"Mulutmu ternyata lebih hebat dari kemampuanmu, bocah! Apa begitu caramu bicara dengan kakekmu?" Geram Justice kesal. "Kakekku? Jangan melebih-lebihkan dirimu dengan membuat pernyataan sampah seperti ini. Aku.. tidak memiliki kakek sampah seperti anda. Aku hanya punya seorang kakek dan dia adalah orang yang telah mengalahkanmu dan meninggalkan bekas luka itu di tubuhmu. Lalu, ayahku juga mengalahkanmu. Mungkin kita perlu mengulangi pertarungan lagi, untuk melihat siapa yang lebih baik." "Namun, aku khawatir hasil akhirnya akan mengecewakanmu. Karena roh sesat sepertimu, pada akhirnya harus kalah oleh tiga generasi berturut-turut, Alexander Sanjaya. Kamu tidak pernah menang ketika masih memiliki tubuh utuh orang tua itu, apalagi dengan tubuh fana yang kamu miliki sekarang." Awan menyedari hal ini, ketika ia pertama kali bertemu dengan leluhurnya dan mempelajari tentang kekuatan indera ketujuhnya. Disana ia menemukan dua kekuatan yang tidak asing baginya, satu adalah milik Ayahnya da
"Nona, apa anda yakin akan melakukan ini?" Pisces bertanya ragu ketika Elisa mengungkapkan keinginannya. Sebagai pengawal pribadi Elisa, Pisces mengingatkan resiko yang akan ditanggung Elisa jika nekat melakukan apa yang ia perintahkan padanya. Awan adalah musuh nomor satu keluarga Jati, serta enam keluarga naga lainnya. Membantunya sama saja membuat mereka berada di sisi yang sama dengan Awan dan menjadi musuh dari aliansi naga ini. Satu kalimat itu saja, sudah cukup membuat Elisa dianggap sebagai pengkhianat keluarga nantinya. Pisces mencemaskan nasib Elisa, keluarganya bahkan tidak akan ragu menghukum mati mereka jika sampai ketahuan. Elisa tidak menunjukkan keraguan sedikitpun, "Iya. Apa kamu mau membantuku?" Elisa balik bertanya. Pisces menarik napas cukup dalam, ia tidak memiliki pilihan lain. Ia memang satu dari 12 zodiak pelindung keluarga Jati, kesetiaan mereka seharusnya penuh dan tunduk pada perintah kepala keluarga. Namun, setelah sekian lama menjadi pengawal pribadinya
Mendengar itu, Leo langsung mengambil posisi tegap dan sedikit menunduk. Ia tidak meragukan sama sekali, karena yang bicara adalah putri dari tuan besarnya, "Katakan, nona. Apapun itu akan saya lakukan sebisa mungkin." Elisa tertawa dalam hati, melihat betapa mudah rencananya berjalan. "Kamu segera pergi ke gerbang timur dan bawa dua orang bersamamu. Disini, biar Pisces dan dua orang lainnya yang menjaganya." Ucap Elisa lagi dengan serius. Ia awalnya ingin menyuruh mereka semua pergi dari sana, tapi itu akan terkesan sangat mencurigakan. Sehingga, Elisa sengaja mengubah strateginya dan menyisakan dua orang untuk tinggal. Kalau hanya dua orang itu saja, Pisces pasti dapat menyelesaikan mereka dengan mudah. "Tapi... Bukankah musuh sudah masuk ke dalam manor, kenapa kami harus menjaga gerbang timur?" Tanya Leo ragu dan sedikit curiga. Adapun Elisa, ia langsung melotot pada Leo, "Apa kamu tidak tahu, ayahku sudah merencanakan hal ini dengan sangat teliti? Tentu saja musuh kita tidak
Nenek Chiyo tersenyum tenang, "Tidak usah cemas, Nak. Dia memang datang untuk menyelamatkanmu." Selanjutnya, Nenek Chiyo beralih menatap Elisa. "Nak, kamu tahu keputusanmu ini akan membuatmu susah. Kamu bisa dimusuhi oleh keluargamu sendiri, apa kamu sudah siap dengan itu?" Elisa terkesiap, "Anda... bagaimana nenek bisa tahu? Siapa anda sebenarnya?" Nenek Chiyo terkekeh, "Tidak penting siapa diriku. Yang penting, seberapa yakin kamu dengan rencanamu?" Melihat Nenek Chiyo tidak ingin menyebutkan siapa dirinya, Elisa menyerah untuk bertanya lebih lanjut. Ia segera menjawab pertanyaan nenek Chiyo, "Sangat yakin. Semua orang sedang teralihkan, jadi kita bisa kabur sekarang." "Bukankah, ada yang menjaga ruangan ini diluar?" Tanya Gina khawatir. Elisa tersenyum santai, "Jangan khawatir, mereka sudah diurus oleh orangku." Elisa memimpin Gina dan nenek Chiyo untuk keluar. Saat mereka keluar, dua orang master yang menjaga ruangan sebelumnya sudah tergeletak pingsan di luar ruangan. Tam
