Pertarungan itu sendiri berlangsung dengan begitu cepat dan singkat."Jangan dicepatin videonya." Kak Noura melihatku sebentar, "Kakak tidak mempercepatnya. Itu sudah waktu normal." Ujarnya sambil menunjuk penanda waktu di sudut layar."Pertarungannya sangat singkat, hanya beberapa detik saja.""Hah, Kakak serius ? Bukankah itu lawan yang pernah Kuhadapi sebelum Kakak ?" Tanyaku tidak menyangka.Terakhir yang Kuingat secara samar, Aku menghadapi petarung dari Negeri Gajah tersebut lumayan memakan waktu lama dan itupun, Ia berhasil membuatku sedikit kewalahan walau Aku sedang dalam dark mode. Tapi Kunisada hanya butuh beberapa detik saja untuk melumpuhkannya, tanpa lawannya bisa bangkit lagi. Tanpa sadar ada bagian dalam tubuhku sedikit bergetar dan bersemangat menyambut tantangan bertarung itu. Tapi, Aku sadar kalau lawan yang akan Kuhadapi kali ini sangatlah kuat, bahkan untuk dark mode-ku sekalipun."Itulah kenapa Kakak bilang tidak masalah kalau Kamu mau mengamuk seperti apapun, d
"Semengerikan itu kah Kak ?""Iya dan untuk mencapai tahap itu tidaklah mudah. Konon katanya seseorang harus melewati batas antara hidup dan mati. Bisa melalui latihan yang sangat berat secara konstan atau melalui pertarungan yang mempertaruhkan hidup dan mati.""Di Klan kita sudah ada yang mencapai level itu kak ?" Tanyaku penasaran, siapa tahu Aku bisa belajar darinya."Setahu Kakak yang sudah mencapai level itu, Kakek. Dan mungkin para mantan Seven Devil juga sudah mencapai level itu." Ucap Kak Noura sambil melirik Devi, mungkin karena Ayahnya Devi merupakan salah seorang mantan Seven Devil."Om Joe ?""Ayah baru mencapai level awakeningnya, tapi belum berhasil menyempurnakannya. Jangan tanya bagaimana cara menyempurnakannya, karena hanya orang yang sudah mencapai tahap itu yang mengetahui caranya. Dan proses setiap orang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan sejatinya.""Dan untukmu dek. Waktu Kita sangat singkat, 1 bulan. Jangan pikirkan bagaimana mencapai tahap awakening dulu, se
POV AuthorWoossshh wosshhhhBaaammmm baammmmBunyi benturan akibat pertarungan silih berganti terdengar menggema memenuhi seantero ruangan. Ditengah ruangan sendiri tampak tiga sosok yang saling beradu kemampuan. Sebenarnya pertarungan itu tampak seperti berat sebelah, dimana dua orang wanita tampak silih berganti menyerang seorang cowok yang tampak mulai kewalahan menghadapinya.Tapi, jangan salah sangka. Ini bukan pertarungan adu kenikmatan yang membuat si pria mengerang nikmat. Tapi ini pertarungan serius adu kekerasan, bukan erang kenikmatan yang keluar dari mulut si pria, melainkan erang kesakitan yang sesekali keluar dari bibirnya yang sudah menyemburkan darah segar."KELUARKAN DIA.." Teriak Abe dari pinggir ruangan coba memaksa Awan yang saat itu sedang kepayahan menghadapi Noura dan Devi sekaligus. Walau cuma latihan, tapi keduanya mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk memaksa Awan agar mengeluarkan kemapuan terbaiknya juga, bahkan kalau perlu sampai mengeluarkan sisi gelap
