Satu hari menjelang pertarungan..."Hmnn tumben gak ada lagi bekas luka di wajah Kak Awan ?" Tanya Hanna begitu memperhatikan wajah Awan dengan seksama. Saat itu mereka sedang berdua di dalam kamarnya Hana. Keduanya sudah sangat dekat seiring mereka sering menghabiskan waktu bersama. Awan pun pernah bertemu sekali bertemu dengan kedua orang tua Hanna saat mereka pulang dari luar Negeri, dan mereka pun seperti tidak mempermasalahkan kedekatan Awan dengan putri bungsu mereka. Selama ini Awan juga tidak pernah macam-macam dan semata-mata hanya untuk membuat ceria putri mereka."Loh, jadi selama ini Kamu sering merhatiin yah ?""Ih bukan gitu Kaak.." Hanna jadi malu karena seperti ke gab secara tidak langsung kalau Dia memang sering memerhatikan Awan. Hanya saja baru kali itu Ia memberanikan diri bertanya, karena kedekatan mereka."Lagian Kakak tiap kesini pasti ada aja bekas bonyoknya. Kakak berantem terus kerjaannya yah ?" Tanya Hanna polos."Gak kok. Itu bekas latihan." Jawab Awan sant
Dan, detik yang paling menengangkan itu pun dimulai begitu wasit mengatakan, "Start."BaaammmDua pukulan kuat beradu sebagai pembukaan serangan keduanya. Panggungpun sampai bergetar akibat benturan dari serangan keduanya.Dilantai atas ruang VIP."Apa Awan sudah berhasil menguasai sisi gelapnya dan membangkitkan awakeningnya Paman?" Tanya Noura penasaran pada Abe sambil matanya awas melihat pertarungan diatas ring."Belum. Dia baru dalam proses menguasai sisi gelapnya. Tapi, masih belum berhasil di mode puncak." Jawab Abe pelan dan sempat sedikit khawatir begitu melihat Awan terdesak namun kembali bisa mengimbangi Kunisada untuk sementara ini.Joe yang duduk di sebelah Abe sempat melirik sebentar, walau matanya fokus ke atas ring, dia juga masih sempat menyimak apa yang dibicarakan putrinya dengan salah seorang mantan pengawal Ayah mertuanya tersebut."Hah! Paman serius? Awan bisa kalah kalau begini." Ucap Noura tegang. Apalagi saat itu Awan tampak mulai didominasi kembali oleh Kunis
Pov Awan.Gelap! Aku kembali pada dimensi ini.Apakah itu artinya Aku telah kalah ? atau Aku sudah mati ?Ternyata hanya sampai disini batas yang bisa Kucapai, Kunisada terlalu kuat untuk Kuhadapi.Tubuhku seakan melayang tanpa pijakan, Aku merasakan kehampaan yang teramat dalam. Tunggu dulu, ini sama seperti pertama kali Aku mengalami kondisi yang sama saat kalah dari Karta dahulu.Lalu kemana 'Dia' ?Bukankah ini adalah tempatnya ?Atau, jangan-jangan Ia turut menghilang seiring kematianku ?"Bodoh! Pikiran ngawur darimana itu." Tedengar suara kesal tak jauh dari diriku.Deg"eh, Apakah Kamu juga telah mati ? sama denganku.""Cuihhh.. Rupanya pukulan orang itu telah membuatmu gila yah!" Katanya mengejekku."Terus kenapa Kita sampai berada disini sekarang ? bukankah, seharusnya Kita sedang bertarung melawannya ?"Hening..Tidak ada terdengar suara sama sekali dari 'diri'ku satunya."Seharusnya Kita bersatu seperti keinginan pak tua itu. Kita tidak bisa menghadapi orang itu dengan kek
