Anakku dengan kedua temannya tampak kewalahan menghadapi lawan-lawannya yang rata-rata berusia lebih dewasa darinya. Aku sendiri masih menunggu, menunggu dan menunggu Zhansen menampakkan dirinya. Aku penasaran seperti apa Zhansen yang ada dalam diri Awan, Keadaan semakin genting dan kritis, dua teman Awan sudah tergeletak tidak berdaya, tapi lawan mereka masih ada lima orang yang masih bugar, termasuk pemimpinnya. Pamimpin komplotan tersebut mulai mengintimidasi Awan dengan coba menjamah tubuh teman wanita Awan, saat itulah apa yang ku nantikan sejak tadi akhirnya menampakan dirinya untuk pertama kalinya, itulah saat Zhansen terlahir dalam diri Anakku."Kalian salah mencari lawan, anak muda." Gumamku lirih sambil menatap takjub pada perubahan Awan.Sebuah aura hitam pekat tiba-tiba mengelilingi tubuh Awan yang sebelumnya sudah tergeletak kehabisan tenaga. Dengan perlahan Awan bangkit, gerakannya sangat Kusuka. Apalagi saat Awan membuka kedua matanya, Mata Merah darah, mata Zhansen. M
POV AuthorDark Club miliknya Klan Atmaja sangat disibukan malam ini, karena malam ini merupakan pertarungan yang akan menghebohkan dunia hitam, Khususnya para mafia di seluruh dunia mengalihkan fokusnya pada pertarungan yang akan di selenggarakan malam itu. Pertarungan antara Awan yang erat dikaitkan dengan Klan Atmaja, karena belum ada berita yang jelas untuk bisa mengkonfirmasi hal itu, dan pihak Klan Atmaja sendiri sengaja masih menutup rapat tentang rapat tentang hal itu. Melawan putra mahkota Klan Yamada, Kunisaha Yamada. Salah satu klan yang punya pengaruh penting, tidak hanya di Negeri Sakura tempatnya berasal, melainkan juga seluruh dunia karena banyak Negara besar dan bahkan para penguasa yang sering memakai jasa mereka untuk melanggengkan kekuasaan mereka ataupun melenyapkan kelompok tertentu untuk membuat tangan para penguasa tersebut tetap terlihat bersih.Malam itu, banyak para petinggi Klan dan Kelompok Mafia terkenal yang hadir di Dark club tersebut. Arenanya sendiri s
POV AwanRumah itu masih sama, masih terlihat mewah dan megah layaknya Istana. Banyak sudah kenangan yang Kuhabiskan disana. Kehangatan yang ada didalamnya, setiap cinta yang pernah Kurasakan didalam sana, seakan berputar silih berganti dalam memoriku.Namun, apa yang Kulihat saat ini tidak lagi sama. Rumah itu terasa sangat sepi, tidak lagi ada kebahagiaan dan kegembiraan didalamnya. Hanya ada aura kesedihan dan duka. Kenapa bisa begini?Saat ini, Aku berdiri di tengah taman perumahan yang berjarak 200 meteran dari rumahnya Renata. Memandang jauh dari sini, walau yang nampak hanya atap rumahnya saja, namun dengan kemampuan baruku, semuanya seakan terlihat jelas dari tempatku berdiri. Memandang dengan lara yang terpendam sesak dalam dada.Berulang kali kaki ini ingin nekat untuk berjalan ke dalam rumah itu, menemuinya didalam sana. Merasakan lagi hangat pelukannya, melihat lagi cantik senyumannya, atau sekedar bisa melihat wajah cantiknya sebagai obat dari rasa rindu ini. Tapi, kata-k