Seminggu sudah dari terakhir kali saat Awan mampir ke taman perumahan mewah tersebut. Kali ini, Ia sengaja mampir untuk menepati janjinya walau sudah melewati waktu dari apa yang pernah dijanjikannya. Saat melewati salah satu rumah mewah, tampak sebuah mobil civic putih terparkir dipekarangan depan rumah. Sekilas dia tahu siapa pengguna mobil tersebut dan itu membuat hatinya terbersit rasa cemburu. Namun, cepat-cepat dia membuang perasaan itu dari dalam dirinya. Dan terus melajukan motor R6 yang nenjadi salah satu koleksi pribadinya Devi.Awan tidak menyangka jika Devi memiliki selera mengoleksi beberapa kendaraan sport, termasuk motor yang sedang dikendarainya saat itu. Devi sendiri sama sekali tidak keberatan motornya dipakai Awan malam itu, walau Awan jujur mengatakan akan memakainya untuk menjemput seorang cewek. Apalagi setelah sorenya Awan berhasil membuatnya terkapar puas. Mungkin jika Awan meminta pun akan langsung diberinya, hahaha makin ngelantur aja nih, skip skip.Rachel t
Hanna sendiri sempat protes karena Kakaknya terkesan cerewet banget pada Awan untuk menjaganya.Saat diluar rumah, Hanna sempat kaget begitu melihat Awan mengajaknya naik motor."Gak apa-apa Aku ngajaknya naik motor kan?""Eh, g-gak apa-apa kok Kak. Ini pertama kalinya Hanna naik motor, jadi kagok aja." Jawab Hanna canggung.Dalam hati Awan sedikit kasihan melihat gadis innocent yang malang itu dan bertekad untuk membuat harinya ceria.Saat keluar Awan melihat Zidan juga baru keluar rumah dengan diantar oleh Renata. Karena Awan mengenakan helm full face sehingga mereka tidak bisa mengenalinya. Dan Awan tetap melajukan motornya keluar komplek perumahan dengan Hanna yang masih duduk malu-malu dibelakangnya.Sepanjang jalan keduanya hanya diam, sama-sama canggung untuk memulai pembicaraan. Semula, Hanna agak sedikit menjauh dudukya dan hanya memegang ujung jaket Awan sebagai pegangan. Mungkin karena udara dingin, Hanna pun memajukan duduknya kedepan dan memeluk pinggang Awan."Nah begit
"Iya, suaranya enak didengar dan penyanyinya juga cantik.. Tambah Mbak lagunya." Ucap salah seorang penonton laki-laki."Iya, kok Gue malah menghayati lagu ini versi langsung begini yah." Ucap yang lainnya."Ih, jadi baper.." Bisik-bisik yang lainnya."Tambah lagi lagunya.." Request penonton yang lainnya."Iya, lagi dong.." Dukung yang lainnya kompak.Malah Hanna yang tampak kaget dan tidak siap dengan reaksi dari orang-orang disekelilingnya. Ia melihat kearah Awan dan pemuda ganteng itu menganggukkan kepala tanda menyetujui dan menyemangatinya. Hanna merasa tidak enak karena itu adalah gitar pinjaman, namun belum sempat Ia bersuara, mas pengamennya malah ikut menyemangatinya untuk bernyanyi sekali lagi."Lanjut saja Mbak. Saya senang gitar saya bisa menemani penyanyi hebat seperti Mbaknya." Puji mas pengamennya tulus sambil mempersilahkan jika gitarnya dipakai lagi oleh Hanna. Dengan tersenyum, Hana melihat Awan yang seakan berhasil menjadi semangat barunya dan membuatnya mau untuk m
Malamnya Awan tersadar dan hanya ada dirinya dan Devi yang menemaninya didalam kamarnya."Uhh apa yang terjadi ?" Tanya Awan sambil memegangi kepalanya."Kamu sudah sadar ?" Tanya Devi terkesiap melihat Awan sudah sadar, bahkan luka-luka parah yang dideritanya sudah hampir sembuh. Bagaimana bisa Awan sembuh secepat ini ? heran Devi dalam hati. Siang tadi, bahkan luka-lukanya tampak masih menganga dan masih basah, dan sekarang yang tersisa hanya luka-luka kecil dan bahkan hampir tidak terlihat."Dev ?" Panggil Awan begitu melihat tatapan Devi yang seakan menyelidikinya."Eh tidak apa-apa. Kamu tanya apa tadi ?" Tanya Devi gelapan."Itu, Pak Abe dan Pak Tomo kemana ?" Tanya Awan karena tidak merasakan aura keduanya ada dirumah itu."M-mereka sudah pulang sore tadi.""Apa yang terjadi siang tadi setelah Aku tidak sadarkan diri ?" Tanya Awan penasaran."Hmnn gak apa-apa. Kalian bertarung seimbang. Tapi, hmnn Kamu pingsan. Jadi dibawa kesini." Jawab Devi tidak menceritakan detail yang sebe
