Share

Tiga

Author: Puspita852
last update Last Updated: 2022-10-11 12:30:46

Selama belanja di pasar, Ambar tak banyak bicara. Membuat Fitri jadi serba salah, akhirnya dia hanya mengikuti langkah wanita berhidung mungil itu. Sebenarnya Fitri ingin menegur Ambar karena dia membeli barang tanpa menawar.

"Kok gak ditawar sih, Mbak?" tanya Fitri yang sudah tak tahan lagi. Ambar hanya menoleh sekilas, tanpa ingin membalasnya. Saat ini pikirannya benar-benar kacau. Bayangan Rudi tengah 'bermain' dengan wanita lain, selalu terlihat jelas ketika Ambar menutup mata, sampai-sampai dia enggan berkedip karena tak ingin melihat hal menjijikkan itu. 

"Mbak ditawar dong, kemahalan itu. Di tempat saya gak sampai segitu." Lagi Fitri mencoba memperingatkan Ambar.

"Berapa ongkos dari sini ke tempatmu, Fit?" tanya Ambar tanpa menoleh pada Fitri.

"Ma puluh lebih, Mbak. Ada apa?" tanyanya bingung.

"Berarti pulang pergi seratus ribu?" tanya Ambar semakin membuat Fitri bingung. Wanita yang sedang memakai rok sepan itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Terserah kamu lah, Mbak. Mau nawar apa nggak," ujarnya sewot. Membuat bibir Ambar tersenyum sedikit.

Semua keperluan sudah terbeli, Ambar dan Fitri bergegas pulang karena Rahayu sudah berkali-kali menelpon, mengingatkan agar segera pulang.

"Dikira kita ini ninja apa, yang bisa menghilang begitu saja," gerutu Ambar yang didukung anggukan oleh Fitri.

Setelah sampai di rumah mereka langsung mengeksekusi bahan makanan yang mereka beli dengan ditemani wejangan dari Rahayu.

"Dalam hubungan yang penting itu perut. Kalau perut kenyang maka cinta itu akan selalu tumbuh dan berkembang.

Ambar hanya mendengarkan saja, tanpa ada keinginan untuk menjawab. Dalam benaknya, dia sibuk memikirkan cara untuk membuka aib suaminya di depan ibunya. Namun, dia bimbang, bagaimana kira-kira tanggapan mertuanya tersebut.

"Mbar! Diajak ngomong kok malah ngelamun. Rugi aku ngomong tadi, lebih baik aku ngobrol sama Alif," gerutunya sambil bangkit dari tempat duduknya. Belum juga dia keluar dari dapur tiba-tiba terdengar bel berbunyi. "Nah, itu suamimu datang, pasti itu. Cepetan ndang ditata makanannya. Setelah itu segera bersihkan diri. Mandi bebek juga ndak pa-pa, asal bau minyaknya hilang. Cepat!" titahnya pada sang menantu. 

Ambar tak langsung menjalankan perkataan mertuanya. Membuat Rahayu semakin kesal padanya. "Mbar!" bentaknya dengan mata melotot, persis seperti seorang ibu yang memarahi anaknya sendiri.

"Ibu nginep di sini kan?" Rahayu semakin melotot mendengar pertanyaan menantunya.

"Iya ...! Haduh, Ambar! Kamu kenapa sih, dari tadi ndak nyambung kalau diajak bicara. Embulah, aku mau keluar. Terserah kamu mau apa," sungutnya sambil berlalu meninggalkan Ambar yang masih berdiri mematung di tempatnya semula.

"Mbak, cepatan mandi, biar aku yang menyelesaikan semuanya." Fitri ikut mengingatkan. Setelah menghela napasnya, Ambar pun melangkah menuju kamarnya.

Ambar sengaja mengulur waktu, dia benar-benar tak ingin melihat suaminya. Ambar takut jika dia tak bisa mengontrol emosinya. Sungguh, rasa sakit dikhianati membuatnya ingin mencakar atau mencekik suaminya itu.