Kak Rini menegakkan kepalanya dan menatapku lebih dekat."Tidak usah merasa bersalah seperti itu. Aku tidak memintamu untuk bertanggung jawab. Aku tahu tatapanmu itu, dan itu bukan cinta." Ucap Kak Rini menatapku dengan mata sayu. Ada kesedihan dalam nada suaranya."Kak.." Ucapku kelu."Ssstt jangan bicara dulu, Kakak ingin menikmati momen ini lebih lama." Ucap Kak Rini sambil menyanderkan kepalanya ke atas dadaku kembali."Seharusnya Kakak mencegahku melakukan ini. A-Aku telah mengambil ke.kesucian Kakak." Ucapku merasa menyesal."Huffttt.." Kak Rini mendengus kesal, lalu menegakkan kepalanya kembali dan menatapku."Jawab dengan jujur, Kamu menikmatinya tidak ?""Eh ?""Cukup jawab aja, iya atau tidak." Ujarnya tegas."Eh, i.iya, tapi..""Kalau begitu masalah selesai. Gak ada tapi-tapian. Kan sudah Kakak bilang, Kakak gak akan minta Kamu bertanggung jawab ataupun membalas cinta Kakak. Kakak justru senang melakukan yang pertama kalinya dengan Kamu." Ucapnya tersenyum. Tapi tatapanya i
"Ujung-ujungnya, gue yang diminta untuk mencari informasi tentang lu. Dan lu tahu! Bahkan begitu tahu tentang nama lu aja, dia senang banget. Sampai-sampai, dia selalu ngoceh dengan begitu senangnya sampai pagi, gue jadi gak bisa tidur dibuatnya.""Hahaha." Aku sampai tertawa melihat Rachel yang sedikit sewot pada cerita terakhir."Ih senang lu ya melihat penderitaan gue?" Rachel membelalakkan bola matanya."Tidak, bukan begitu. Senang aja lihat kalian begitu. Mungkin begitu rasanya punya Adik yah?" Pikirku senang. Sekilas Aku teringat dengan Luna sepupuku, Adiknya Kak Noura. Dia juga manja dan tengil. Walau kadang cerewet, tapi sangat menyenangkan rasanya bisa memiliki seorang adik perempuan. Mungkin itu juga yang dirasakan oleh Rachel terhadap Adiknya, walau kadang jengkel tapi tetap membahagiakan."Eh, mang lu gak punya saudara?" Tanya Rachel menyela."Gak, Aku anak tunggal."Keasikan pembicaraan Kami malam ini harus terhenti begitu ada sebuah pesan WA masuk dari Kak Noura, yang me
"Itu biar Kamu selalu ingat dengan Kakak." Ucapnya sebelum keluar dari mobil."Dan satu lagi, jangan buang hp lagi. Kalau mau ganti nomor harus kasih tahu Kakak, jangan menghilang kayak kemaren lagi." Ucap Kak Rini diiringi dengan tatapan tajam."Sana, kejar cintamu dek. Dan bilang padanya, kalau dia tidak bisa menjagamu, maka Aku yang akan mengambilmu darinya." Entah bagaimana Ia bisa tahu kalau Aku sudah mencintai wanita lain, atau memang begitu kepekaan seorang wanita kali ya.Walau Kak Rini mengucapkannya dengan santai, tapi ada keseriusan dalam kata-katanya. Segitunya kah perasaan cintanya padaku ? Sementara Aku sendiri tidak tahu harus bagaimana meresponnya. Mungkin Aku bisa mengurai soal-soal algoritma yang sulit, tapi tentang cinta ? Aku tidak ubahnya bagai orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Kak Rini jelas-jelas mencintaiku dengan sepenuh perasaannya, disamping itu Kami juga telah melakukan lebih dari yang seharusnya. dan Aku ? Membalas cintanya pun tidak. Bangsat kan itu na
Pertarungan itu sendiri berlangsung dengan begitu cepat dan singkat."Jangan dicepatin videonya." Kak Noura melihatku sebentar, "Kakak tidak mempercepatnya. Itu sudah waktu normal." Ujarnya sambil menunjuk penanda waktu di sudut layar."Pertarungannya sangat singkat, hanya beberapa detik saja.""Hah, Kakak serius ? Bukankah itu lawan yang pernah Kuhadapi sebelum Kakak ?" Tanyaku tidak menyangka.Terakhir yang Kuingat secara samar, Aku menghadapi petarung dari Negeri Gajah tersebut lumayan memakan waktu lama dan itupun, Ia berhasil membuatku sedikit kewalahan walau Aku sedang dalam dark mode. Tapi Kunisada hanya butuh beberapa detik saja untuk melumpuhkannya, tanpa lawannya bisa bangkit lagi. Tanpa sadar ada bagian dalam tubuhku sedikit bergetar dan bersemangat menyambut tantangan bertarung itu. Tapi, Aku sadar kalau lawan yang akan Kuhadapi kali ini sangatlah kuat, bahkan untuk dark mode-ku sekalipun."Itulah kenapa Kakak bilang tidak masalah kalau Kamu mau mengamuk seperti apapun, d
