Mendapatkan Hanna, tunduk pada keinginannya. Tidak membuat Eriel menjadi lebih baik. Sebaliknya, ia justru suka berlaku kasar dan suka membentak Hanna tergantung suasana hatinya ketika itu, jika saja Hanna terlambat membalas pesannya atau tidak mengindahkan ucapannya.Puncaknya, kejadian di kampus beberapa hari yang lalu. Teman-teman Hanna dan juga temannya Awan, seperti Farhan, Yuma dan Yanuar, duduk di meja tempat Hanna makan. Saat itu, ada Eriel bersama Hanna.Eriel langsung mengusir ketiganya dengan kasar. Tentu saja Farhan dan yang lainnya sangat terkejut, apalagi ketika mereka melihat ketidak berdayaan Hanna yang melihat mereka di usir dengan cara seperti itu.Tujuan mereka bertiga makan di meja Hanna, jelas karena mengkhawatirkan kondisi Hanna dan berniat untuk membela Hanna, karena mereka banyak menemukan keganjilan sikap Hanna selama dekat dengan Eriel. Namun, mereka tidak menyadari siapa orang yang hendak mereka ajak bicara.Ketika mereka hendak bicara, namun yang terjadi s
"Tidak." Rachel menggeleng tegas. Ia mengira Awan sedang kehilangan rasionalitasnya demi melindungi keluarganya, karena itu Rachel melarang tegas Awan untuk ikut campur demi keselamatannya sendiri. Rachel tahu Awan memang nekat, ia menjadi saksi ketika Awan menyerang komplotan geng motor demi menyelamatkan Renata waktu sekolah dulu. Meski tidak melihatnya langsung, namun cerita itu telah menyebar luas di kalangan sekolah.Namun, musuhnya kali ini bukan kelompok geng motor. Mereka adalah keluarga Thomas, satu dari sembilan keluarga naga. Hanya kematian yang menunggu Awan, jika ia tetap melawan Eriel Thomas.Awan hanya tertawa ringan mendengar kecemasan Rachel, karena itu ia menjelaskan, "Kamu mungkin belum tahu ini, Chel." Awan menatap Hanna sesaat, lalu segera menambahkan, "Hanna tidak menceritakannya padamu selama ini, karena ia tidak ingin kamu berubah sikap terhadapku."Rachel tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan Awan, ia menatap Hanna, namun adiknya memilih diam dan membiark
Beep beepSebuah notifikasi pesan masuk menganggu ketenangan Hanna. Ia sangat gugup setiap kali melihat pesan masuk, terutama yang berasal dari satu nama yang sama."Bukalah! Apa pesannya?" Ucap Awan meyakinkan Hanna.Hanna membuka pesan tersebut dengan sedikit ragu, ia sudah bisa menebak apa isi pesannya. Sesuai dugaannya, Eriel meminta Hanna bertemu saat ia selesai kuliah siang ini. Eriel sama sekali tidak peduli, meski Hanna masih ada jam kuliah di waktu tersebut.Hanna menyerahkan ponselnya pada Awan.Awan membaca pesan tersebut tanpa ekspresi, ia lalu kembali menyodorkan hp Hanna kembali dan berkata, "Turuti keinginannya.""Tapi, kak Awan..." Ujar Hanna ragu. Jelas ia tidak ingin lagi bertemu dengan pria bernama Eriel tersebut. Awan mengerti kalau Hanna tentunya keberatan untuk bertemu Eriel saat ini, karena itu Awan buru-buru menjelaskan maksudnya, "Kita tidak akan bisa menghukumnya jika tidak bertemu dengannya bukan? Ajak dia bertemu di Kantin utama kampus. Aku akan menyiapkan
Anggota markas klan anjing, adalah orang-orang yang diseleksi langsung dengan metode khusus Awan. Mereka adalah pasukan gila yang siap mati dan tentu saja dengan kemampuan lebih mengerikan daripada seorang biasa yang telah melewati tahap awakening.Topan langsung bersemangat. Baru saja, ia berpikir untuk siap beraksi dan panggilan dari Awan sudah datang. "Siap, Bos!" Selanjutnya, Awan menghubungi Harvard Lang."Halo, tuan muda. Anda punya instruksi khusus untuk saya?" Inilah salah satu kelebihan mantan pelayan utama keluarga Sanjaya ini, ia sangat peka untuk setiap keadaan mendesak. Ia bisa langsung menebak, jika penerus tuan besarnya itu membutuhkan tenaga dan pikirannya, hanya dengan melihat waktu dan cara menelponnya."Paman, aku punya dua permintaan untukmu." Seperti dugaan Harvard, Awan juga tanpa basa-basi dan langsung memberi intruksi khusus yang harus dilakukannya."Silahkan tuan muda, saya siap melakukan apapun yang anda perintahkan." Jawab tegas Harvard Lang.Setelah kelu
