Share

Enam belas

Penulis: Puspita852
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-08 08:30:42

"Bu ...." Ambar menjeda kalimatnya untuk meredam rasa gelisah karena hendak menyampaikan sesuatu yang mungkin akan merubah segalanya. "Aku ingin berpisah dengan Mas Rudi. Rasanya aku tak kan bisa melanjutkan rumah tangga dengannya. Maaf," lanjut Ambar pelan tapi pasti. "Mungkin, aku ini egois, tapi raga dan batinku seolah menolak Mas Rudi jika teringat apa yang sudah dilakukannya." Lagi Ambar mengatakan apa yang dirasakannya, menumpahkan sedikit yang dia rasakan pada sang mertua.

"Ndak perlu minta maaf, Mbar. Aku bisa mengerti, aku bisa membayangkan bagaimana rasanya jika berada di posisimu, Mbar. Aku hanya ingin kamu melakukan permintaan terakhirku sebagai mertuamu," pinta Rahayu pada wanita yang telah memberinya seorang cucu itu.

Ambar tak membantah lagi, wanita yatim piatu itu memilih diam, bukan karena takut atau sedih. Namun, demi menjaga kewarasannya dia memilih berpikir positif. Mungkin, ibu mertuanya itu mau memberi pelajaran untuk anaknya. Semoga saja.

"Mbar, jika kamu benar-
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
tahhhh pelakor laknat bikin mampus thor..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   Tujuh belas

    Sebelum Santi menyimpan ponselnya dalam tas, sebuah notifikasi terdengar dari benda canggih miliknya itu. [Kirim foto dan alamat lengkapnya, kebetulan saat ini aku ada keperluan di kota itu] bunyi pesan dari Riswan. Tanpa menunggu lebih lama Santi langsung membalasnya. [Hanya ini, selebihnya kamu sendiri yang mencari tahu semuanya tentang dia] balas Santi, terkirim dan terbaca. Sebuah emot jempol kembali terkirim ke ponsel Santi sebagai tandan 'ok'. Santi hanya membukanya, setelah itu dia kembali konsentrasi ke pekerjaannya.**"Fit, ibu mana?" tanya Ambar ketika hanya mendapati perempuan berambut sebahu itu di ruang keluarga."Ada di kamar, Mbak. Mungkin sudah tidur," sahut Fitri tanpa menoleh pada Ambar, pandangannya fokus pada layar televisi."Ya udah, aku mau jemput Alif dulu," pamit Ambar, setelah itu wanita pemilik hidung mungil itu mengayunkan langkahnya menuju luar. Saat ini dia merasa sedikit tenang karena masalah dengan Rudi akan segera terselesaikan. "Mbak Ambar!" seru F

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   Delapan belas

    "Selamat malam, Bu," ucap Rudi penuh percaya diri sambil menggandeng Santi. Lelaki tiga puluh delapan tahun meraih tangan ibunya lalu menciumnya dengan takzim. Rahayu masih bungkam, dia juga menyambut uluran tangan Santi, tetapi Rahayu segera menarik tangannya ketika hendak dicium oleh Santi."Tadi pagi aku ke rumah sakit, kenapa ibu harus meminta pulang paksa, seharusnya ibu di rumah sakit dulu sampai benar-benar sembuh." Panjang lebar Rudi mengutarakan isi hatinya."Aku sudah sehat, Rud. Jadi buat apa lama-lama di rumah sakit. Di sini kondisiku akan lebih cepat pulih karena ada Alif dan Ambar yang akan merawat dan menjagaku dengan baik," sahut Rahayu dengan tatapan lurus pada manik mata putranya.Di tatap sedemikan rupa oleh sang ibu, Rudi tak lagi bisa berkata, lidahnya seolah keluh. Baginya amarah Rahayu amatlah menakutkan, karena dia sangat menghormati wanita yang telah melahirkannya itu. Rudi menoleh pada Santi ketika perempuan itu menyenggolnya. Seolah paham, Rudi langsung memp