"Assalamualaikum," ucap suara yang sangat dikenal oleh Ambar. 

"Wa'alaikumussalam," balasnya tanpa menoleh. Seandainya saja menjawab salam bukanlah kewajiban, dia enggan untuk mengucapkannya.

Ambar langsung menghindar ketika Rudi hendak menyentuhnya. Dia pura-pura mengambil sesuatu di dalam lemari.

"Ada apa?" tanya Rudi karena merasa aneh dengan sikap wanitanya akhir-akhir ini.

"Apanya yang ada apa?" Ambar balik bertanya.

"Kamu aneh, sejak seminggu yang lalu sikapmu berubah. Ada apa?" tanya Rudi lagi. Lelaki itu mulai tersulut emosi. Dia sama sekali tak merasa bersalah, karena menganggap istrinya itu tak tahu apa-apa.

"Ayo makan dulu, biar nanti kuat menghadapi kenyataan," ucap Ambar yang semakin membuat Rudi emosi.

"Ada apa?" tanyanya sambil mencekal lengan Ambar. Wanita yang sudah delapan tahun dinikahinya itu tak menjawab, hanya melirik sekilas lengannya yang tertahan oleh tangan kekar Rudi.

"Lepas," ucapnya dengan suara lirih. Bukannya melepaskan, Rudi malah menarik tubuh Ambar, hingga jatuh ke pelukannya. 

Ambar berontak, dia benar-benar tak ingin disentuh oleh suaminya. Bayangan adegan dalam ponsel itu membuatnya mual dan benar-benar hendak muntah. Melihat kondisi istrinya, Rudi mengalah dia pun mengurai pelukannya.

Ambar segera berlalu ke kamar mandi, di ruang berukuran 2×1½ meter itu, wanita pemilik lesung pipi menumpahkan segala rasa. Setelah itu dia menguyur seluruh badannya tanpa melepaskan pakaian. Tubuh dan hatinya benar-benar menolak, tak sudi lagi disentuh oleh Rudi.

Setelah beberapa saat Ambar tak kunjung keluar, Rudi pun beranjak. Dia menemui putra dan ibunya yang tengah bercengkrama di ruang keluarga.

"Istrimu mana?" tanya Rahayu ketika melihat anaknya berjalan sendiri.

"Masih di kamar," sahut Rudi malas. Rahayu menatap putranya, wanita paruh baya itu seakan mengerti jika ada yang tak beres dalam rumah tangga anaknya.

Rudi mendekati Alif, lelaki itu kemudian mengangkat tubuh anaknya tinggi-tinggi, hingga menimbulkan tawa di bibir mungil buah hatinya tersebut. Setelah itu Rudi mencium perut Alif, membuat bocah berambut seperti ibunya itu tertawa lebih girang.

Ambar menghentikan langkahnya ketika mendengar kebahagiaan putranya. Hatinya bimbang. Mungkin, setelah dia mengutarakan niatnya, dia bisa bertahan dan menyerahkan pada waktu sebagai pengobat luka, tetapi bagaimana dengan Alif? Bisakah anaknya itu hidup tanpa ayahnya. Ambar teringat dengan sebuah tulisan, jika seorang ibu terluka, seorang anak juga akan menanggung akibatnya, sang anak tak kan bahagia. Lalu apa yang harus dilakukannya, jika kenyataan tak semudah tulisan yang banyak beredar.

"Alif, panggil Bundamu, kenapa lama sekali di dalam kamar. Gak tahu apa kalau kita semua menunggunya," titah Rahayu pada sang cucu. Setelah sudah terlalu lama menunggu di meja makan.

"Iya, Nek," sahut Alif. Bocah itu segera berlalu sambil berlari kecil. Rahayu kembali menatap Rudi, sebenarnya dia ingin sekali bertanya 'ada apa' namun harus ditahan karena masih ada Fitri diantara mereka.

