"Tidak tahu kenapa, Aku merasa begitu dekat dengan kakak. Aku bahkan bisa merasakan apa yang kakak rasakan. Hanna juga heran, karena memiliki emosi lain yang bukan milik Hanna sendiri. Lalu, tiba-tiba bayangan wajah Kak Awan melintas begitu saja dalam pikiran Hanna."
'Aneh.' Bathin Awan heran.
Ia merasa apa yang terjadi pada Hanna sangat tidak biasa, lalu sebuah pemikiran terlintas dibenaknya. Awan bertanya, "Sejak kapan Hanna bisa merasakannya?"
"Hmn, semenjak datang kesini." Jawab Hanna setelah memikirkan kembali kapan pertama kali Ia merasakan keanehan tersebut.
Tersentak dengan kenyataan itu, Awan tiba-tiba menyadari sesuatu.
"Hanna, coba tutup telponnya!"
"Hah! Ka-kak Awan gak suka yah, Hanna menelpon? Maaf kalau Hanna menganggu waktunya."
"Bukan begitu. Ada sesuatu yang mau Aku buktikan. Tutup dulu telponnya yah, nanti akan kuhubungi lagi."
"Hmn, baiklah." Jawab Hanna tampak enggan, Ia berpikir Awan pasti sedang tid
"Kalau begitu kamu istirahat sana! Ingat, nanti malam konsermu loh. Awan sudah kamu ingatin untuk hadir besok kan?""Iya, kakak tidur duluan aja. Aku sebentar lagi.""Baiklah, tapi jangan lama-lama yah. Ingat! Kamu harus jaga kondisi biar fit untuk tampil besok.""Iya, kak. Tenang saja, sebentar lagi aku tidur kok.""Ya, udah kakak duluan yah." Ucap Rachel langsung naik ke atas tempat tidur.Mungkin karena sudah terlalu mengantuk, apalagi jam sudah menunjukan pukul 3 dini hari jadi Rachel langsung terlelap tidak lama setelah Ia berbaring diatas kasur."Kak Awan?" Panggil Hanna setengah berbisik takut suaranya terdengar oleh kakaknya."Ya, kamu sudah mau istirahat yah?""Belum, masih mau bicara sama kak Awan, kangen." Jawab Hanna jujur dan terkesan manja.Setelah sekian lama mereka tidak berkomunikasi, waktu beberapa puluh menit tidak akan cukup bagi Hanna untuk melepaskan kerinduannya."Nanti malam
Setelah bicara dengan Hanna dini hari tadi, akhirnya Awan bisa meredakan banyak beban dalam pikirannya. Emosinya yang beresonansi dengan emosi milik Hanna, secara tidak langsung memberi pengaruh positif dalam diri Awan.Hasilnya, Ia bisa tertidur dengan nyenyak sesaat menjelang subuh. Bahkan kedatangan Joe dan yang lainnya tidak serta merta membangunkannya, karena saking lelapnya.Tepat jam 8 pagi, Joe, Noura, Rini dan Luna pulang ke rumah mereka dengan dikawal oleh Neo, Devi dan lusinan orang dari tim Alpha.Noura sendiri sudah sadarkan diri malam sebelumnya dan hanya perlu memulihkan diri, begitupun dengan Joe. Meski satu tangannya putus dan hancur, namun berkat kemampuan medis Awan, membuat luka-luka tersebut mengering dan pulih dengan lebih cepat.Pagi ini, mereka semua diijinkan pulang dengan tetap dipantau oleh beberapa dokter untuk perawatan lebih lanjut."Loh, Kak Awan kok tidurnya disini?" Tanya Luna bermaksud membangunkan Awan yang
Sadar jika kediaman mereka mendapat serangan, Luna tampak resah dan bertanya pada papanya, "Pah, apa yang terjadi? Siapa yang menyerang kita?""Tidak apa-apa, Kak Awanmu dan yang lainnya pasti bisa menyelesaikan mereka." Ucap Joe coba menenangkan Luna. Meski Ia sendiri juga merasa gelisah ketika melihat reaksi yang ditunjukan Awan sebelumnya. Ia sadar, jika lawan yang menyerang mereka kali ini pasti memiliki kekuatan yang hebat. Jika tidak, Awan pasti tidak akan segelisah sekarang.Joe melirik Awan untuk menunggu instruksinya sebelum Ia bicara. Bagaimanapun, diantara mereka semua Awan memiliki kemampuan paling tinggi, sehingga Joe percaya jika Awan pasti punya solusi dalam menghadapi musuh-musuh yang sedang menyerang mereka.Setelah diam beberapa saat dan mempelajari kekuatan musuh melalui indera keenamnya, Awan berusaha bersikap setenang mungkin.Awan berpaling ke arah Neo, "Neo, bawa om Joe dan yang lainnya ke tempat persembunyian." Ucap Awan sambil men
"Tidak hanya keluargamu, tujuh tim elit yang kalian banggakan akan mengalami hal serupa. Kamu... telah membunuh empat jenderal perang Sekte Flamis, itu adalah kejahatan yang tidak termaafkan." Kevin Soze ikut bicara dengan tatapan membunuh ke arah Awan."Semula, dengan membunuhmu dan juga ketua sebelumnya merupakan tumbal yang cukup untuk mengambil alih Klan Tunanganku. Tapi setelah kamu membunuh empat jenderal perangku, Aku berubah pikiran. Aku akan membunuh balik tujuh pimpinan pasukan elitmu, sebagai ganti nyawa empat jenderal perangku." Lanjut Kevin Soze dengan bahasa indonesia yang masih kaku.Mendengar logat Kevin yang kaku, Devi langsung tertawa keras.Situasi sudah berkembang sampai titik ini. Kepalang tanggung, Devi pun memprovokasi sekalian tunangan Meilin yang menurut dugaan Devi adalah orang paling berkuasa dalam kelompok musuh."Ngomong apaan sih? Ketua, ngerti gak? Aku sih gak ngerti." Ucapnya dengan senyum mengejek.Awan melirik Devi