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-12
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   Sembilan belas

    "Mas!" Santi tersentak mendengar dirinya disebut sebagai wanita tak bermartabat, harga dirinya sungguh dipermainkan."Bu, tak perlu memujiku seperti itu. Semuanya tak ada artinya jika memang kita tak berjodoh. Aku bersedih, tentu. Sepuluh tahun bersama bukalah waktu yang singkat. Sayang, hubungan ini harus berakhir karena penghianatan. Mungkin, ini jalan Tuhan agar aku tidak terlalu menangisi perpisahan ini, Tuhan ingin menunjukkan bahwa dia bukanlah imam yang baik untukku.""Jaga bicaramu, Mbar! Tak pantas mulutmu berkata seperti itu. Kamu pikir dirimu itu wanita suci?""Aku tak pernah mengatakan diriku ini suci. Setidaknya aku tidak menghianati janji yang telah terucap di hadapan Allah.""Kamu jangan diam saja. Mereka telah menghinaku, Mas!" seru Santi sambil terisak dalam pelukan Rudi. "Mereka keterlaluan, Mas. Ibumu keterlaluan, salahku apa, Mas? Mengapa cinta kita harus seperti ini?" imbuhnya sambil menangis meraung.Mendengar ucapan kekasihnya, Rudi pun ikut emosi. Lelaki itu ba

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-12
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   Dua puluh

    "Aku keluar dulu, Mbak," ucap Fitri setelah mendapati Ambar berdiri ditengah pintu yang tertutup. Bundanya Alif itu membuka matanya, kemudian tersenyum pada wanita yang baru beberapa waktu dikenalnya, namun sudah banyak membantu itu."Terima kasih ya, Fit," ucap Ambar tulus, tatapan mereka beradu kemudian keduanya mengulas senyum."Sama-sama, Mbak. jangan segan-segan bercerita padaku, Mbak," balas perempuan itu sambil menepuk pundak Ambar sebagai tanda semua akan baik-baik saja.Setelah Fitri keluar, Ambar melangkah mendekati Alif yang tengah terlelap, ditatapnya bocah empat tahun itu lekat-lekat. Setetes bening itu meluncur membasahi pipinya yang mulus. Namun, setelah itu sebuah senyuman terbit di bibir tipisnya."Kita bisa ya, Kak. Alif dan Bunda pasti bisa melewati semuanya bersama," ucap Ambar yang direspon sebuah senyuman dari bibir mungil Alif. Melihat itu membuat air mata Ambar semakin deras.Di luar ruangan Rahayu masih duduk termenung di tempatnya semula, wanita senja itu nam

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-13
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   Dua puluh satu

    "Mbak, aku disuruh Ibu nemeni Mbak Ambar," ucap Fitri setelah masuk ke kamar Ambar. Bundanya Alif itu memang belum mengunci pintu kamarnya, karena dia belum bersiap untuk tidur. Sementara wanita yang diajak bicara itu tak menyahut, Ambar terlihat tengah mencari sesuatu dalam lemarinya."Cari apa sih, Mbak? Serius amat?" tanya Fitri setelah mendekat."Fit, semua surat penting ndak ada di tempatnya," sahut Ambar terlihat panik."Loh? Kok bisa?" tanya Fitri ikut panik. "Coba cari yang betul-betul, Mbak. Barangkali nyelip di bawah," ujarnya.Ambar menatap perempuan yang hobi memasak itu. "Ndak mungkin nyelip, Fit. Apa mungkin tadi pas kita ke salon, Mas Rudi datang?" tanya sekaligus tebakannya."Dia punya kuncinya?" Fitri balik bertanya. Ambar mengangguk sebagai jawaban iya."Memang untuk apa Mas Rudi melakukannya ya, Mbak?""Rekaman video itu, iya ... pasti dia ingin menukar surat-surat penting dengan rekaman videonya," tebak Ambar. "Laporkan saja ke kantor polisi, Mbak," usul Fitri."