"Ayo makan," ucap Rahayu setelah Ambar sampai di tengah-tengah mereka. Seolah mengerti, semua menikmati hidangan dalam diam, bahkan Alif yang biasanya banyak bertanya juga ikut diam. Jagoan kecil itu sesekali melirik ibunya, Alif seolah tahu jika ibunya sedang bersedih dan itu membuatnya terlihat tak bersemangat.

Ditengah-tengah keheningan yang tercipta, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Semua yang berada di ruangan itu saling berpandangan.

"Aku aja yang buka," ucap Fitri mendahului Ambar. Tanpa menunggu ada yang menjawab perempuan berwajah manis itu segera bangkit dari duduknya, kemudian berlalu dengan langkah cepat.

"Di luar ada wanita yang mencari Pak Rudi," ucap Fitri setelah dia kembali masuk. "Tak suruh menunggu apa tak suruh masuk, Mbak?" imbuhnya bertanya pada Ambar.

Ambar merasa ada yang tak beres, karena selama ini tak ada temannya Rudi yang bertamu ke rumahnya di akhir pekan. Apalagi kata Fitri yang datang seorang wanita.

"Biar aku saja," sahut Rudi gugup. Membuat istri dan ibunya menatapnya penuh selidik.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
nah loh bakal ketahuan tuh klu yang datang adalah selingkuhannya rudi
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
apakah si ambar yg penulis merekam vc suaminya tsb?
goodnovel comment avatar
Nunyelis
video call itu harusnya di sc buat bukti.....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   Empat

    "Kamu lanjutin makan, biar aku yang keluar," sahut Rudi. Lelaki itu berusaha mati-matian agar terlihat biasa saja. Sementara Ambar memilih tak acuh. Jika benar firasatnya, dia tak menjamin bisa mengontrol emosinya pada perempuan jalang tersebut. Sikap dingin Ambar membuat Rahayu yakin, jika ada yang tak beres dengan hubungan mereka. Namun, wanita paruh baya itu memilih bungkam, menunggu sampai salah satu dari mereka membuka pembicaraan."Bunda, aku sudah selesai. Temani aku yuk," pinta Alif diluar kebiasaannya. Ambar menatap buah hatinya itu dengan tatapan sendu. "Ok, Mbak Fitri. Tolong nanti dibereskan ya. Yuk, salim sama Nenek dulu," sahut Ambar sambil tersenyum, sementara tangannya mengelus rambut putranya.Bocah itu menurut, dia meraih tangan keriput sang nenek, lalu menciumnya dengan takzim. "Alif udah ngantuk?" tanya Rahayu sebelum melepaskan tangan mungil cucunya. Alif hanya mengangguk mengiyakan."Waktunya tidur siang, Bu," ucap Ambar dengan suara pelan.Tak ada tegur atau t

    Last Updated : 2022-10-11
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   Lima

    "Keluarga Bu Rahayu," panggil seorang perawat, wanita yang memakai seragam putih-putih itu berdiri di bibir pintu sambil membawa map. Wanita berkulit bersih itu tersenyum ketika aku mendekat."Mari silahkan ikut saya, Bu," pinta perawat tadi pada Ambar. Tanpa banyak bicara Ambar pun mengikuti langkah sang perawat. Bunyi sepatu pantofel yang dipakai perawat memecah keheningan diantara mereka di sepanjang koridor rumah sakit."Silakan, Bu," ucap perawat itu setelah membuka pintu sebuah ruangan. Ambar tersenyum sebagai rasa terima kasih."Permisi, Dok. Ini hasil pemeriksaan pasien yang di ruang ICU, dan ibu ini keluarganya." Setelah menyerahkan map pada sang dokter, perawat itu pun mengundurkan diri.Dokter paruh baya itu tengah meneliti catatan medis yang dibawakan perawat tadi. Setelah itu terdengar helaan napasnya, tanpa sadar Ambar juga melakukan hal yang sama. Wanita itu khawatir jika terjadi hal buruk pada mertuanya."Bu Rahayu sudah sadar ya, Bu. Dari hasil pemeriksaan, semuanya t

