaris kaya ini.Duuaaarr.Sekelompok bayangantersebut berhasil menahan dan menorong mundur serangan tujuh pewaris kaya."Hahaha, terlalu cepat jika kalian pikir dapat menghadapi ketua kami."Lukman Jati terkesiap begitu menyadari masih ada yang akan menghalangi mereka untuk melumpuhkan Awan, disaat mereka berpikir itu adalah kesempatan emas bagi mereka bisa melumpuhkan Awan dan itu membuat ra
Stefen segera bergerak dan memimpin pasukan biru klan Sanjaya dan juga pasukan elit dari klan Atmaja keluar. Mereka telah menunggu cukup lama dan tidak langsung menyerbu masuk, karena menunggu momen ini."Semuanya dengarkan! Hari ini akan kita bantai seluruh musuh yang merongrong keluarga dan juga ketua klan kita. BANTAAIII.." Teriak Stefen lantang menyemangati seluruh pasukan."BANTAAIIII.." Jawab ratusan orang dibelakangnya.Mereka langsung bergerak maju, begitu Stefen melompat ke arah musuh.Gelombang pasukan the Shadow terlihat goyah begitu ratusan pasukan pimpinan Stefen memasuki arena perang. Kekuatan pasukan elit klan Atmaja akan diuji untuk pertama kalinya dalam medan perang dengan musuh-musuh kuat didalamnya.Pertempuran berlangsung begitu sengit, tampak tidak ada satupun yang akan mengendurkan serangan mereka. Tidak peduli berapa pun luka dan banyaknya darah yang keluar dari tubuh mereka. Selama mereka masih bisa mengangkat senjata, mereka akan tetap selalu bangkit dan berta
"Iya, mungkin nama kita tidak terlalu dikenal oleh keluarga kelas atas." Sahut yang lainnya terkekeh.Satunya langsung terpingkal, "Bukan salah kita, seharusnya ketua ikut mendeklarasikan diri sebagai naga baru di tanah air. Jadi, tidak akan ada yang mengatakan tidak kenal dengan kita lagi.""Kalian terlalu banyak bicara. Ingat! Tujuan kita kesini karena ketua. Cepat selesaikan! Setelah itu kita kembali pulang." Ujar yang lainnya dengan cemberut.Stefen hanya bengong melihat bagaimana orang tua ini saling berdebat dengan gaya canda mereka masing-masing."Kamu jangan hiraukan mereka, anak muda. Perkenalkan! Kami adalah mantan Seventh Devil klan Atmaja. Meski disebut seventh devil, namun kenyataannya kami hanya berlima sekarang. Saya Rahmad dan mereka adalah rekan-rekan saya, Abe, Jaludin, Leviathan dan Tomo." Ujar Rahmad sembari memperkenalkan rekan-rekannya satu persatu.Stefen seketika merasakan kekaguman dalam hatinya. Sebagai orang kelas atas, tentu saja ia sudah mengenal siapa ora
"hehehe, sekarang tidak akan ada lagi yang menganggu pertarungan kita bocah."Justice terlihat begitu percaya diri dan terkesan sudah mengunci kematian Awan ditangannya.Awan disisi lain hanya mendengus dingin, ia sama sekali tidak menganggap Justice alias Alexander."Pak tua, apa kamu tidak malu menganggap ini sebagai pertarungan? Karena yang kulihat, kamu hanya seperti pecundang yang kalah dan tidak memiliki nyali, lalu membawa orang lain membantumu untuk mengalahkanku. Atau roh sesat sepertimu tidak tau apa arti bertarung yang sebenarnya?" Kata Awan mengejek.Ekspresi Alexander berubah gelap, kata-kata Awan sangat tepat dan menginjak-injak seluruh harga dirinya. Ia hampir lupa, kalau pria yang dianggapnya bocah itu sangat lihat dalam olah kata. "Terserah apa katamu, bocah! Karena pada kenyataannya, aku lah yang akan membunuhmu, lalu mengambil alih tubuhmu."Awan mendecis, "Cuih, apa kamu sebegitu tidak berharganya, pak tua? Bahkan kamu masih membutuhkan tubuhku? Mungkin sudah saat
