Pagi ini terasa sedikit berbeda dengan hari biasanya, semenjak Awan pergi ke Bandung 5 hari yang lalu, duo Lang bersaudara telah pindah ke Villa Nirwana. Disamping, itu merupakan perintah Awan, sekaligus juga untuk menjaga keselamatan Gina yang belum sepenuhnya lepas dari ancaman keluarga Jati. Meski Vino sendiri tidak akan bisa mengingat Gina untuk saat sekarang.
Namun mengingat, kuatnya jaringan yang dimiliki keluarga Jati, bukan hal yang mustahil bagi mereka untuk menemukan Awan atau Gina dibalik insiden Vino Jati. Sehingga Awan menyiapkan langkah preventif guna menjaga keselamatan Gina dari kemungkinan seperti itu.
Pagi ini, matahari masih separuh keluar dari peraduannya. Chintya bermaksud untuk olahraga pagi dibelakang Villa, disana terdapat taman yang sangat luas. Sangat pas untuk kegiatan pagi atau sekedar menikmati keindahan halaman belakang Villa yang lengkap dengan danau buatannya.
Namun, Chintya dikejutkan dengan adanya seorang wanita l
Wanita cantik tersebut hanya tersenyum tipis dan tidak mempermasalahkan kecurigaan mereka terhadap dirinya. Menurutnya, itu malah bagus. Karena mereka adalah pengawal tuan mudanya, itu artinya mereka menjalankan pekerjaannya dengan baik.Karena itu, wanita tersebut memperkenalkan dirinya untuk menghindari kesalahpahaman lebih lanjut, "Perkenalkan, saya Neo. Saya pengawalnya Awan Kun. Kalian berdua pasti Lana, Chintya, dan..."Neo memandang penuh tanya pada Gina yang masih berdiri dibelakang Lana dan Chintya, Ia belum dapat informasi tentang keberadaan wanita cantik berpipi chubby tersebut dari Awan sebelumnya.Tanpa diminta, Gina langsung menjawab dengan bersemangat. Ia tidak menyangka jika wanita cantik misterius itu juga salah satu pengawal Awan dan spesialnya lagi, wanita itu orang Jepang, "Saya.. Gina San.""Ginasan San?""Bukan-bukan... Gina." Jawab Gina cepat meluruskan."Oh, Gina San. Oke, salam kenal.""Salam kenal,
Sementara itu, saat Awan masih terlelap dalam tidurnya. Seorang pemuda tampak tersenyum angkuh ketika memandangi bangunan megah, RA Corporation dari luar. Disebelahnya, berdiri seorang wanita paruh baya namun masih memiliki kesan cantik kelas bangsawan, serta perhiasan emas yang terlihat begitu menonjolkan penampilannya."Sebentar lagi, bangunan megah ini dan semua yang ada didalamnya akan menjadi milik kita, Bi.""Hadi, ponakanku yang paling ganteng. Kamu memang paling pintar membuat hati bibi senang." Ucap si wanita tersanjung dan meluap bahagia.Bagaimana tidak! Hanya melihat bangunan ini dari luar saja, mereka sudah bisa merasakan betapa besarnya nilai bangunan tersebut. Belum lagi isi didalamnya yang mewakili multi perusahaan dengan omset yang tidak terhitung jumlahnya. Hanya dengan menjadi eksekutif di perusahaan RA Corporation saja, sudah mampu membuat seseorang menjadi jutawan. Apalagi ketika berhasil menjadi pemiliknya, uang akan mengalir de
Hadi dan Magdalena keluar dari lift di lantai teratas RA Grup.Selama RA Corporatin menempati gedung ini, sekaligus menandakan kesuksesan mereka dalam dunia bisnis tanah air, ini merupakan kali pertama kalinya Hadi ataupun Magdalena melihat secara langsung gedung serta isi di dalamnya.Melihat betapa teratur penataan interior perusahaan, mau tidak mau membuat keduanya berdecak kagum. Setiap ruangan dibatasi dengan sebuah pratisi megah yang menjamin setiap privasi orang didalamnya.Tidak hanya itu, mulai dari pintu masuk perusahaan hingga langkah mereka sampai dilantai teratas ini, tidak henti membuat keduanya berdecak kagum dan membuat keduanya semakin berhasrat untuk bisa segera menguasai perusahaan itu sepenuhnya.Dilantai teratas ini, setiap ruangan ditata dengan sangat elegan dengan memperhatikan fungsi serta posisi setiap orang. Bahkan terdapat ruang rileksasi tersendiri, layaknya perusahaan top di Eropa atau bahkan Amerika sana. Didalamnya set