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-13
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   Dua puluh dua

    Ambar perlahan mendekati lekaki itu, wanita itu membuang rasa takutnya demi sang buah hati. Setelah jarak mereka semakin dekat tiba-tiba Ambar bergerak cepat, wanita kelahiran bulan Januari itu mencakar dan memukul lelaki berbadan kekar yang tengah menyandra Fitri dan putranya. Seolah mengerti, Fitri pun melakukan hal yang sama, perempuan penyuka warna gelap itu berontak, menggigit tangan pelaku dan menendang ke belakang, membuat lelaki itu terpojok. Sementara tangisan Alif semakin terdengar kencang.Mendengar kegaduhan di dalam kamar, Rahayu dan beberapa orang yang datang bersamanya menerobos masuk. Mereka semua mengeroyok lelaki penyusup itu, hingga membuatnya tak berdaya dan akhirnya bisa dibekuk. Entah siapa yang menghubungi polisi, tiba-tiba sudah ada beberapa petugas patroli yang datang ke rumah Ambar. "Silakan ibu ikut kami ke kantor polisi untuk memberikan keterangan," ucap salah satu petugas. Ambar tak menyahut, wanita itu masih terlihat shock tubuhnya bergetar sambil memel

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   Dua puluh tiga

    "Aku harap kamu ndak ada sangkut pautnya dengan kasus yang menimpa Ambar," ucap Rahayu tanpa basa-basi."Kasus apa, Bu?" tanya Rudi bingung."Ada seseorang yang ingin mencelakai Ambar, beruntung Allah masih menyelamatkannya, jika saja–""Ambar? Mencelakai? Tolong bicara dengan jelas, Bu. Apa yang terjadi dengannya?" tanya Rudi panik. Melihat hal itu membuat Santi mengangkat wajahnya."Aku benar-benar tidak tahu menahu tentang hal ini, Bu. Percayalah ... lagian buat apa aku melakukannya?""Siapa tahu, Rud. Buktinya semua surat-surat penting milik kalian telah hilang dari tempatnya. Kamu sudah menjadi lelaki yang gagal, jangan tambah keburukan lagi, dengan menjadi lelaki pecundang dan licik!""Bu!" Baru kali ini Rudi berbicara keras pada ibunya, terlihat jelas ada penyesalan dari raut wajahnya. Berbeda dengan Santi, wanita itu menganggat salah satu sudut bibir atasnya."Bu, aku tak seburuk itu. Aku hanya ingin menjalani kehidupan dengan wanita yang kucintai. Jika Ambar bisa menerima ken

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   dua puluh empat

    Rahayu bangkit sambil meraih gelas minumannya yang isinya tinggal separuh. Tanpa berkata apa wanita senja yang masih terlihat gesit itu melangkah pergi."Ibu mau ke mana?" tanya Ambar dan Fitri bersamaan. Bahkan Ambar sudah berdiri hendak menyusulnya."Sebentar, kalian tunggu di sini saja," sahut Rahayu, membuat keduanya perempuan itu saling pandang, setelah itu Rahayu kembali meneruskan langkahnya. Ambar menatap punggung Rahayu yang semakin menjauh. Namun, dia bergegas menyusul mertuanya tersebut.Tatapan Rahayu fokus pada Santi dan teman lelakinya, kedua manusia itu tanpa sungkan terlihat bermesraan. Santi dengan manja bersandar di bahu lelaki berambut lurus itu, sementara sang lelaki membelai rambutnya dengan mesra. Sebenarnya Rahayu sangat jijik melihat pemandangan seperti itu. Biasanya jika tanpa sengaja dia melihat pasangan bermesraan di tempat umum, dia memilih pergi dari tempat tersebut.Ambar mempercepat langkahnya ketika Rahayu sudah sampai di depan Santi. Wanita itu khawatir