Dalam ruang VIP tempat Klan Yamada.Tampak Mr. Kenshin Langsung berdiri begitu melihat Awan berdiri setelah sempat jatuh tidak bergerak sebelumnya."Kakusei." Ucapnya lirih begitu melihat pupil mata tengah Awan merah pekat."Tapi bagaimana bisa pemuda itu mencapai level Kakusei ? Seharusnya Dia sudah lemah tidak berdaya. Dan itu bukan sekedar Kakusei biasa, bukankah kekuatan itu hanya bisa didapat dalam ritual kuno ?" Tanya Eiji, salah seorang pengawal senior di Klan Yamada."Itu benar-benar Kakusei." Ujar salah seorang petinggi Klan Yamada yang duduk disebelah Mr. Kenshin dengan begitu yakinnya.***Kembali ke atas ring."How can be ?" Kudengar ucapan lirih dari Kunisada.Anehnya Aku melihat semua yang ada disekelilingku seakan melambat dari biasanya, Aku bahkan bisa mendengar detak jantungnya.Apa ini kekuatan baruku ?"Bisakah kita serius sekarang ?" Ucapku sambil tersenyum dingin menatapnya. Tampak wajah Kunisada yang tegang menatapku.Kunisada langsung menyerangku duluan begitu m
Aku terasadar begitu mendengar ada suara sedikit gaduh di dekatku. Entah berapa lama Aku tidak sadarkan diri, tapi saat ini badanku serasa lebih baik. Walau masih terasa sedikit sakit dibeberapa bagian, namun sudah jauh lebih mendingan dari saat terakhir Aku bertarung sebelumnya."Kak Noura, Devi ?" Panggilku lirih, karena Kulihat keduanya sedang berbicara dengan seorang laki-laki tua dan beberapa orang berdiri dibelakangnya. Entah Apa yang sedang mereka bicarakan, karena lelaki tua itu menggunakan bahasa Jepang yang belum sempat Kupelajari. Mengingat Kunisada sebagai lawanku sebelumnya, rasanya ingin juga belajar bahasa jepang. Jadi, jika bertemu lagi dengannya suatu saat Aku bisa bicara dengan menggunakan bahasanya."Kamu sudah sadar Dek ?" Ucap Kak Noura begitu melihat Aku tersadar. Lelaki tua yang tadi bicara dengan Kak Noura melihat ke arahku, Ia membungkukkan badannya dan tersenyum menyapaku. Lalu bicara dengan bahasa Jepang yang tidak Kumengerti, untung ada Kak Noura yang mente
Aku berada dalam sebuah dimensi yang kental dengan warna gelap dan kemerahan. Aneh ? Bukan hal yang aneh untuk diriku yang sekarang karena semenjak Aku berhasil menyatu sempurna dengan sosok lain diriku, yang kalau kata Pak Abe mode 'Awakening'Ku, Aku terbiasa berkomunikasi dengan diriku satunya dalam dimensi seperti ini. Namun sifatnya sangat private, dimana hanya ada diriku dan diriku yang satunya. Tapi, kali ini terasa sangat aneh bagiku. Walau berada dalam dimensi yang sama, tapi ini lebih terasa berada ditempat umum daripada tempat pribadi.Semua keanehan itu akhirnya terjawab, tatkala Aku melihat seseorang pria datang dari arah depan melalui sebuah portal."Ayah." Secara reflek lidahku langsung menyebut lirih pria yang baru datang tersebut.Padahal Aku yang lebih tahu, bagaimana bencinya Aku pada orang barusan Kupanggil Ayah tersebut. Walau disaat bersamaan, Aku merindukan sosoknya. Ya, sosok seorang Ayah. Sosok yang tidak pernah Kumiliki selama ini.Ia hanya melihatku datar tan
"Tuan, apa Anda mau Saya panaskan air untuk mandi ?" Tanya Neo siang itu.Kalian jangan kaget dulu kenapa Neo sampai bertanya seperti ini, walau Ia merupakan gadis yang kaku. Tapi, saat berada bersamanya, Aku benar-benar dilayani layaknya seorang Raja. Entah ini berkah atau keberuntunganku, loh kok bukannya jaim dulu gitu bray ? Enak kok bawa jaim, rugi lur... wkwkwk.Sehari pertama ketika Ia berada ditempatku, Ia hanya diam dan hanya memperhatikanku melakukan kegiatan rutinku. Hari kedua, Ia bahkan sudah bisa menghapalkan semua kegiatan rutinku. Seperti halnya, kapan waktu Aku mandi, Kebiasaanku mandi air panas ketika malam hari, kapan Aku berolahraga ataupun latihan ringan, ataupun saat bersemedi. Tanpa Kuminta, Neo sudah menyiapkan semua keperluanku. Gila! Padahal Ia baru sehari bersamaku, tapi Ia sudah bisa memperhatikan sampai sedetil itu. Tidak salah kalau Ia dalam Klannya sebagai seorang Assasin. Kemampuannya dalam mengumpulkan dan menganalisa informasi sangat menakutkan.Mungk
