Semua orang tampak bersemangat begitu mengetahui jika Awan telah sadar. Ternyata Haris benar-benar melakukan apa yang semalam diucapkannya pada Awan. Setelah para petinggi menyerahkan token ketua Klan yang menandakan resminya Awan sebagai ketua resmi klan, mereka menyebarkan informasi penunjukan ketua baru secara secara cepat dan terorganisir.
Alhasil, satu jam setelah Awan diberitakan sadar. Satu persatu orang penting di kota Kembang ini mulai berdatangan untuk menunjukkan tanda penghormatannya. Tidak hanya para pejabat, politisi, pengusaha dan bahkan para pengusaha besar ikut hadir menemui Awan.
Jika saja Joe tidak segera mengambil inisiatif untuk menahan mereka semua, dengan alasan memberi waktu bagi Awan untuk beristirahat, maka mungkin akan banyak orang penting lainnya yang akan datang.
Sekarang, Awan dan keluarga Joe lengkap berada di dalam ruangan. Disana juga nampak, ada Pak Tomo, mantan Seventh Devil yang sekarang menjadi salah satu tetua Klan,
Dilain sisi, Awan terlihat bersemangat. Masalah pakaian sudah terpecahkan, Ia langsung meyambar pakaian yang disodorkan Neo dan berlari ke kamar kecil untuk salin.Melihat Awan yang benar-benar tidak lagi bisa dihentikan, semua orang terlihat tidak berdaya dan hanya bisa bersabar.Saat Awan keluar dan sudah berganti pakaian, Joe masih coba menghentikannya dengan mengingatkan, "Awan, masalah peresmian ketua sangat mendesak. Kamu harus mengatur waktu dan mempersiapkan diri untuk itu."Awan berhenti sejenak dan berpikir cepat, Ia beralih pada Joe dan memegang bahu omnya tersebut, "Paman, Aku punya tugas untukmu.""Eh?"Jelas saja Joe terkejut dengan respon cepat Awan. Ia tidak menyangka, justru sebagai ketua yang belum dilantik Awan justru memberi tugas pertama untuknya. Namun Ia sama sekali tidak bisa membantah, karena sebagai ketua klan, Awan memiliki wewenang untuk itu."Paman, tolong atur saja waktunya. Aku pasti akan hadir saat pelan
"Ya sudah, kalau begitu aku akan mengikuti apa kata paman. Tapi, Aku yang menyetir yah!" Ucap Awan dengan terpaksa menerima saran pamannya setelah semua orang melotot padanya, daripada Ia tidak jadi pergi."Tidak bisa, harus Neo." Noura yang menjawab dengan nada galak."Mbak, Aku ini ketua klan loh. Masa masih digalakin gitu!" Kata Awan coba protes."Aku ini, kakakmu. Jadi posisiku lebih tinggi dari posisi ketua klanmu." Balas Noura lebih galak dari sebelumnya.Glek.Awan terpaksa hanya mengangguk lemah, baru sehari Ia menjadi ketua klan namun sudah tertindas oleh kakak sepupunya sendiri.Luna yang melihat ekspresi Awan, terlihat lucu dimatanya dan langsung tertawa kencang."Kamu tuh yah, bukannya belain malah ngetawain kakak.""Habis kak Awan lucu. Baru kali ini lihat ketua Klan digalakin sama wanita."Ucapan Luna membuat semua orang tersenyum geli, tapi tidak ada yang berani tertawa kencang seperti Luna. Ba
Jakarta International Stadium, hari ini menjadi membludak dengan lautan manusia yang mengantri untuk sebuah konser fenomenal sang Diva Asia, Hanna Marcel.Bahkan sedari siang, ratusan ribu fansnya sudah memenuhi stadium kebanggaan orang-orang ibu kota negara ini. Selain penampilan sang Diva, belasan penyanyi top tanah air juga ikut meramaikan mega konser malam ini.Apalagi konser itu sendiri diselenggarakan akhir pekan, membuat para penikmat musik, mulai dari yang terkecil hingga dewasa, tampak begitu antusias untuk menyaksikannya. Bahkan seminggu sebelum konser, tiket yang dijual oleh panitia sudah sold out.Tentu saja, sebagian besar penonton yang datang adalah para penggemar Hanna Marcel. Mereka bahkan tidak mempedulikan harga tiket yang lebih mahal dibanding konser sejenis yang pernah diselenggarakan di tempat yang sama. Karena ini adalah penampilan perdana Hanna di Negara ini yang juga merupakan negara kelahirannya.Namun, 30 menit men