Rachel hendak menanyakan hal itu pada Awan, namun lidahnya terpaksa harus dikunci kembali begitu HP Awan berbunyi. Ada seseorang yang menghubunginya."Lana?""Semuanya sudah dilakukan sesuai intruksi anda, tuan muda.""Bagus. Lalu, bagaimana dengan dia?" Awan sengaja tidak menyebutkan nama Angel dalam pertanyaannya, karena itu diluar rencananya hari itu. Meski tidak ada yang perlu ditutupinya dari Hanna selama ini, Awan hanya tidak ingin kedua wanita didekatnya itu menanyakan hal yang tidak perlu."Negatif, tuan muda."Kening Awan berkerut tajam. Ia tahu makna jawaban tersebut, apa itu artinya keberadaan Angel diluar jangkauan? Bahkan Lana sendiripun tidak dapat melacak dimana keberadaan Angel saat ini.Awan termangu sesaat, "Sayang, kamu berada dimana? Apa yang sebenarnya terjadi padamu?" Pikir Awan mencemaskan Angel.Namun, Awan sengaja menjauhkan pikiran itu untuk saat ini. Awan dapat berkonsentrasi menemukan solusi untuk mencari tahu keberadaan Angel setelah mengurus masalah Hann
Sekarang Awan datang dengan permintaan khusus seperti ini, Galang berada dalam posisi sangat sulit untuk memutuskan."Bagaimana dengan permintaan saya sebelumnya?" Tanya Awan tenang dan langsung membahas topik utama tanpa perlu basa-basi yang tidak penting."Hmn.. itu.." Galang Purba terdengar gugup. Ia sangat ingin untuk mengatakan tidak, namun ia sangat takut dengan konsekuensi yang akan diterimanya jika berani menolak permintaan seorang Awan.Awan menangkap keraguan Rektor JIS tersebut dengan sangat cermat, karena itu ia buru-buru berkata sebelum keraguan lawan bicaranya berubah menjadi penolakan, "Pak Galang, saya yakinkan anda bahwa saya bertanggung sepenuhnya terhadap kantin utama. Segala kerusakan yang ditimbulkan nantinya, akan ditanggung sepenuhnya oleh RA Grup. Tidak hanya itu, saya sendiri yang akan menjamin bahwa kantin utama JIS akan sepenuhnya dirubah menjadi bangunan baru dengan fasilitas kelas atas bergaya Eropa. Anda melihat Diamond Lounge yang ada di Perancis? Saya a
Calista baru saja keluar dari salah satu kelas dan sedang berjalan menuju ruangannya, rencananya ia akan langsung pulang, karena tidak ada jadwal mengajar lainnya setelah itu. Namun, langkahnya harus terhenti begitu dari lantai dua gedung A, ia melihat seseorang yang sangat familiar baginya, sedang berjalan menuju kantin utama.Tanpa berpikir dua kali, Calista memutuskan untuk segera menyusulnya. Ia sangat penasaran dan ingin mengkonfirmasi langsung kenyataan yang sebenarnya dari mulut orang tersebut. Beberapa hari ini, pikirannya menjadi tidak tenang dan berakibat tidak fokusnya Calista dalam mengajar.Calista memiliki rasa penasaran yang sangat tinggi untuk segala sesuatu yang menarik fokus perhatiannya, ia tidak bisa berhenti sebelum mendapat jawaban yang dapat memuaskan rasa penasarannya. Calista bahkan tidak menggunakan lift karena saking terburunya, ia mempercepat langkahnya menuruni anak tangga dan langsung menuju kantin utama. Ia tidak ingin kehilangan jejak pria tersebut saa
Awan memberi isyarat agar si pelayan wanita untuk segera pergi dan kembali ke posnya. Awan merubah ekspresinya menjadi lebih tenang. Ia tersenyum lembut pada Calista, "Ada apa, bu Cal?"Perubahanh sikap Awan, menunjukkan betapa baiknya kontrol emosinya. Sekarang, gantian Calista yang gugup setelah berhadapan dengan Awan langsung. Itu karena Calista tahu latar belakang Awan yang sebenarnya.Calista tiba-tiba menjadi orang yang sedang belajar bicara, karena sekarang ia seakan kehilangan seluruh topik yang hendak ditanyakan pada Awan sebelumnya.Jika seandainya Awan masih mahasiswa yang sama, seperti yang dikenal Calista sebelum ini, mungkin ia tidak perlu menjadi salah tingkah seperti sekarang."Bu Calista?" Ulang Awan memanggil namanya."Hmn... itu."'Astaga! Kenapa aku bisa segugup ini?" Bathin Calista bertanya-tanya.Ia tidak pernah panik bertemu dengan siapapun, tidak peduli dari latar belakang manapun mereka berasal. Namun, ketika berhadapan dengan Awan, Calista seakan sulit menge