Padahal pertarungan antara dirinya dengan Awan, baru terjadi beberapa hari yang lalu. Sekarang, kekuatan Huo bahkan sudah sedikit mengunggulinya. Bagaimana Alexander tidak cemburu dengan perbedaan tersebut?"Mati lah kalian berdua." Teriak Alexander seperti orang gila.Seakan tidak terima dengan keadaannya, Alexander seperti kehilangan kewarasannya. Seluruh tubuhnya juga sekarang dilingkupi penuh oleh api hitam berwarna pekat keunguan. Tidak hanya itu, perlahan tubuhnya mulai membesar menjadi dua kali lipat dari tubuh manusianya dan menunjukkan wujud aslinya."Astaga! Justice sudah gila. Apa dia berniat membakar seluruh bangunan ini?" Decak Hilda sang dewi kehancurannya the Shadow. Ia adalah salah satu dari lima petinggi organisasi The Shadow. Saat itu, ia juga bersiap menunggu perintah dari madam Gao, pimpinan pertama the Shadow. Hanya saja, nenek tua tersebut terlihat begitu santai, seakan begitu menikmati semua pertempuran itu sebagai pertunjukkan yang dapat memberinya hiburan.Di
Setelah kepergian Helena, madam Gao memerintahkan seorang pelayan untuk mengambilkannya kursi. Ia tampak begitu santai menyaksikan berbagai pertarungan di dalam aula. Ia bahkan tidak terpengaruh dengan kuatnya guncangan yang berulang kali terjadi akibat pertarungan.Bangunan aula manor Sanjaya yang semula mewah dan juga megah itu, sekarang tidak ubahnya bak kapal pecah. Wajar saja, Helena terlihat sangat histeris melihat keadaan semerawut seperti itu.Kembali pada pertarungan Awan.Surai Hijau melihat Awan teralihkan dengan pertarungan antara sosok mistisnya melawan Justice, langsung bergerak coba mengambil kesempatan."Matilah kau, bocah!"Sinar hijau pekat seperti giok muncul di kedua sisi lengan Surai Hijau.Gerakannya begitu senyap dan langsung menyasar titik vital Awan.Hanya saja, Surai Hijau terlalu percaya diri jika menyangka Awan lengah dan mengabaikan keberadaan dirinya. Sejatinya, setiap pergerakan musuh tidak luput dari pengamatannya. Indera ketujuhnya sudah aktif sedari t
Puluhan ribu pasukan militer tampak bersiaga penuh dalam radius jarak 10 hingga 15 kilometer dari pusat kediaman Sanjaya. Semua masyarakat sipil segera diamankan, begitu tamu terakhir memasuki gerbang terluar kediaman Sanjaya.Mereka sudah menangkap sinyal darurat dan segera diberlakukannya keadaan darurat militer dari zona yang telah ditetapkan berbahaya, begitu pertempuran antara dua kekuatan besar yag diwakili oleh Awan dengan keluarga tirinya yang dibekingi aliansi 7 keluarga naga dan juga the Shadow.Tentu saja, militer tidak dapat memprediksi atau bahkan memastikan hasil seperti apa yang akan terjadi didalam sana. Mencegah korban yang tidak bersalah dan menahan konflik meluas dan tidak keluar dari dalam sana, menjadi prioritas utama mereka.Bahkan para wartawan yang sebelumnya berkumpul di gerbang terluar kediaman Sanjaya, terlihat begitu penasaran dengan apa yang dilakukan oleh pasukan militer disana. Namun, mereka tidak bisa berbuat banyak ataupun berani bertanya lebih lanjut.