"Uhuk uhuukk.." Aku terbatuk gara-gara bisikan Zhansen apalagi kondisi si Junior yang seakan siap mendeklarasikan perang suci dengan berdiri tegak sempurna."Eh Kenapa ?""Ah.. Tidak apa-apa. Ini.. hmnn otot bahuku agak tegang sepertinya." Ujarku coba beralasan."Ini.. ?" Tanya Neo lagi memijit bagian bahuku. Harus Ku akui, pijitan Neo ini sangat enak dan benar-benar membuatku terasa nyaman. Sejenak bisa mengalihkan ketegangan dibagian bawahku."Kamu pintar mijitnya.." Pujiku terus terang."Iya, selain bertempur sebagai keahlian seorang battle maid seperti Saya, Kami juga harus bisa melayani majikan Kami, salah satunya seperti ini.." Tanpa Kuminta Neo mulai terbuka menceritakan seperti apa kehidupannya.Dari mulut Neo, Aku baru tahu jika Klan Yamada itu berasal dari beberapa Klan awalnya. Dalam Klan mereka mengenal yang namanya kasta, dan Neo sendiri termasuk di Kasta bawah. Sehingga mereka kebanyakan dijadikan pelayan di Klan Yamada. Klan Neo sendiri bernama Taira, jadi sejak kecil s
Awan teringat kejadian dimana dia koma dulu, jadi saat Ia sedang tidak sadarkan diri Angel mengambil kesempatan itu. Apa Ia sengaja menyelinap sendiri dan nekat masuk ke dalam kamarnya ? Tapi, apapun itu, Awan percaya jika Angel bisa melakukan itu. Angel cukup licik untuk trik seperti itu. Awan justru senang, ternyata ciuman pertama Angel masih dengan dirinya bukan cowok lain. Kalau tidak, Ia pasti akan cemburu dibuatnya."Hmn kenapa senyum-senyum?""Berarti sekarang kita sudah impas, karena kali ini Aku yang mencuri ciuman kedua mu. Jadi skornya satu-satu sekarang, xixixi."Baru saja mereka larut dengan kebahagiaan setelah berpisah sekian lama, terdengar himbauan untuk penumpang agar segera menaiki pesawat. Eskpresi Angel langsung berubah sendu."Pergilah." Kata Awan lembut dengan tatapan penuh cinta."Tapi..." Angel terlihat berat untuk melangkah pergi. Ia masih belum puas bersama Awan saat ini, Ia begitu mencintai Awan dan baru bertemu sebentar saja. Tapi harus segera pergi, Ange
"Tentu saja, Aku menyayanginya." Jawab Awan dengan yakin."Kalau begitu, kakak harus bergegas menyusulnya sekarang.""Hah, maksudnya?""Karena 3 setengah jam lagi pesawat Kak Angel akan berangkat menuju Inggris dari Bandara Soetta. Kak Angel telah memutuskan untuk melanjutkan studinya disana.""Apa? Kenapa kamu tidak bilang daritadi kalau Angel akan berangkat." Ucap Awan panik. Lalu bergegas pergi, tanpa menunggu penjelasan Raysha lebih lanjut.Dalam pikirannya saat ini adalah Angel, dalam hati Ia berulang kali merutuki kebodohannya selama ini. Ini salahnya juga, kenapa tidak menemui Angel sebelumnya. Dia tahu Angel berkarakter keras, kalau sudah memiliki kemauan, pasti Ia akan mewujudkannya.Selama ini, Awan hanya menyimpulkan sendiri jika Angel hanya sibuk dengan dunia sendiri. Tanpa Ia sadari, jika Angel melakukan semua itu untuk dirinya."Lihat akibat sikap keras kepalamu, membuat kita menjadi jauh seperti ini." Gumam Awan kesal.Semula Awan hendak meminjam mobilnya Devi, karena k