Hadi yang melihat hal itu hanya tertawa bangga. Ia segera melangkah ke balik meja CEO, matanya sedari masuk sudah langsung tertuju ke objek satu ini.Ia duduk dengan tenang diatas kursi CEO, sambil memejamkan matanya untuk menikmati rasanya duduk diatas kursi tersebut. Itu adalah Dragon Chairs terkenal asal Perancis, duduk diatasnya mampu meningkatkan rasa percaya diri seseorang. Bahkan, konon kabarnya raja dan ratu Eropa juga menggunakan kursi yang sama sebagai kursi mahkota kebanggaan mereka.Dua orang security yang melihat tingkah dua tamu tak diundang tersebut, hanya bisa terpana. Mereka hanya bisa diam tanpa bisa melakukan apa-apa.Jika tidak mengingat latar belakang keduanya, mereka bisa saja melempar keduanya keluar dari jendela saat itu juga. Mereka adalah petarung elit Klan Sanjaya, namun karena saat ini mereka dibatasi oleh tugas, membuat keduanya hanya bisa melihat kelakuan tidak sopan keduanya."Kalian... Panggil wakil CEO kemar
Saat Vannesa masuk ke dalam ruangan CEO, ekspresinya langsung berubah buruk begitu mendapati dua orang yang sedang bersantai di dalam ruangan. Bagaimana tidak? Keduanya bersikap seolah-olah mereka adalah pemilik ruangan tersebut. Sehingga bisa berbuat apa saja yang mereka inginkan didalam sana.Jika tidak mengingat status kedua tamu tersebut, Vannesa mungkin saja bisa meledak karena saking emosinya. Bahkan Ia tidak akan ragu sedikitpun untuk memerintahkan dua security yang berdiri dibelakangnya untuk mengusir keduanya dengan keras. Namun kali ini, Vannesa terpaksa harus menahan dirinya."Nyonya Magdalena dan Tuan Hadi.. Ada yang bisa saya bantu?" Sapa Vannesa coba menampilkan kesan ramah, meski itu bertentangan dengan hati nuraninya."Ahh, si wakil CEO sudah datang rupanya." Hadi yang pertama kali melihat Vannesa langsung berbinar cerah. Ia tidak menduga jika ada bidadari secantik itu di perusahaan ini. Apalagi posisinya sebagai wakli CEO, tentu saja ak
Sebenarnya, dalam hati Magdalena sedikit merasa gentar begitu melihat dua orang security berbadan kekar tersebut tiba-tiba maju ke depan. Beruntung, keduanya hanya berdiri di depan Vannesa. Namun, dengan begitu Magdalena tidak lagi bisa memuaskan hatinya untuk memukul Vannesa lebih jauh. Hadi yang melihat dua security maju untuk membantengi Vannesa justru tertawa senang, "Bagus, bagus! Saya suka mereka berdua, kalian punya prinsip. Kalian bisa kuperkerjakan dimasa depan, hahaha." ... Di Villa Nirwana, Awan baru saja hendak bersiap pergi ke kampusnya. Setelah libur selama lima hari, Ia merindukan suasana kampusnya dengan teman-temannya yang sederhana. Saat Ia sampai dilantai bawah, Ia menemukan Gina yang sudah siap menunggunya dengan mengenakan baju terusan berwarna cerah, serta rok selutut dengan warna senada, membuat penampilannya terlihat lebih anggun dari biasanya. Penampilan Gina sendiri terlihat berbeda dari bias
Biasanya Awan kalau pergi ke perusahaannya, RA Corp selalu memilih lewat lift di basement dan langsung menunju lantai teratas menuju ruangannya. Namun kali ini, firasat yang sedari tadi menganggu pikirannya seakan memandu langkah kaki Awan untuk melewati lobby perusahaan terlebih dahulu.Tidak tahu apa yang menunggunya disana, tapi firasatnya mendorong untuk segera kesana. Awan hanya mengikuti apa yang seolah sudah digariskan untuk dilewatinya. Seperti kata pepatah, selalu ada tujuan dibalik isyarat yang ditunjukan oleh alam.Benar saja, begitu Ia sampai di lobby perusahaan, sebuah pemandangan sedikit ganjil menganggu pemandangan Awan pertama kali ketika Ia sampai disana. Tidak jauh dari pintu utama, ada sebuah lounge yang biasa digunakan untuk menyambut tamu umum yang berkunjung ke perusahaan. Tidak jauh dari sana, setiap orang akan langsung bisa melihat table customer services. Disana tingkat pelayanan pertama perusahaan dimulai, namun beberapa oran
Sebelumnya, dia sibuk memeriksa keadaan Sari dan juga Vidya, sehingga Ia merasa tidak enak karena telah mengabaikan Awan. Dokter yang terkenal ramah itu, bermaksud untuk bicara lebih banyak dengan Awan, namun orangnya sudah keburu menghilang di sana. Ia khawatir jika Awan berpikir kalau Ia mencuekannya dan tidak menghargainya."Dia langsung ke lantai atas kalau tidak salah."Mendengar itu, Dokter Sue tidak jadi bertanya lebih lanjut.Namun, Sari yang mendengar salah seorang karyawan bicara tentang tujuan Awan pergi dibuat terkejut dan bertanya dengan nada khawatir, "Awan, bukannya magang dilantai atas yah?""Oh iya, astaga! Bagaimana kalau dia bertemu dengan kedua orang jahat itu?"Saat ini, mereka yang kebetulan sudah mengenal Awan sebagai salah satu mahasiswa magang disana mencemaskan nasib Awan. Itu karena mereka sadar, jika dua orang tamu yang datang hari itu sangat arogan dan mengabaikan semua peraturan yang ada. Hanya karena