"Semengerikan itu kah Kak ?""Iya dan untuk mencapai tahap itu tidaklah mudah. Konon katanya seseorang harus melewati batas antara hidup dan mati. Bisa melalui latihan yang sangat berat secara konstan atau melalui pertarungan yang mempertaruhkan hidup dan mati.""Di Klan kita sudah ada yang mencapai level itu kak ?" Tanyaku penasaran, siapa tahu Aku bisa belajar darinya."Setahu Kakak yang sudah mencapai level itu, Kakek. Dan mungkin para mantan Seven Devil juga sudah mencapai level itu." Ucap Kak Noura sambil melirik Devi, mungkin karena Ayahnya Devi merupakan salah seorang mantan Seven Devil."Om Joe ?""Ayah baru mencapai level awakeningnya, tapi belum berhasil menyempurnakannya. Jangan tanya bagaimana cara menyempurnakannya, karena hanya orang yang sudah mencapai tahap itu yang mengetahui caranya. Dan proses setiap orang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan sejatinya.""Dan untukmu dek. Waktu Kita sangat singkat, 1 bulan. Jangan pikirkan bagaimana mencapai tahap awakening dulu, se
Awan teringat kejadian dimana dia koma dulu, jadi saat Ia sedang tidak sadarkan diri Angel mengambil kesempatan itu. Apa Ia sengaja menyelinap sendiri dan nekat masuk ke dalam kamarnya ? Tapi, apapun itu, Awan percaya jika Angel bisa melakukan itu. Angel cukup licik untuk trik seperti itu. Awan justru senang, ternyata ciuman pertama Angel masih dengan dirinya bukan cowok lain. Kalau tidak, Ia pasti akan cemburu dibuatnya."Hmn kenapa senyum-senyum?""Berarti sekarang kita sudah impas, karena kali ini Aku yang mencuri ciuman kedua mu. Jadi skornya satu-satu sekarang, xixixi."Baru saja mereka larut dengan kebahagiaan setelah berpisah sekian lama, terdengar himbauan untuk penumpang agar segera menaiki pesawat. Eskpresi Angel langsung berubah sendu."Pergilah." Kata Awan lembut dengan tatapan penuh cinta."Tapi..." Angel terlihat berat untuk melangkah pergi. Ia masih belum puas bersama Awan saat ini, Ia begitu mencintai Awan dan baru bertemu sebentar saja. Tapi harus segera pergi, Ange
"Tentu saja, Aku menyayanginya." Jawab Awan dengan yakin."Kalau begitu, kakak harus bergegas menyusulnya sekarang.""Hah, maksudnya?""Karena 3 setengah jam lagi pesawat Kak Angel akan berangkat menuju Inggris dari Bandara Soetta. Kak Angel telah memutuskan untuk melanjutkan studinya disana.""Apa? Kenapa kamu tidak bilang daritadi kalau Angel akan berangkat." Ucap Awan panik. Lalu bergegas pergi, tanpa menunggu penjelasan Raysha lebih lanjut.Dalam pikirannya saat ini adalah Angel, dalam hati Ia berulang kali merutuki kebodohannya selama ini. Ini salahnya juga, kenapa tidak menemui Angel sebelumnya. Dia tahu Angel berkarakter keras, kalau sudah memiliki kemauan, pasti Ia akan mewujudkannya.Selama ini, Awan hanya menyimpulkan sendiri jika Angel hanya sibuk dengan dunia sendiri. Tanpa Ia sadari, jika Angel melakukan semua itu untuk dirinya."Lihat akibat sikap keras kepalamu, membuat kita menjadi jauh seperti ini." Gumam Awan kesal.Semula Awan hendak meminjam mobilnya Devi, karena k