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15

Bab terbaru

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   seratus satu

    "Ada apa, Dek?""Kinan ndak nyahut, Bang.""Kinan! Kinan! Buka pintunya, Kinan!"Karena masih belum ada jawaban, Iyan pun mulai mendobrak pintu. Namun, setelah dobrakan kedua terdengar anak kunci yang diputar. Suami-istri itu saling berpandangan, kemudian perlahan melangkah mundur. Pintu kamar terbuka, Iyan dan Ambar sama-sama terperanjat melihat pemandangan yang tersaji di depan mata."Lebih baik aku mati, aku sudah tidak kuat ...." Tubuh berlumuran darah itu ambruk tetapi masih bisa ditahan oleh Iyan, sehingga tak sampai tersungkur."Ya Allah, Kinan!" seru Ambar bersamaan dengan Iyan."Ambil kunci mobil. Kita ke rumah sakit!"Keduanya bergegas ke depan menuju mobil, kemudian dengan kecepatan tinggi Iyan membelah jalanan yang tidak terlalu padat.**Semua keluarga kembali dan langsung ke rumah sakit di mana Kinan dirawat. Begitu juga dengan Miranti dan Bowo, keduanya langsung berangkat setelah mendapatkan kabar. Diiringi isak tangis, Miranti berkali-kali meminta maaf pada Farida kar

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   seratus

    Malam sudah larut ketika mobil yang dikendarai Iyan sampai di kediamannya. Selama perjalanan, kedua pasutri itu membicarakan banyak hal, bercanda dan tertawa. Sementara Kinan memilih untuk memejamkan matanya, wanita bertubuh agak berisi itu berpura-pura tidur untuk meredam gejolak amarah karena cemburu, hingga dia benar-benar terlelap, walaupun tak nyenyak. Iyan meminta Ambar untuk membangunkan Kinan. Sementara dia membuka pintu."Mbak Kinan, bangun. Sudah sampai rumah," ucap Ambar dengan suara pelan sambil mengguncang pundak wanita pemilik wajah manis itu. Kinan mengerjap, setelah kesadaran pulih, tanpa bicara dia keluar dari mobil dan berlalu begitu saja meninggalkan Ambar yang masih berdiri mematung di samping mobil."Terima kasih, Mas," ucap Kinan saat dia sampai di depan Iyan yang berdiri di samping pintu, Iyan hanya tersenyum dan itu membuat Kinan melanjutkan langkahnya dengan pelan. Wanita yang tengah hamil muda itu semakin kesal ketika Iyan melangkah ke arah istrinya.Kinan se

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh sembilan

    "Ya udah kalau terserah abang. Kamu nggak boleh protes ya." Akhirnya dia berucap. Ambar yang mendengarnya hanya menghedikkan bahu sebagai jawaban.Wanita pemilik bulu mata lentik itu mengerutkan keningnya setelah mobil yang dikendarai suaminya hanya berpindah tempat parkir."Hotel?" tanyanya sambil mengamati sekitar."Iya, katanya terserah aku. Aku kan mau makan itu," goda Iyan sambil menaik turunkan kedua alisnya."Abang ...." Ambar benar-benar tak menyangka suaminya bisa berpikir ke situ."Udah dua malam loh, Dek. Kamu tak tahu bagaimana rasanya jadi aku." Saat mengatakannya Iyan memasang muka memelas hingga membuat Ambar gemas."Tapi ... tapi kenapa mesti di hotel? Aku ndak bawa surat nikah loh," sanggah Ambar cepat."Tenang," sahut Iyan sambil mengeluarkan buku tipis dari laci mobil."Abang, ish ...." Ambar semakin salah tingkah dibuatnya."Yuk! Ayo ... apa mau tak gendong?" ancam Iyan karena Ambar tak kunjung beranjak dari tempat duduknya. Bundanya Alif itu mengalah, dengan langk