Satu hari menjelang pertarungan..."Hmnn tumben gak ada lagi bekas luka di wajah Kak Awan ?" Tanya Hanna begitu memperhatikan wajah Awan dengan seksama. Saat itu mereka sedang berdua di dalam kamarnya Hana. Keduanya sudah sangat dekat seiring mereka sering menghabiskan waktu bersama. Awan pun pernah bertemu sekali bertemu dengan kedua orang tua Hanna saat mereka pulang dari luar Negeri, dan mereka pun seperti tidak mempermasalahkan kedekatan Awan dengan putri bungsu mereka. Selama ini Awan juga tidak pernah macam-macam dan semata-mata hanya untuk membuat ceria putri mereka."Loh, jadi selama ini Kamu sering merhatiin yah ?""Ih bukan gitu Kaak.." Hanna jadi malu karena seperti ke gab secara tidak langsung kalau Dia memang sering memerhatikan Awan. Hanya saja baru kali itu Ia memberanikan diri bertanya, karena kedekatan mereka."Lagian Kakak tiap kesini pasti ada aja bekas bonyoknya. Kakak berantem terus kerjaannya yah ?" Tanya Hanna polos."Gak kok. Itu bekas latihan." Jawab Awan sant
Awan teringat kejadian dimana dia koma dulu, jadi saat Ia sedang tidak sadarkan diri Angel mengambil kesempatan itu. Apa Ia sengaja menyelinap sendiri dan nekat masuk ke dalam kamarnya ? Tapi, apapun itu, Awan percaya jika Angel bisa melakukan itu. Angel cukup licik untuk trik seperti itu. Awan justru senang, ternyata ciuman pertama Angel masih dengan dirinya bukan cowok lain. Kalau tidak, Ia pasti akan cemburu dibuatnya."Hmn kenapa senyum-senyum?""Berarti sekarang kita sudah impas, karena kali ini Aku yang mencuri ciuman kedua mu. Jadi skornya satu-satu sekarang, xixixi."Baru saja mereka larut dengan kebahagiaan setelah berpisah sekian lama, terdengar himbauan untuk penumpang agar segera menaiki pesawat. Eskpresi Angel langsung berubah sendu."Pergilah." Kata Awan lembut dengan tatapan penuh cinta."Tapi..." Angel terlihat berat untuk melangkah pergi. Ia masih belum puas bersama Awan saat ini, Ia begitu mencintai Awan dan baru bertemu sebentar saja. Tapi harus segera pergi, Ange
"Tentu saja, Aku menyayanginya." Jawab Awan dengan yakin."Kalau begitu, kakak harus bergegas menyusulnya sekarang.""Hah, maksudnya?""Karena 3 setengah jam lagi pesawat Kak Angel akan berangkat menuju Inggris dari Bandara Soetta. Kak Angel telah memutuskan untuk melanjutkan studinya disana.""Apa? Kenapa kamu tidak bilang daritadi kalau Angel akan berangkat." Ucap Awan panik. Lalu bergegas pergi, tanpa menunggu penjelasan Raysha lebih lanjut.Dalam pikirannya saat ini adalah Angel, dalam hati Ia berulang kali merutuki kebodohannya selama ini. Ini salahnya juga, kenapa tidak menemui Angel sebelumnya. Dia tahu Angel berkarakter keras, kalau sudah memiliki kemauan, pasti Ia akan mewujudkannya.Selama ini, Awan hanya menyimpulkan sendiri jika Angel hanya sibuk dengan dunia sendiri. Tanpa Ia sadari, jika Angel melakukan semua itu untuk dirinya."Lihat akibat sikap keras kepalamu, membuat kita menjadi jauh seperti ini." Gumam Awan kesal.Semula Awan hendak meminjam mobilnya Devi, karena k