Terdengar suara jawaban dari HT miliknya, "Diva Hanna telah siap, silahkan dikondisikan panggungnya." Jawab ketua tim Hanna.Mendengar itu, wajah ketua tim official langsung cerah. Ia pun mengkondisikan anggotanya untuk mensetting panggung untuk menyambut Diva Hanna keluar.Panggung yang semula hening, kini lampunya tiba-tiba padam. Lalu, backsound music dari lagu Hanna mulai terdengar.Penonton di Stadium yang semula heboh langsung tenang, karena mereka tahu ini adalah backsound dari lagu penyanyi favorit mereka.Backsound yang diputar merupakan salah satu dari lagu romantis dalam list lagu Hanna, namun sengaja dirubah dengan gaya instumental dan membuat semua orang berdebar-debar untuk menyaksikan Hanna segera keluar.Semua orang menatap panggung dengan perasaan yang begitu penasaran untuk melihat langsung penampilan sang diva.Layar diatas panggung tiba-tiba terbuka lebar. Namun bukan Han
Di salah satu stage bangku penonton, seorang wanita cantik dengan pakaian casual berkata, "Kenapa cowok itu terlihat sama persis dengan seseorang yah?""Mirip siapa?" Tanya teman disebelahnya."Mirip... Awan." Jawab si wanita sedikit ragu sambil menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas. Tapi, tangkapan kamera yang tidak jelas menampakkan wajah si cowok dan kebanyakkan hanya tangkapan wajah dari arah samping dan belakang, sehingga Ia sendiri juga ragu dengan pendapatnya sendiri."Duh, Calista. Mulai deh! Pikiranmu selalu ke Awan sih! Kita kan ingin menyaksikan konser ini, biar pikiranmu tidak melulu sama brondongmu itu, hehehe.""Apaan sih, Rin." Balas Calista cemberut.Malam ini, keduanya turut menyaksikan konser Hanna. Disamping mereka juga menyukai lagu-lagu hits dari sang Diva, juga untuk membuat Calista bisa bersantai dan tidak terbebani dengan pikirannya.Ternyata tidak hanya Calista seorang yang berpendapat seperti itu. S
Selanjutnya layar tiba-tiba berubah menjadi gelap, lalu sebuah tulisan muncul dilayar. Itu adalah kalimat yang diucapkan Hanna ketika Ia mengetahui, jika Ia telah berhasil mengalahkan kematian.Hidupku sudah berakhir, tapi sesaat nafasku akan terenggut selamanya dari hidupku. Aku berdoa pada Tuhan.Aku tidak rela pergi sekarang, sebelum Aku bisa melihat wajahnya untuk terakhir kali.Ternyata Tuhan mengabulkan doaku, dalam kegelapan Aku benar-benar melihat wajahnya.Ia terlihat begitu bercahaya, namun Ia terlihat begitu sedih dan membuatku menangis karena tidak sanggup melihat kesedihannya.Meski Aku bersyukur, Tuhan mengijinkanku melihatnya untuk terakhir kali, meski hanya sekedar dalam bayangan semata.Melihatnya bersedih, Aku merasa lebih berat untuk pergi meninggalkan dunia ini. Aku ingin dia bahagia, karena Aku menyayanginya dengan seluruh jiwaku.Entah Tuhan yang terlalu m
"Percayalah! Empat tahun karirku sebagai penyanyi, kalian semua begitu spesial dan membuatku sampai pada tahap ini.""Namun, Aku telah membuat keputusan. Aku akan berhenti bernyanyi begitu menemukan dirinya dan mulai saat ini dan seterusnya, hanya akan bernyanyi untuk dirinya." Ucap Hanna dengan senyum yang seakan tidak berhenti mekar di wajahnya yang manis.Semua orang terlihat berat dan sedih dengan pengumuman mendadak ini, tapi semua orang bisa mengerti dengan keputusan Hanna.Selanjutnya, Hanna mohon diri sebentar untuk mempersiapkan penampilan terakhirnya. Saat itu, sambil menunggu Hanna bersiap-siap, beberapa penyanyi tampil untuk mengisi waktu kosong.Sampai pada penampilan terakhir, saat layar lebar dibuka, Hanna duduk dilantai panggung. Pakaiannya kali ini begitu sederhana. Sebuah kemeja kasual dengan panjang lengan dua pertiga serta celana denim panjang selutut, berbanding terbalik dengan penampilan sebelumnya, dimana pakaian Hanna terliha
PlakSebuah tamparan lumayan keras mendarat di pipi putih mulusnya dan meninggalkan jejak merah seukuran telapak tangan disana. Tamparan itu tidak hanya menyisakan rasa sakit di fisik tapi juga dalam hatinya, namun karena sudah terbiasa dengan sikap sang Ayah yang lebih mementingkan keturunan laki-lakinya dibanding putrinya sendiri, Elisa pun hanya diam dan memasang wajah tanpa ekspresi."Sudah hampir seminggu, tapi Kamu belum juga mendapatkan bukti siapa yang telah melakukan perbuatan keji ini pada putra bungsuku? Tidak becus!" Lanjut Lukman Jati dengan nada penuh kebencian."Bajingan itu, tidak hanya membuat kita mengalami kerugian besar kali ini, karena telah membakar barang-barang kita dan juga membunuh orang-orang terbaik kita. Tapi, Ia juga membuat Vino tidak bisa mengingat sedikitpun tentang siapa orang yang telah menganiayanya. Ini penghinaan besar bagi keluarga Jati.""Jika kita tidak membalas orang itu berkali-kali lipat, ini akan mencoreng waja