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh delapan

    Sepanjang perjalanan Kinan tak henti-hentinya bercerita, walaupun tak ada tanggapan yang berarti dari Iyan. Sementara Ambar masih sibuk dengan ponselnya. Kali ini bundanya Alif itu tengah berbalas pesan dengan Vina. [Hai, Mbakku. Lagi ngapain?] tanya Vina dalam pesannya.Ambar mengambil foto lalu mengirimkan pada Vina [Lagi nganterin bumil periksa] balasnya.Vina mengirimkan emoticon mata terbelalak, menandakan kalau dia tengah terkejut. [Baru kemarin dia periksa loh. Wah nggak bener ini] balasnya yang diakhiri dengan emoticon marah.[Biarin aja kita ikuti saja permainannya. Rencana kalina mau nginep berapa hari?] Ambar mengalihkan pembicaraan.[Terus Abang bagaimana? Apa dia nggak nolak gitu?] tanya Vina lagi, gadis itu sungguh penasaran campur geram pada Kinan.[Udah, tapi mo gimana lagi, di rumah cuma ada kita kan] terkirim dan langsung centang biru. Vina sedang mengetik."Dek Ambarku, seru banget main ponselnya, sampai senyam-senyum sendiri." Iyan yang sudah penasaran dengan sika

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tujuh

    Kedua insan yang tengah kasmaran itu meredam gejolak yang tadinya berkorbar. "Aku akan melihatnya," ucap Ambar dengan suara serak dan napas tersengal."Aku saja," cegah Iyan yang juga tengah mengatur napasnya."Jangan, Bang. Itu pasti Kinan. Bair aku aja. Abang mandi dulu gih, sebentar lagi Magrib," ujar Ambar sambil melangkah menuju pintu."Ada apa, Mbak Kinan?" tanya Ambar setelah pintu terbuka."Maaf, Mbak Ambar. Mas Iyan-nya ada? Aku mau bicara dengannya." Tanpa rasa segan Kinan mencari lelaki yang jelas-jelas sudah beristri."Katakan saja, nanti aku sampaikan padanya," sahut Ambar cepat."Aku lebih enak ngomong sama Mas Iyan langsung." Kinan masih bersikeras dengan keinginannya."Ada apa, Dek?" tanya Iyan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Melihat Iyan yang tengah mengacak rambutnya yang basah, Kinan menjadi kesal, wanita yang tengah hamil muda itu cemburu."Nanti habis Magrib, Mas Iyan antar aku periksa ke bidan ya? Sebenarnya balum waktunya balik, tapi badanku rasanya kura

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh enam

    "Maaf, Tante. Aku ndak bisa ikut, tadi aku sudah bilang sama Mas Iyan?" Ucapan Kinan mengejutkan semua orang yang sudah bersiap-siap untuk pergi. Mereka semua menoleh pada wanita berparas ayu tersebut.Vina yang sudah bersiap mengangkat ransel, kembali meletakkannya. "Bagaimana bisa, Kinan. Alif aja ikut kami, harusnya kamu ngerti dong." Vina sudah tidak tahan lagi. Adik ipar Ambar itu semakin kesal menghadapi keras kepalanya Kinan."Aku sungguh kurang enak badan, Vin. Kamu tahu, bahkan hanya mendengar kata 'naik mobil' perutku sudah mual," sanggah Kinan."Omong kosong!" umpat Vina yang sudah tidak tahan lagi dengan sandiwara Kinan."Vina ...." Sebenarnya Farida mengerti mengapa putrinya bersikap seperti itu, setelah semua bekerjasama memberi waktu pada Iyan dan Ambar, Kinan malah merusaknya. "Dia hanya berpura-pura, Bu," tukas Vina. Namun, wanita yang melahirkannya itu tak begitu menghiraukan. "Sudahlah, jika Kinan tak mau ikut, nggak usah dipaksa. Ayo sekarang kita ke depan, kasih