    Last Updated : 2022-10-11
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   Enam

    Flashback "Mas, ayo," panggil Santi yang baru saja masuk ke kamar Rudi. Wanita bertubuh seksi yang bekerja sebagai asisten manajer itu tak sabar ingin segera meneguk madu bersama kekasihnya tersebut.Rudi masih sibuk dengan ponselnya setelah melakukan video call dengan sang putra, lelaki itu melirik Santi sekilas, kemudian menyimpan ponselnya di meja tanpa mengakhiri panggilan karena sudah tergiur ingin meneguk kenikmatan yang akan diberikan Santi. Senyum kedua insan yang tengah dimabuk asmara itu mengembang, mereka sama-sama mendamba kenikmatan surga dunia, walaupun mereka sadar kalau semua itu salah. ..Rudi seorang suami sekaligus ayah, memilih menyerah setelah sekian purnama bertahan dari godaan sang bawahan. Kenikmatan yang ditawarkan Santi kini menjadi candu, hingga dia melupakan segalanya. Sepuluh bulan yang lalu dia ditugaskan di kantor cabang baru sebagai manajer pemasaran, sekaligus sebagai promosi kenaikan jabatan. Lelaki itu dipandang layak karena memiliki sikap tangg

    Last Updated : 2022-11-30
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   Tujuh

    Rudi membernarkan posisinya."Buat apa ikut?" tanya Rudi sambil mencium keningnya."Aku gak bisa lama-lama pisah denganmu, Mas," ujarnya beralasan. Suaranya terdengar manja di telinga Rudi. Membuat lelaki itu gemas dan kembali memberinya sebuah ciuman."Hanya dua hari, Sayang," sahutnya, kali ini lelaki itu mencium rambut Santi yang mengeluarkan aroma wangi shampoo."Lama, Mas. Aku gak bisa jauh-jauh darimu," ucapnya. "Pasti nanti kamu menghabiskan waktu dengan wanita bau bawang itu.""Dia kan istriku, Sayang. Nanti kalau aku tak memanjakannya, dia malah curiga," sahut Rudi sambil menowel hidung Santi karena gemas...Pagi-pagi Rudi dan Santi siap untuk bekerja. Mereka sarapan sambil bercanda gurau, terkadang juga membahas tentang masa depan mereka, benar-benar seperti pasangan halal yang bahagia.Setelah selesai Santi berangkat terlebih dulu, agar tak menimbulkan kecurigaan dari rekan kerjanya. Untuk saat ini memang belum ada yang tahu karena mereka sangat pandai menyembunyikan hubun

    Last Updated : 2022-11-30
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   Delapan

    Hampir setiap bersama, kedua insan yang tengah dimabuk asmara itu melakukan penyatuan, tak ada kata lelah bagi keduanya. Seolah benar adanya, jika kesalahan itu dilakukan maka akan mendapatkan sensasi yang berbeda."Terima kasih, Sayang," ucap Rudi sambil mencium pucuk kepala Santi. Setelah raganya merasakan kelelahan yang luar biasa karena dipaksa bekerja menuruti hasratnya."Apa sih nggak buat kamu, Mas, yang penting kamu bahagia," sahut Santi sambil tersenyum menggoda. Dengan Rudi gadis bukan perawan itu mempunyai perasaan lebih. Tak seperti lelaki yang sempat singgah di hidupnya, yang hanya dimanfaatkan hartanya saja."Kamu memang paling mengerti diriku, Sayang," balas Rudi. Setelah itu lelaki itu memejamkan matanya dengan bibir mengulas senyum kepuasan. Tak lama kemudian sudah terdengar dengkuran halus dari bibir tipisnya. Santi tersenyum, baginya wajah itu tak pernah membosankan, semakin dipandang semakin membuatnya terpesona.Besok Rudi akan pulang, menemui anak dan istrinya. Me