"Kamu mau meminta apa?" Tanya Awan melihat keraguan Karin."Apa Kamu sudah bisa move on dari Kak Nata dan menemukan penggantinya?"Pertanyaan Karin semakin membuat Awan binggung, Awal dia ingin meminta sesuatu, lalu malah bertanya. Apa korelasi pertanyaannya dengan permintaan yang akan diajukan Karin padanya.Awan berpikir sesaat, move on dari Renata? Jelas bayangan Renata masih begitu kental dihatinya. Bagaimana Ia akan bisa melupakannya? Kenangan yang ditorehkan Renata dalam hatinya begitu dalam hingga sulit baginya untuk menghapusnya begitu saja. Bahkan setiap Awan pergi ke Kota ini, kesedihan selalu menyelimutinya sepanjang waktu.Lalu, apakah Ia sudah menemukan penggantinya? Siapa, Annisa? Memang Ia mencintainya, tapi Ia belum ingin memikirkannya saat ini. Angel? Walau Ia semakin sering mengiriminya pesan dan telponnya yang tidak pernah diangkatnya, Awan mulai ragu dengan masa depannya bersama Angel karena sikap Angel sebelumnya."Move on, aku sedang berusaha. Untuk pengganti Ren
"Yaah, bisa gak sih kalau waktu berhenti sampai disini saja? Aku pengen bareng kalian terus." Ucap Veby sedih."Seandainya pun bisa, mungkin kita semua tidak akan pernah menjadi dewasa. Bukankah itu lama-lama akan membuat kita bosan? Justru dengan adanya waktu yang berjalan, kenangan hari ini dan sebelumnya akan menjadi kenangan terindah dalam diri kita masing-masing. Saat kita menyongsong masa depan dan kita bertemu lagi dengan diri kita yang sudah dewasa, bukankah itu jauh lebih indah?""Benar apa yang diucapkan Awan! Biarkan kenangan indah persahabatan kita, terukir abadi dalam hati. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi janji yang kita buat hari ini, lima tahun lagi kita akan bertemu kembali dengan masing-masing impian kita dan dengan diri kita yang lebih dewasa." Ucap Lina menanggapi."Iya, mari kita berjanji. Lima tahun lagi kita akan berkumpul dengan impian kita masing-masing." Kata Siska."Lima tahun lagi, kita akan berkumpul kembali." Ikrar yang lainnya penuh semangat."Loh
"Aw aw.. Sakit Vi.""Hahaha,, Hajar Vi."Teriak Siska senang begitu melihat Novi dan Radit yang mengaduh kena jeweran Devi."Aduh duh sakit, Vi. Lepasin.""Kebiasaan kalian berdua nih yah, mau ikut meluk Awan apa mau ngambil kesempatan?" Ujar Devi galak."Yah, kan sekalian gitu Vi." Balas Radit ngeles."Jewer aja terus Vi, kalau perlu sampai sampai putus telinganya. Emang tuh si Radit." Shiren ikut mengompori."Ciiee yang mentang-mentang udah bubaran jadi sengit gitu." Ledek Lina sambil tertawa."Wkwkwk, Shiren senang banget melihat Radit menderita sekarang."Yang lain malah ikut menertawakan Radit dan Shiren, sampai ketika Sherla mengalihkan topi pada Awan lagi, "Awan, kamu kemana aja selama ini?" Tatapan Sherla masih sama dengan yang dulu. Begitu tahu Renata meninggal saja, Sherla adalah orang yang paling bersedih. Dia sedih dengan meninggalnya Renata dan lebih sedih lagi karena Ia tahu jika Awan adalah yang paling kehilangan Renata saat itu. Ia tahu jika perasaannya tidak mendapat
Setelah berlalu beberapa hari, Mikha tampak sudah mulai bersikap seperti biasa. Tidak hanya itu, sekarang Ia bahkan tampak jauh lebih ceria dan bersemangat dari sejak Ia pertama datang. Mungkin karena tingkat hubungannya dengan Awan yang sudah lebih intim, membuatnya lebih bisa terbuka dalam segala hal. Sepanjang periode itu, Angel juga sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Awan. Tapi, Awan sedang enggan untuk menanggapinya saat ini. Bahkan notifikasi pesan masuknya sudah ribuan dan tidak ada satupun yang ditanggapi Awan.Alasan utamanya bukan karena apa yang dilihat Awan ketika di Resto sebelumnya, tapi karena sikap Angel sendiri yang tampak enggan untuk bertemu dengannya selama ini. Sehingga Awan pun mulai meragukan kelanjutan hubungannya dengan Angel.Tepat disaat Ia melihat-lihat hp-nya, sebuah notifikasi muncul. Ternyata itu adalah pesan dari sahabatnya, Sherla. Ternyata Ia memberi kabar tentang acara perpisahan mereka yang akan berlangsung 2 hari ke depan. Cukup lama j