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh lima

    "Ada yang bisa kubantu?" tanyanya membuat Ambar berjingkat. Setelah bisa menguasai keterkejutannya Ambar pun membalas ucapan suaminya. "Ndak usah .... " Bundanya Alif itu menjeda kalimatnya, wanita itu bingung harus memanggil Iyan dengan sebutan apa."Kenapa diam?" tanya Iyan dengan suara rendah. Lelaki itu semakin mendekat dan itu semakin membuat Ambar gugup."Em ....""Bingung mau manggil aku dengan sebutan apa?" tanya Iyan, tatapannya semakin fokus pada sang istri.Ambar tersenyum kemudian mengangguk. "Susah kah?" tanya Iyan lagi. Karena merasa didesak akhirnya Ambar memberanikan diri mengangkat wajahnya."Sebenarnya ndak susah, cuma canggung aja. Tiba-tiba saja kita sudah menikah," balasnya. Tatapan mereka bertemu, keduanya seoalah enggan mengalihkannya, Iyan dan Ambar saling jatuh cinta."Senyamannya kamu, kalau aku ... Em, boleh nggak kalau aku manggilnya 'Dek'?" Akhirnya kalimat sakti itu keluar juga dari bibir lelaki jangkung tersebut. "Bunda ....!" Seruan Alif membuat mer

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh empat

    "Ada apa? Siapa yang meninggal, Sumi?" tanya Haris dengan suara serak, khas orang bangun tidur. Di KTP-nya, lelaki itu beragama Islam, walaupun kenyataan dia jarang atau hampir tidak pernah melakukan perintah Tuhannya. Namun, dia tahu dan paham untuk apa kalimat yang diucapkan Sumi tadi. Walaupun sebenarnya kalimat itu tak hanya untuk berita kematian, karena sejatinya disaat kita tengah mengalami hal buruk dan kesialan, kita bisa juga mengucapkannya."Aku-aku ... mau ke rumah sakit sekarang," balas Sumi. Wanita itu memungut ponselnya yang tergeletak di lantai tanpa menjawab pertanyaan lelaki yang masih bergulung selimut itu. Setelah mengamati dan memastikan jika benda pintar miliknya itu baik-baik saja, Sumi pun meletakkannya kembali di meja, kemudian dengan langkah tergesa dia menuju ke kamar mandi. Setelah bayangan Sumi tak lagi terlihat, dengan malas Haris bangkit dari tidurnya, kemudian duduk di tepi ranjang lalu membuat gerakan peregangan otot. Sumi yang baru saja keluar dari ka

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tiga

    Sementara di dalam kamar, Iyan dan Ambar tak bisa berbuat lebih, mereka hanya berbaring di sisi kiri dan kanan Alif sambil saling menatap, untuk saat ini bocah lelaki itu yang menguasai ranjang. "Maaf ...," ucap Ambar dengan suara yang hampir tak terdengar. "Ok," sahut Iyan tanpa suara, lelaki itu hanya menggerakkan bibirnya kemudian tersenyum. Setelah cukup lama saling pandang, Iyan memberanikan diri, tangan kanannya terulur lalu membelai rambut hitam milik Ambar. Bundanya Alif itu tersipu malu, tetapi dia begitu menikmatinya, hingga keduanya sama-sama terlelap.Pagi adalah waktu yang sibuk bagi setiap ibu rumah tangga, begitu juga dengan Ambar. Setelah selesai melaksanakan kewajiban dua rekaat, bundanya Alif itu langsung menyibukkan diri di dapur. Sementara para lelaki penghuni rumah itu masih belum kembali dari musolah. Aroma kopi dan teh melati yang menguar di seluruh ruangan membuat Vina keluar dari kamarnya dan melangkah ke dapur."Ih, pengantin baru rajin amat," godanya pada

DMCA.com Protection Status