    Last Updated : 2022-12-01
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan

    Kerasnya kehidupan yang dulu dialami Santi, membuatnya menghalalkan segala cara agar keinginannya bisa tercapai. Santi terjebak dalam pergaulan bebas. Gadis itu sudah berpetualang dalam dekapan lelaki hidung belang sedari memasuki bangku SMA. Santi muda sempat berpikir untuk mengakhiri pekerjaannya. Namun, keadaan ekonomi orang tuanya yang pas-pasan tak bisa memenuhi keinginannya untuk meneruskan pendidikan ke bangku kuliah. Hingga dia kembali menjadi wanita panggilan.Dengan tekad yang kuat, dia pamit kepada orang tuanya untuk menempuh pendidikan di kota. Banyaknya tuntutan gaya hidup membuatnya tak bisa melepaskan diri dari lembah hitam kenistaan. Namun, ada satu hal yang bisa dibanggakan darinya, Santi tetap berhasil menamatkan kuliahnya walaupun dengan sedikit sogokan pada dosen pembimbingnya. Dengan kemolekan tubuhnya.Selepas kuliah Santi langsung bekerja sebagai asisten manajer di sebuah kantor. Sesekali dia masih menerima panggilan jika memasuki akhir bulan. Gajinya yang tak

    Last Updated : 2022-12-01
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sepuluh

    Ambar masih bertahan di dalam taksi, menunggu kira-kira apa yang akan terjadi. Firasatnya mengatakan kalau dia adalah wanita yang berada di video itu. Namun, Ambar tak mau gegabah, ibunya Alif itu mengamati gerak-gerik sang wanita yang masih berdiri di depan dengan membawa sebuah bungkusan di tangan kirinya.Pintu rumah terbuka, Rudi terlihat keluar sambil menggendong Alif. Seketika Ambar menjadi emosi. Namun, dia mengurungkan niatnya untuk turun setelah melihat Rudi membuka pagar. "Hallo, Alif," sapa Santi. Namun, bocah berambut ikal itu terlihat cuek bahkan memundurkan tubuhnya ketika hendak dicium Santi. Alif juga diam saja ketika Santi memberikan bingkisan yang sedari tadi dipegangnya."Ini Tante bawain mainan buat Alif. Diterima dong, Nak ganteng," ranyunya. Mendengar kata mainan bocah itu tampak tertarik, dia terlihat mencondongkan badannya. Namun, tiba-tiba dia kembali mundur."Nggak pa-pa, Sayang. Ini ambil gih," rayunya lagi. Kali ini Alif malah menyembunyikan wajahnya di be

    Last Updated : 2022-12-02
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sebelas

    Ambar masih terpaku di tempatnya sambil menatap ponsel yang sudah tak berbentuk. Perlahan wanita berambut ikal itu menunduk lalu mengambil pecahan ponsel tersebut. Dengan sangat menyesal dia berjalan ke arah taksi yang masih setia menunggunya."Bapak, maaf. Ponsel bapak rusak. Em, gini sekarang tolong antar saya ke ATM terdekat, setelah itu kita ke counter untuk beli ponsel baru. Em, Bapak masih ingat email-nya kan?" tanya Ambar panjang lebar, wanita yang suka dengan warna merah hati itu benar-benar merasa bersalah."Wah, saya nggak tahu kalau urusan itu, Bu. Anak saya yang ngotak-ngatik itu," sahutnya polos."Oh, ya udah kalau gitu. Sekarang kita langsung ke ATM ya, Pak. Terus beli ponsel untuk bapak. Semoga saja anaknya ndak lupa sama email-nya ya, Pak.""Iya, Bu. Gak pa-pa. Ibu gak usah khawatir. Saya yang minta maaf, karena ponselnya rusak jadi gak punya barang bukti.""Kok malah bapak yang minta maaf," sahut Ambar yang masih merasa tak enak hati. Setelah itu Ambar dan Pak supir t