Pertempuran berlangsung begitu sengit di dalam aula, mereka yang tidak sempat menghindar mati sia-sia. Tidak terhitung jumlah korban yang tewas, baik yang mayatnya bergelimpangan di dalam aula atau hancur menjadi abu terhapus ke udara terkena serangan api neraka milik Awan.Sedangkan mereka yang hanya memiliki kemampuan rata-rata harus berjuang keras untuk menghindar dan sebagian lainnya melarikan diri untuk menyelamatkan seutas nyawa mereka.Pertempuran itu bukan lagi pertempuran yang biasa mereka lihat, tapi sudah meningkat layaknya pertempuran antar dewa. Bagaimana mungkin mereka masih berani untuk berdiam diri disana? Walau hanya sekedar berdiam diri untuk menyaksikannya.Justice bersama Surai Hijau memimpin ratusan orang dari aliansi naga dan juga anggota the Shadow untuk menaklukan Awan.Angel ditarik oleh Hadi dan yang lainnya untuk menjauh, tentu saja ia tidak lagi memiliki keberanian untuk berbuat nekat memprovokasi Awan seperti sebelumnya. Melihat betapa mengerikannya kekuat
Melihat keraguan dimata Hadi, Vino segera berkata, "Abang jangan khawatir. Karena kita berada di pihak yangh sama. Abang bisa mempercayakan dia padaku, aku akan menjaganya dengan nyawaku sendiri. Jadi, abang dapat memobilisasi kekuatan kita untuk membantu mereka yang saat ini sedang bertarung melawan Awan. Aku yakin, bajingan Awan itu akan lebih cepat ditundukkan."Mendengar itu, ekspresi Hadi berubah lebih cerah. Keinginan terbesarnya saat ini, tentu saja melenyapkan Awan dan mengklaim kembali hak warisnya dan juga memiliki Angel tanpa ada yang menghalangi.Hadi tidak meragukan sedikitpun ucapan Vino, karena keluarga Jati adalah pendukung keluarganya. Jadi, tidak mungkin Vino akan berani mengkhianatinya."Kamu benar. Baiklah, kalau begitu aku titipkan wanitaku padamu."Vino tersenyum tenang, "Tentu saja! Percayakan padaku, bro. Aku jamin ia tidak akan kemana-mana."Hadi tertawa puas, dia menyempatkan untuk menatap Angel sebentar. Matanya penuh dengan rencana licik, "Lihat saja! Aku a
Angel bukan wanita bodoh yang akan percaya begitu saja, hanya karena Vino mengatakan jika itu adalah perintah Awan. Ia sangat waspada, jika Vino memiliki rencana licik dibenaknya. Apalagi, Vino secara terangan-terangan pernah mengejarnya di masa lalu."Tidak mungkin kamu akan melakukannya begitu saja. Siapa Awan bagimu? Kalian bahkan tidak saling kenal sebelumnya." Tanya Angel sinis.Vino menarik nafas kesal, "Awan adalah tuanku." Ucap Vino tegas.Angel menyipitkan matanya, "Buktikan! Potong satu jarimu jika benar Awan adalah tuanmu."Vino segera mengeluarkan sebuah pisau kecil yang selama ini selalu dibawanya, tanpa ragu ia memotong satu jarinya. Ia kesakitan dan seluruh wajahnya sampai memerah karena menahan rasa sakit, tapi ia berusaha keras agar suaranya tidak keluar. Satu kelingkingnya putus dan Vino bahkan sudah bersiap untuk memotong satu jarinya yang lain jika saja Angel tidak segera menghentikannya, "Cukup, hentikan!"Angel sudah bisa yakin sekarang. Ia sudah mengenal Vino cu
Meski begitu, Awan tidak ingin mengekspos sedikitpun kelemahannya pada musuh. Dengan cuek ia berkata, "Kenapa? Apa kamu sudah kelelahan, pak tua?""Hahaha, kamu masih bisa bersikap sombong disaat seperti ini? Baiklah, mari kita bermain sedikit lagi.""Semuanya pasang formasi! Segera taklukan bocah ini!"Segera, semua orang membuat fomasi melingkar dengan beberapa titik dengan susunan aneh dibagian tengah formasi. Surai Hijau dan Justice menjadi pusat dari formasi lingkaran ini.Awan merasakan sedikit kecemasan dalam hatinya, ia tidak memiliki pengalaman bertarung menghadapi sebuah kelompok yang mahir dengan formasi sebelumnya."Sial, ini sangat bahaya brother. Segera keluar! jangan sampai kita terjebak dalam formasi mereka." Suara Huo terdengar mengingatkan.Awan sepemikiran dengan Huo, karena itu ia coba melompat keluar untuk menghindari perangkap dalam formasi."Mau keluar? Jangan mimpi, bocah!"Formasi ternyata sudah aktif dan Awan sedikit terlambat bereaksi. Ia terkunci dan terlem