"Kamu mau meminta apa?" Tanya Awan melihat keraguan Karin."Apa Kamu sudah bisa move on dari Kak Nata dan menemukan penggantinya?"Pertanyaan Karin semakin membuat Awan binggung, Awal dia ingin meminta sesuatu, lalu malah bertanya. Apa korelasi pertanyaannya dengan permintaan yang akan diajukan Karin padanya.Awan berpikir sesaat, move on dari Renata? Jelas bayangan Renata masih begitu kental dihatinya. Bagaimana Ia akan bisa melupakannya? Kenangan yang ditorehkan Renata dalam hatinya begitu dalam hingga sulit baginya untuk menghapusnya begitu saja. Bahkan setiap Awan pergi ke Kota ini, kesedihan selalu menyelimutinya sepanjang waktu.Lalu, apakah Ia sudah menemukan penggantinya? Siapa, Annisa? Memang Ia mencintainya, tapi Ia belum ingin memikirkannya saat ini. Angel? Walau Ia semakin sering mengiriminya pesan dan telponnya yang tidak pernah diangkatnya, Awan mulai ragu dengan masa depannya bersama Angel karena sikap Angel sebelumnya."Move on, aku sedang berusaha. Untuk pengganti Ren
"Yaah, bisa gak sih kalau waktu berhenti sampai disini saja? Aku pengen bareng kalian terus." Ucap Veby sedih."Seandainya pun bisa, mungkin kita semua tidak akan pernah menjadi dewasa. Bukankah itu lama-lama akan membuat kita bosan? Justru dengan adanya waktu yang berjalan, kenangan hari ini dan sebelumnya akan menjadi kenangan terindah dalam diri kita masing-masing. Saat kita menyongsong masa depan dan kita bertemu lagi dengan diri kita yang sudah dewasa, bukankah itu jauh lebih indah?""Benar apa yang diucapkan Awan! Biarkan kenangan indah persahabatan kita, terukir abadi dalam hati. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi janji yang kita buat hari ini, lima tahun lagi kita akan bertemu kembali dengan masing-masing impian kita dan dengan diri kita yang lebih dewasa." Ucap Lina menanggapi."Iya, mari kita berjanji. Lima tahun lagi kita akan berkumpul dengan impian kita masing-masing." Kata Siska."Lima tahun lagi, kita akan berkumpul kembali." Ikrar yang lainnya penuh semangat."Loh
"Aw aw.. Sakit Vi.""Hahaha,, Hajar Vi."Teriak Siska senang begitu melihat Novi dan Radit yang mengaduh kena jeweran Devi."Aduh duh sakit, Vi. Lepasin.""Kebiasaan kalian berdua nih yah, mau ikut meluk Awan apa mau ngambil kesempatan?" Ujar Devi galak."Yah, kan sekalian gitu Vi." Balas Radit ngeles."Jewer aja terus Vi, kalau perlu sampai sampai putus telinganya. Emang tuh si Radit." Shiren ikut mengompori."Ciiee yang mentang-mentang udah bubaran jadi sengit gitu." Ledek Lina sambil tertawa."Wkwkwk, Shiren senang banget melihat Radit menderita sekarang."Yang lain malah ikut menertawakan Radit dan Shiren, sampai ketika Sherla mengalihkan topi pada Awan lagi, "Awan, kamu kemana aja selama ini?" Tatapan Sherla masih sama dengan yang dulu. Begitu tahu Renata meninggal saja, Sherla adalah orang yang paling bersedih. Dia sedih dengan meninggalnya Renata dan lebih sedih lagi karena Ia tahu jika Awan adalah yang paling kehilangan Renata saat itu. Ia tahu jika perasaannya tidak mendapat
Setelah berlalu beberapa hari, Mikha tampak sudah mulai bersikap seperti biasa. Tidak hanya itu, sekarang Ia bahkan tampak jauh lebih ceria dan bersemangat dari sejak Ia pertama datang. Mungkin karena tingkat hubungannya dengan Awan yang sudah lebih intim, membuatnya lebih bisa terbuka dalam segala hal. Sepanjang periode itu, Angel juga sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Awan. Tapi, Awan sedang enggan untuk menanggapinya saat ini. Bahkan notifikasi pesan masuknya sudah ribuan dan tidak ada satupun yang ditanggapi Awan.Alasan utamanya bukan karena apa yang dilihat Awan ketika di Resto sebelumnya, tapi karena sikap Angel sendiri yang tampak enggan untuk bertemu dengannya selama ini. Sehingga Awan pun mulai meragukan kelanjutan hubungannya dengan Angel.Tepat disaat Ia melihat-lihat hp-nya, sebuah notifikasi muncul. Ternyata itu adalah pesan dari sahabatnya, Sherla. Ternyata Ia memberi kabar tentang acara perpisahan mereka yang akan berlangsung 2 hari ke depan. Cukup lama j