    Last Updated : 2022-12-02

Latest chapter

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   seratus satu

    "Ada apa, Dek?""Kinan ndak nyahut, Bang.""Kinan! Kinan! Buka pintunya, Kinan!"Karena masih belum ada jawaban, Iyan pun mulai mendobrak pintu. Namun, setelah dobrakan kedua terdengar anak kunci yang diputar. Suami-istri itu saling berpandangan, kemudian perlahan melangkah mundur. Pintu kamar terbuka, Iyan dan Ambar sama-sama terperanjat melihat pemandangan yang tersaji di depan mata."Lebih baik aku mati, aku sudah tidak kuat ...." Tubuh berlumuran darah itu ambruk tetapi masih bisa ditahan oleh Iyan, sehingga tak sampai tersungkur."Ya Allah, Kinan!" seru Ambar bersamaan dengan Iyan."Ambil kunci mobil. Kita ke rumah sakit!"Keduanya bergegas ke depan menuju mobil, kemudian dengan kecepatan tinggi Iyan membelah jalanan yang tidak terlalu padat.**Semua keluarga kembali dan langsung ke rumah sakit di mana Kinan dirawat. Begitu juga dengan Miranti dan Bowo, keduanya langsung berangkat setelah mendapatkan kabar. Diiringi isak tangis, Miranti berkali-kali meminta maaf pada Farida kar

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   seratus

    Malam sudah larut ketika mobil yang dikendarai Iyan sampai di kediamannya. Selama perjalanan, kedua pasutri itu membicarakan banyak hal, bercanda dan tertawa. Sementara Kinan memilih untuk memejamkan matanya, wanita bertubuh agak berisi itu berpura-pura tidur untuk meredam gejolak amarah karena cemburu, hingga dia benar-benar terlelap, walaupun tak nyenyak. Iyan meminta Ambar untuk membangunkan Kinan. Sementara dia membuka pintu."Mbak Kinan, bangun. Sudah sampai rumah," ucap Ambar dengan suara pelan sambil mengguncang pundak wanita pemilik wajah manis itu. Kinan mengerjap, setelah kesadaran pulih, tanpa bicara dia keluar dari mobil dan berlalu begitu saja meninggalkan Ambar yang masih berdiri mematung di samping mobil."Terima kasih, Mas," ucap Kinan saat dia sampai di depan Iyan yang berdiri di samping pintu, Iyan hanya tersenyum dan itu membuat Kinan melanjutkan langkahnya dengan pelan. Wanita yang tengah hamil muda itu semakin kesal ketika Iyan melangkah ke arah istrinya.Kinan se

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh sembilan

    "Ya udah kalau terserah abang. Kamu nggak boleh protes ya." Akhirnya dia berucap. Ambar yang mendengarnya hanya menghedikkan bahu sebagai jawaban.Wanita pemilik bulu mata lentik itu mengerutkan keningnya setelah mobil yang dikendarai suaminya hanya berpindah tempat parkir."Hotel?" tanyanya sambil mengamati sekitar."Iya, katanya terserah aku. Aku kan mau makan itu," goda Iyan sambil menaik turunkan kedua alisnya."Abang ...." Ambar benar-benar tak menyangka suaminya bisa berpikir ke situ."Udah dua malam loh, Dek. Kamu tak tahu bagaimana rasanya jadi aku." Saat mengatakannya Iyan memasang muka memelas hingga membuat Ambar gemas."Tapi ... tapi kenapa mesti di hotel? Aku ndak bawa surat nikah loh," sanggah Ambar cepat."Tenang," sahut Iyan sambil mengeluarkan buku tipis dari laci mobil."Abang, ish ...." Ambar semakin salah tingkah dibuatnya."Yuk! Ayo ... apa mau tak gendong?" ancam Iyan karena Ambar tak kunjung beranjak dari tempat duduknya. Bundanya Alif itu mengalah, dengan langk