"Kekuatan apa yang dimiliki orang ini?" Tanya Lunar kesal. Kekuatan gabungan dari tiga Jenderal Perang masih tidak mampu untuk menundukkan Awan. Jangankan menundukkan, bahkan menyentuhnya saja sangat sulit. Itu dikarenakan kekuatan api milik Awan yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Akibatnya, ketiga Jenderal Perang tersebut hanya berani menyerang dengan kekuatan jarak jauh. Begitu Awan meringsek maju untuk mendekat, ketiganya langsung kocar-kacir dan menghindar secepat yang mereka bisa. Api milik Awan terlalu menakutkan, terkena api seperti itu maka mereka akan langsung hangus terbakar. "Zuzhou Zi Huo." Ucap Beatrix Kiddo dengan wajah tegang. "Apa? Api kutukan? Bagaimana api seperti itu bisa dimiliki oleh orang biasa seperti dia?" Tanya Maverick tidak percaya. Dalam kepercayaan Sekte Flamis, ada sebuah legenda kuno yang menceritakan tentang api kutukan milik Iblis penguasa neraka. Karena mereka adalah Sekte Satanis ya
Ledakan akibat benturan serangan barusan tidak hanya mengguncang dan menghancurkan area disekitarnya. Tapi, juga menarik perhatian orang-orang yang saat itu sedang bertarung."Awaaann." Teriak Devi cemas melihat Awan terkena serangan sebesar itu. Mencemaskan keadaan Awan membuat Devi sempat teralihkan beberapa saat.Kehilangan fokus ketika bertarung dengan musuh berlevel tinggi merupakan sebuah kesalahan yang sangat fatal. Dengan perhatian Devi yang sedang teralihkan, Terrence yang menjadi lawannya langsung memanfaatkan kesempatan tersebut.Ia langsung mengincar titik vital Devi dengan niat langsung melumpuhkannya.BaammmBeruntung bagi Devi Ia masih bisa berkelit didetik terakhir, Devi mengangkat bahunya dan menjadikannya sebagai tameng, Devi terpukul mundur beberapa langkah dengan sudut bibir mengeluarkan darah segar.Bahu kirinya terasa mati rasa akibat menahan serangan musuh secara tiba-tiba. Namun bahaya yang dilancarkan lawan tidak ber
Devi meringsut mundur sambil menahan sakit dibahu kirinya, saat melihat Billy dan Terrence perlahan mendekatinya dari dua arah berbeda. Kondisinya sama saja seperti seekor tikus yang diapit oleh dua ekor kucing yang siap memangsanya. Kondisi Devi sedang terjepit dan tidak bisa lari kemanapun, selain nekat untuk bertarung nyawa melawan kedua musuhnya. Devi tidak ingin mengakui kekalahannya begitu saja. Ia mengeluarkan pedang Tanto andalannya, walau sebenarnya Devi adalah tipikal petarung tangan kosong dan sangat jarang mengandalkan senjata. Tanto ini sendiri merupakan hadiah yang diberikan Neo padanya, karena bentuknya yang pendek dan praktis untuk digunakan, Devi pun menjadikannya sebagai senjata andalannya disaat terdesak. Meski Ia sendiri ragu bisa menggunakannya untuk menghadapi dua lawan dengan level master seperti Terrence dan Billy. Tapi, paling tidak kalah setelah mencoba jauh lebih baik daripada Ia harus menyerah begitu saja. "Majulah!"
"Dek, kamu kenapa? Kok gak bersemangat begitu?" Tanya Rachel heran begitu melihat Hanna tiba-tiba murung.Hari ini begitu spesial, karena hari ini Rachel untuk pertama kalinya akan mendampingi Hanna untuk pertunjukan mega konsernya nanti malam. Sebagai anggota keluarga seorang Diva, Rachel tentunya akan duduk di stage VIP bersama dengan teman-temannya.Bukan hanya Rachel, tapi banyak para pecinta musik dan khususnya penggemar Hanna yang jauh-jauh hari sudah menantikan datangnya hari ini.Tapi, tidak seperti apa yang diharapkannya. Hanna justru terlihat seperti orang sedang depresi setelah pagi tadi Ia terlihat begitu bersemangat dan terlihat begitu senang.Rachel bahkan sempat menggodanya, jika alasan Hanna begitu bahagia pagi tadi adalah karena akan bertemu dengan Awan, pangeran idolanya.Sekarang reaksi Hanna justru berbalik 180 derajat dari sebelumnya."Loh-loh, Dek kamu kenapa menangis?" Belum terjawab rasa penasaran Rachel, Hanna justru