Mikha memikirkan hendak menerima tawaran dari Mpok Rina. Awan sudah membaca gelagat Mikha, sehingga Ia cepat bicara, "Mikha akan tinggal bersama saya, Mpok."Mikha dan Mpok Rina sama terkejut dengan pernyataan Awan barusan."Maaf, Mas ini siapa yah?" Mpok Rina bertanya dengan menyimpan kecurigaan pada Awan. Ia melihat Awan semenjak tadi dan bahkan menemani mereka sampai ke tempat pemakaman. Cuma karena Ia fokus pada Mikha sebelumnya, sehingga tidak menghiraukan keberadaan Awan."Ia teman saya, Mpok. Namanya, Awan. Ia juga yang telah menyelamatkan Mikha sebelumnya." Mika khawatir jika Mpok Rina akan mencurigai Awan tidak baik, sehingga Ia cepat menjelaskan siapa Awan untuk menghindari kesalahpahaman."Oh, begitu. Terimakasih banyak, Nak. Kamu telah menyelamatkan Mikha, kasihan Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang." Ujar Mpok Rina ramah dan telah mengubah penilaiannya terhadap Awan."Tidak usah sungkan, Mpok. Mikha juga teman saya, sudah kewajiban saya menolong seorang teman.
2 jam kemudian, Awan dan Mikha sudah sampai disalah satu daerah pinggiran Ibu Kota. Disana Awan baru sadar, betapa besarnya ketimpangan antara lingkungan Apartemen yang ditinggalinya dengan tempat yang sedang dilaluinya bersama Mikha sekarang. Kebanyakan bangunan yang ada disini bersifat semi permanen dan bahkan ada sebagian rumah yang hanya berdindingkan seng dan kardus bekas.Ditambah jumlah penduduk yang begitu padat membuat tempat ini sebenarnya sangat tidak layak untuk dihuni.Menurut keterangan Mikha, rata-rata mereka yang tinggal disana adalah pendatang yang datang dari luar daerah untuk mengadu nasib di ibu kota. Tapi, karena biya hidup yang begitu tinggi sehingga mereka hanya sanggup untuk menyewa rumah-rumah liar seperti itu.Belum lagi, resiko digusur oleh satpol PP yang bisa datang kapan saja.Awan dan Mikha melewati beberapa gang, sebelum menuju salah satu rumah yang sangat-sangat sederhana. Itu adalah rumah kontrakan Mikha, namun herannya rumah itu begitu sepi. Mikha me
Karena situasinya yang sudah tenang dan mencair diantara mereka, tapi karena pelukan Mikha yang sekarang sudah tenang dan tidak takut lagi seperti sebelumnya. Belum lagi, kenyataan jika kulit mereka bersentuhan secara langsung, justru membuat Awan yang tidak tenang jadinya. Bagaimanapun Ia masih muda, memeluk wanita cantik dalam keadaan terbuka membuat begitu hasratnya mudah tergoda."Hmnn.. itunya bangun lagi." Tunjuk Mikha malu begitu sadar bagian bawah tubuh Awan bergerak. Ia tidak menyangka jika benda yang semalam telah mengoyaknya itu akan kembali terbangun, sehingga wajah Mikha kembali tersipu."Hmn, dia terbangun karena dipeluk wanita cantik.""Apaan sih." Ucap Mikha tersipu sambil mencubit pelan pinggang Awan.Setelah Mikha tertidur pulas disampingnya, Awan bergegas mencari informasi tentang geng Kapak Merah melalu jaringannya di Klan Atmaja. Bukan hal yang sulit untuk mencari informasi tentang gengster manapun dalam Negeri, karena Ia sendiri sudah punya kendaraan besar Klan