"Kamu mau meminta apa?" Tanya Awan melihat keraguan Karin."Apa Kamu sudah bisa move on dari Kak Nata dan menemukan penggantinya?"Pertanyaan Karin semakin membuat Awan binggung, Awal dia ingin meminta sesuatu, lalu malah bertanya. Apa korelasi pertanyaannya dengan permintaan yang akan diajukan Karin padanya.Awan berpikir sesaat, move on dari Renata? Jelas bayangan Renata masih begitu kental dihatinya. Bagaimana Ia akan bisa melupakannya? Kenangan yang ditorehkan Renata dalam hatinya begitu dalam hingga sulit baginya untuk menghapusnya begitu saja. Bahkan setiap Awan pergi ke Kota ini, kesedihan selalu menyelimutinya sepanjang waktu.Lalu, apakah Ia sudah menemukan penggantinya? Siapa, Annisa? Memang Ia mencintainya, tapi Ia belum ingin memikirkannya saat ini. Angel? Walau Ia semakin sering mengiriminya pesan dan telponnya yang tidak pernah diangkatnya, Awan mulai ragu dengan masa depannya bersama Angel karena sikap Angel sebelumnya."Move on, aku sedang berusaha. Untuk pengganti Ren
"Yaah, bisa gak sih kalau waktu berhenti sampai disini saja? Aku pengen bareng kalian terus." Ucap Veby sedih."Seandainya pun bisa, mungkin kita semua tidak akan pernah menjadi dewasa. Bukankah itu lama-lama akan membuat kita bosan? Justru dengan adanya waktu yang berjalan, kenangan hari ini dan sebelumnya akan menjadi kenangan terindah dalam diri kita masing-masing. Saat kita menyongsong masa depan dan kita bertemu lagi dengan diri kita yang sudah dewasa, bukankah itu jauh lebih indah?""Benar apa yang diucapkan Awan! Biarkan kenangan indah persahabatan kita, terukir abadi dalam hati. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi janji yang kita buat hari ini, lima tahun lagi kita akan bertemu kembali dengan masing-masing impian kita dan dengan diri kita yang lebih dewasa." Ucap Lina menanggapi."Iya, mari kita berjanji. Lima tahun lagi kita akan berkumpul dengan impian kita masing-masing." Kata Siska."Lima tahun lagi, kita akan berkumpul kembali." Ikrar yang lainnya penuh semangat."Loh
"Aw aw.. Sakit Vi.""Hahaha,, Hajar Vi."Teriak Siska senang begitu melihat Novi dan Radit yang mengaduh kena jeweran Devi."Aduh duh sakit, Vi. Lepasin.""Kebiasaan kalian berdua nih yah, mau ikut meluk Awan apa mau ngambil kesempatan?" Ujar Devi galak."Yah, kan sekalian gitu Vi." Balas Radit ngeles."Jewer aja terus Vi, kalau perlu sampai sampai putus telinganya. Emang tuh si Radit." Shiren ikut mengompori."Ciiee yang mentang-mentang udah bubaran jadi sengit gitu." Ledek Lina sambil tertawa."Wkwkwk, Shiren senang banget melihat Radit menderita sekarang."Yang lain malah ikut menertawakan Radit dan Shiren, sampai ketika Sherla mengalihkan topi pada Awan lagi, "Awan, kamu kemana aja selama ini?" Tatapan Sherla masih sama dengan yang dulu. Begitu tahu Renata meninggal saja, Sherla adalah orang yang paling bersedih. Dia sedih dengan meninggalnya Renata dan lebih sedih lagi karena Ia tahu jika Awan adalah yang paling kehilangan Renata saat itu. Ia tahu jika perasaannya tidak mendapat
Setelah berlalu beberapa hari, Mikha tampak sudah mulai bersikap seperti biasa. Tidak hanya itu, sekarang Ia bahkan tampak jauh lebih ceria dan bersemangat dari sejak Ia pertama datang. Mungkin karena tingkat hubungannya dengan Awan yang sudah lebih intim, membuatnya lebih bisa terbuka dalam segala hal. Sepanjang periode itu, Angel juga sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Awan. Tapi, Awan sedang enggan untuk menanggapinya saat ini. Bahkan notifikasi pesan masuknya sudah ribuan dan tidak ada satupun yang ditanggapi Awan.Alasan utamanya bukan karena apa yang dilihat Awan ketika di Resto sebelumnya, tapi karena sikap Angel sendiri yang tampak enggan untuk bertemu dengannya selama ini. Sehingga Awan pun mulai meragukan kelanjutan hubungannya dengan Angel.Tepat disaat Ia melihat-lihat hp-nya, sebuah notifikasi muncul. Ternyata itu adalah pesan dari sahabatnya, Sherla. Ternyata Ia memberi kabar tentang acara perpisahan mereka yang akan berlangsung 2 hari ke depan. Cukup lama j