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh delapan

    Sepanjang perjalanan Kinan tak henti-hentinya bercerita, walaupun tak ada tanggapan yang berarti dari Iyan. Sementara Ambar masih sibuk dengan ponselnya. Kali ini bundanya Alif itu tengah berbalas pesan dengan Vina. [Hai, Mbakku. Lagi ngapain?] tanya Vina dalam pesannya.Ambar mengambil foto lalu mengirimkan pada Vina [Lagi nganterin bumil periksa] balasnya.Vina mengirimkan emoticon mata terbelalak, menandakan kalau dia tengah terkejut. [Baru kemarin dia periksa loh. Wah nggak bener ini] balasnya yang diakhiri dengan emoticon marah.[Biarin aja kita ikuti saja permainannya. Rencana kalina mau nginep berapa hari?] Ambar mengalihkan pembicaraan.[Terus Abang bagaimana? Apa dia nggak nolak gitu?] tanya Vina lagi, gadis itu sungguh penasaran campur geram pada Kinan.[Udah, tapi mo gimana lagi, di rumah cuma ada kita kan] terkirim dan langsung centang biru. Vina sedang mengetik."Dek Ambarku, seru banget main ponselnya, sampai senyam-senyum sendiri." Iyan yang sudah penasaran dengan sika

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tujuh

    Kedua insan yang tengah kasmaran itu meredam gejolak yang tadinya berkorbar. "Aku akan melihatnya," ucap Ambar dengan suara serak dan napas tersengal."Aku saja," cegah Iyan yang juga tengah mengatur napasnya."Jangan, Bang. Itu pasti Kinan. Bair aku aja. Abang mandi dulu gih, sebentar lagi Magrib," ujar Ambar sambil melangkah menuju pintu."Ada apa, Mbak Kinan?" tanya Ambar setelah pintu terbuka."Maaf, Mbak Ambar. Mas Iyan-nya ada? Aku mau bicara dengannya." Tanpa rasa segan Kinan mencari lelaki yang jelas-jelas sudah beristri."Katakan saja, nanti aku sampaikan padanya," sahut Ambar cepat."Aku lebih enak ngomong sama Mas Iyan langsung." Kinan masih bersikeras dengan keinginannya."Ada apa, Dek?" tanya Iyan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Melihat Iyan yang tengah mengacak rambutnya yang basah, Kinan menjadi kesal, wanita yang tengah hamil muda itu cemburu."Nanti habis Magrib, Mas Iyan antar aku periksa ke bidan ya? Sebenarnya balum waktunya balik, tapi badanku rasanya kura

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh enam

    "Maaf, Tante. Aku ndak bisa ikut, tadi aku sudah bilang sama Mas Iyan?" Ucapan Kinan mengejutkan semua orang yang sudah bersiap-siap untuk pergi. Mereka semua menoleh pada wanita berparas ayu tersebut.Vina yang sudah bersiap mengangkat ransel, kembali meletakkannya. "Bagaimana bisa, Kinan. Alif aja ikut kami, harusnya kamu ngerti dong." Vina sudah tidak tahan lagi. Adik ipar Ambar itu semakin kesal menghadapi keras kepalanya Kinan."Aku sungguh kurang enak badan, Vin. Kamu tahu, bahkan hanya mendengar kata 'naik mobil' perutku sudah mual," sanggah Kinan."Omong kosong!" umpat Vina yang sudah tidak tahan lagi dengan sandiwara Kinan."Vina ...." Sebenarnya Farida mengerti mengapa putrinya bersikap seperti itu, setelah semua bekerjasama memberi waktu pada Iyan dan Ambar, Kinan malah merusaknya. "Dia hanya berpura-pura, Bu," tukas Vina. Namun, wanita yang melahirkannya itu tak begitu menghiraukan. "Sudahlah, jika Kinan tak mau ikut, nggak usah dipaksa. Ayo sekarang kita ke depan, kasih