Mikha memikirkan hendak menerima tawaran dari Mpok Rina. Awan sudah membaca gelagat Mikha, sehingga Ia cepat bicara, "Mikha akan tinggal bersama saya, Mpok."Mikha dan Mpok Rina sama terkejut dengan pernyataan Awan barusan."Maaf, Mas ini siapa yah?" Mpok Rina bertanya dengan menyimpan kecurigaan pada Awan. Ia melihat Awan semenjak tadi dan bahkan menemani mereka sampai ke tempat pemakaman. Cuma karena Ia fokus pada Mikha sebelumnya, sehingga tidak menghiraukan keberadaan Awan."Ia teman saya, Mpok. Namanya, Awan. Ia juga yang telah menyelamatkan Mikha sebelumnya." Mika khawatir jika Mpok Rina akan mencurigai Awan tidak baik, sehingga Ia cepat menjelaskan siapa Awan untuk menghindari kesalahpahaman."Oh, begitu. Terimakasih banyak, Nak. Kamu telah menyelamatkan Mikha, kasihan Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang." Ujar Mpok Rina ramah dan telah mengubah penilaiannya terhadap Awan."Tidak usah sungkan, Mpok. Mikha juga teman saya, sudah kewajiban saya menolong seorang teman.
2 jam kemudian, Awan dan Mikha sudah sampai disalah satu daerah pinggiran Ibu Kota. Disana Awan baru sadar, betapa besarnya ketimpangan antara lingkungan Apartemen yang ditinggalinya dengan tempat yang sedang dilaluinya bersama Mikha sekarang. Kebanyakan bangunan yang ada disini bersifat semi permanen dan bahkan ada sebagian rumah yang hanya berdindingkan seng dan kardus bekas.Ditambah jumlah penduduk yang begitu padat membuat tempat ini sebenarnya sangat tidak layak untuk dihuni.Menurut keterangan Mikha, rata-rata mereka yang tinggal disana adalah pendatang yang datang dari luar daerah untuk mengadu nasib di ibu kota. Tapi, karena biya hidup yang begitu tinggi sehingga mereka hanya sanggup untuk menyewa rumah-rumah liar seperti itu.Belum lagi, resiko digusur oleh satpol PP yang bisa datang kapan saja.Awan dan Mikha melewati beberapa gang, sebelum menuju salah satu rumah yang sangat-sangat sederhana. Itu adalah rumah kontrakan Mikha, namun herannya rumah itu begitu sepi. Mikha me
Karena situasinya yang sudah tenang dan mencair diantara mereka, tapi karena pelukan Mikha yang sekarang sudah tenang dan tidak takut lagi seperti sebelumnya. Belum lagi, kenyataan jika kulit mereka bersentuhan secara langsung, justru membuat Awan yang tidak tenang jadinya. Bagaimanapun Ia masih muda, memeluk wanita cantik dalam keadaan terbuka membuat begitu hasratnya mudah tergoda."Hmnn.. itunya bangun lagi." Tunjuk Mikha malu begitu sadar bagian bawah tubuh Awan bergerak. Ia tidak menyangka jika benda yang semalam telah mengoyaknya itu akan kembali terbangun, sehingga wajah Mikha kembali tersipu."Hmn, dia terbangun karena dipeluk wanita cantik.""Apaan sih." Ucap Mikha tersipu sambil mencubit pelan pinggang Awan.Setelah Mikha tertidur pulas disampingnya, Awan bergegas mencari informasi tentang geng Kapak Merah melalu jaringannya di Klan Atmaja. Bukan hal yang sulit untuk mencari informasi tentang gengster manapun dalam Negeri, karena Ia sendiri sudah punya kendaraan besar Klan