Mikha memikirkan hendak menerima tawaran dari Mpok Rina. Awan sudah membaca gelagat Mikha, sehingga Ia cepat bicara, "Mikha akan tinggal bersama saya, Mpok."Mikha dan Mpok Rina sama terkejut dengan pernyataan Awan barusan."Maaf, Mas ini siapa yah?" Mpok Rina bertanya dengan menyimpan kecurigaan pada Awan. Ia melihat Awan semenjak tadi dan bahkan menemani mereka sampai ke tempat pemakaman. Cuma karena Ia fokus pada Mikha sebelumnya, sehingga tidak menghiraukan keberadaan Awan."Ia teman saya, Mpok. Namanya, Awan. Ia juga yang telah menyelamatkan Mikha sebelumnya." Mika khawatir jika Mpok Rina akan mencurigai Awan tidak baik, sehingga Ia cepat menjelaskan siapa Awan untuk menghindari kesalahpahaman."Oh, begitu. Terimakasih banyak, Nak. Kamu telah menyelamatkan Mikha, kasihan Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang." Ujar Mpok Rina ramah dan telah mengubah penilaiannya terhadap Awan."Tidak usah sungkan, Mpok. Mikha juga teman saya, sudah kewajiban saya menolong seorang teman.
2 jam kemudian, Awan dan Mikha sudah sampai disalah satu daerah pinggiran Ibu Kota. Disana Awan baru sadar, betapa besarnya ketimpangan antara lingkungan Apartemen yang ditinggalinya dengan tempat yang sedang dilaluinya bersama Mikha sekarang. Kebanyakan bangunan yang ada disini bersifat semi permanen dan bahkan ada sebagian rumah yang hanya berdindingkan seng dan kardus bekas.Ditambah jumlah penduduk yang begitu padat membuat tempat ini sebenarnya sangat tidak layak untuk dihuni.Menurut keterangan Mikha, rata-rata mereka yang tinggal disana adalah pendatang yang datang dari luar daerah untuk mengadu nasib di ibu kota. Tapi, karena biya hidup yang begitu tinggi sehingga mereka hanya sanggup untuk menyewa rumah-rumah liar seperti itu.Belum lagi, resiko digusur oleh satpol PP yang bisa datang kapan saja.Awan dan Mikha melewati beberapa gang, sebelum menuju salah satu rumah yang sangat-sangat sederhana. Itu adalah rumah kontrakan Mikha, namun herannya rumah itu begitu sepi. Mikha me
Karena situasinya yang sudah tenang dan mencair diantara mereka, tapi karena pelukan Mikha yang sekarang sudah tenang dan tidak takut lagi seperti sebelumnya. Belum lagi, kenyataan jika kulit mereka bersentuhan secara langsung, justru membuat Awan yang tidak tenang jadinya. Bagaimanapun Ia masih muda, memeluk wanita cantik dalam keadaan terbuka membuat begitu hasratnya mudah tergoda."Hmnn.. itunya bangun lagi." Tunjuk Mikha malu begitu sadar bagian bawah tubuh Awan bergerak. Ia tidak menyangka jika benda yang semalam telah mengoyaknya itu akan kembali terbangun, sehingga wajah Mikha kembali tersipu."Hmn, dia terbangun karena dipeluk wanita cantik.""Apaan sih." Ucap Mikha tersipu sambil mencubit pelan pinggang Awan.Setelah Mikha tertidur pulas disampingnya, Awan bergegas mencari informasi tentang geng Kapak Merah melalu jaringannya di Klan Atmaja. Bukan hal yang sulit untuk mencari informasi tentang gengster manapun dalam Negeri, karena Ia sendiri sudah punya kendaraan besar Klan