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh lima

    "Ada yang bisa kubantu?" tanyanya membuat Ambar berjingkat. Setelah bisa menguasai keterkejutannya Ambar pun membalas ucapan suaminya. "Ndak usah .... " Bundanya Alif itu menjeda kalimatnya, wanita itu bingung harus memanggil Iyan dengan sebutan apa."Kenapa diam?" tanya Iyan dengan suara rendah. Lelaki itu semakin mendekat dan itu semakin membuat Ambar gugup."Em ....""Bingung mau manggil aku dengan sebutan apa?" tanya Iyan, tatapannya semakin fokus pada sang istri.Ambar tersenyum kemudian mengangguk. "Susah kah?" tanya Iyan lagi. Karena merasa didesak akhirnya Ambar memberanikan diri mengangkat wajahnya."Sebenarnya ndak susah, cuma canggung aja. Tiba-tiba saja kita sudah menikah," balasnya. Tatapan mereka bertemu, keduanya seoalah enggan mengalihkannya, Iyan dan Ambar saling jatuh cinta."Senyamannya kamu, kalau aku ... Em, boleh nggak kalau aku manggilnya 'Dek'?" Akhirnya kalimat sakti itu keluar juga dari bibir lelaki jangkung tersebut. "Bunda ....!" Seruan Alif membuat mer

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh empat

    "Ada apa? Siapa yang meninggal, Sumi?" tanya Haris dengan suara serak, khas orang bangun tidur. Di KTP-nya, lelaki itu beragama Islam, walaupun kenyataan dia jarang atau hampir tidak pernah melakukan perintah Tuhannya. Namun, dia tahu dan paham untuk apa kalimat yang diucapkan Sumi tadi. Walaupun sebenarnya kalimat itu tak hanya untuk berita kematian, karena sejatinya disaat kita tengah mengalami hal buruk dan kesialan, kita bisa juga mengucapkannya."Aku-aku ... mau ke rumah sakit sekarang," balas Sumi. Wanita itu memungut ponselnya yang tergeletak di lantai tanpa menjawab pertanyaan lelaki yang masih bergulung selimut itu. Setelah mengamati dan memastikan jika benda pintar miliknya itu baik-baik saja, Sumi pun meletakkannya kembali di meja, kemudian dengan langkah tergesa dia menuju ke kamar mandi. Setelah bayangan Sumi tak lagi terlihat, dengan malas Haris bangkit dari tidurnya, kemudian duduk di tepi ranjang lalu membuat gerakan peregangan otot. Sumi yang baru saja keluar dari ka

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tiga

    Sementara di dalam kamar, Iyan dan Ambar tak bisa berbuat lebih, mereka hanya berbaring di sisi kiri dan kanan Alif sambil saling menatap, untuk saat ini bocah lelaki itu yang menguasai ranjang. "Maaf ...," ucap Ambar dengan suara yang hampir tak terdengar. "Ok," sahut Iyan tanpa suara, lelaki itu hanya menggerakkan bibirnya kemudian tersenyum. Setelah cukup lama saling pandang, Iyan memberanikan diri, tangan kanannya terulur lalu membelai rambut hitam milik Ambar. Bundanya Alif itu tersipu malu, tetapi dia begitu menikmatinya, hingga keduanya sama-sama terlelap.Pagi adalah waktu yang sibuk bagi setiap ibu rumah tangga, begitu juga dengan Ambar. Setelah selesai melaksanakan kewajiban dua rekaat, bundanya Alif itu langsung menyibukkan diri di dapur. Sementara para lelaki penghuni rumah itu masih belum kembali dari musolah. Aroma kopi dan teh melati yang menguar di seluruh ruangan membuat Vina keluar dari kamarnya dan melangkah ke dapur."Ih, pengantin baru rajin amat," godanya pada

DMCA.com Protection Status