Sejak Dinner malam itu, William mulai menjadi lebih dekat dengan Selena, terkadang menelepon bahkan sesekali bertukar pesan untuk sekedar menanyakan apakah Selena sudah makan atau apa yang sedang di lakukan oleh gadis itu. Sudah 2 minggu William dan Selena saling menelepon dan bertukar pesan bahkan William selalu menyempatkan untuk datang ke rumah Sunrise Summit hanya untuk makan siang bersama atau mengajakan Selena berjalan-jalan. [Ini weekend, apa kamu ada waktu untuk kita bertemu? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.] Membaca pesan singkat dari William membuat Selena tersipu malu, memang bukan kali pertama ini mereka sering jalan berdua. Nonton bioskop, makan di kafe bahkan mengunjungi tempat yang bagus dan viral juga mereka sudah pernah. Persis seperti anak ABG yang sedang pendekatan. Menunggu balasan dari Selena membuat William tidak sabar, gadis itu terlihat tengah mengetik tapi lama sekali tidak muncul balasannya. [Baiklah Pak, Aku akan bersiap-siap.] Mend
"Pak William? A..Apa yang sedang Anda lakukan?" Selena nampak begitu terkejut dengan kehadiran William yang tiba-tiba, reflek Selena juga menutupi kedua bukit kenyalnya yang bisa saja terlihat oleh Wiliam. "Aku ingin berendam bersamamu." William menjawab dengan santai, lalu melebarkan kedua tangannya, "Kemarilah , mendekat padaku. Kita menikmati berendam berdua." Untuk sesaat Selena merasa ragu untuk mendekat ke arah William, tapi Pria itu memerintahkannya lagi. "Kemarilah Selena, tidak perlu malu. Aku bahkan sudah melihat semua tubuhmu tanpa pakaian ataupun yang menutupi." ucapan William itu sukses membuat wajah Selena memerah, walau ragu Selena tetap mendekat pada William, kini Selena berada dalam pelukan William. Tubuh polos mereka saling bersentuhan dan memberikan rasa hangat yang lain. Selena semakin menundukkan kepalanya dengan wajah memerah karena malu, gadis itu hanya bisa terdiam. Untuk beberapa saat mereka berdua hanya saling duduk dan terdiam. Tanp
Untuk sesaat William berada di atas tubuh Selena, setelah penyatuan yang penuh gelora itu, membuat tubuh Selena maupun William menjadi begitu lemas. Setelah bisa menguasai diri dari rasa 'melayang' William menarik monsternya dari tubuh Selena lalu menutup kedua kaki Selena dan meletakkan bantal di bokong Selena. Lalu William menjatuhkan dirinya di sebelah kiri Selena, senyum terukir di wajah tampan William, pria itu nampak begitu terpuaskan. Namun tiba-tiba Selena memalingkan tubuhnya ke arah kanan, membuat William sedikit tercengang. "Apa yang kamu lakukan? Kenapa membelakangiku?" William bertanya dengan sedikit nada tidak suka, dia berharap Selena akan menghadapnya dan memeluknya. Tapi gadis itu justru membelakangi William. "Aku menghadap ke kanan agar peluang mendapatkan anak laki-laki menjadi lebih besar, Pak." "Apa itu kata Angga?" "Tidak, Saya dapat dari orang-orang yang ingin mempunyai anak lali-laki, terlepas dari itu benar atau tidak, setidaknya saya
Deburan ombak di pantai berpasir putih itu memang cukup tenang, udara pantai juga membuat Selena merasa berada di tempat lain. Benar apa yang William katakan, bahwa dirinya pasti akan menyukai tempat itu. Dari keindahan pantai serta tata letak setiap bangunan yang mengelilingi pantai itu terlihat begitu rapih dan indah. "Sungguh sangat indah," cicit Selena sambil kedua tangannya terbentang dengan mata terpejam. Seolah membiarkan angin sejuk pantai itu menerpa tubuhnya, terlebih langit sudah mulai memberikan warna jingganya yang sebentar lagi akan memberikan pemandangan indah matahari terbenam. Selena tampak cantik dengan topi pantai berwarna putih serta kacamata hitamnya yang elegan. "Benar bukan apa yang aku katakan, kamu pasti akan menyukainya juga." William menatap Selena dengan tangan dilipat di depan dada, wajahnya yang tampan tersenyum melihat tingkah Selena yang kagum melihat tempat itu untuk pertama kalinya. Segera Selena membuka matanya dan menganggukkan ke
Cesss..... suara khas ikan yang tengah di bakar yang sudah di marinasi dan di olesi kecap manis menimbulkan aroma yang begitu menggugah Selera. Belum masakan kepiting yang di masak saus padang dengan potongan jagung sebagai campurannya. Menyaksikan proses masakan itu membuat Selena berulang kali menelan air liurnya yang seolah hendak menetes dari bibirnya. Sesekali Selena menggigit bibir bawahnya, tak sabar ingin segera menikmati ikan bakar dan kepiting itu. Melihat Selena yang nampak tidak sabaran menunggu makanannya, membuat William terkekeh kecil lalu mencubit hidung Selena. Membuat Selena yang tengah asyik menikmati acara masakan itu menjadi menatap ke arah William dengan sedikit kesal. Lebih tepatnya hanya berpura-pura kesal. "Sabarlah sebentar lagi, makanan itu akan segera tersaji di meja makanmu." "Aroma kedua makanan itu benar-benar menggoda indra penciumanku, Pak Wil. Apakah Bapak tidak merasakannya juga?" "Ya memang aromanya sangat menggoda, tapi aku s
Selena dan William baru memasuki kamar hotel dan melepas alas kaki mereka, William segera menahan tangan Selena dan menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Kedua tangan William melingkar di pinggang ramping gadis itu, dan memeluknya erat. "Katamu sudah tak tahan, lalu kenapa sekarang seolah tidak mau?" Jemari Selena yang lentik lalu bermain di dada bidang dan kekar milik William. "Sabarlah dulu.. Aku ingin membersihkan diri terlebih dahulu, kita baru saja menghabiskan waktu di pantai, badanku terasa lengket." Bukannya melepaskan Selena, William justru menghentakkan tangannya di tubuh Selena, hingga gundukan kenyal milik Selena terhimpit di tubuh William. "Aku sudah tidak bisa bersabar lagi, lebih baik kita segera melakukannya sekarang!" William mulai mencumbu leher jenjang Selena dengan tidak sabar, merengkuh tubuh Selena seolah enggan untuk melepaskannya barang sebentar saja. "Pak Wil... ehh.." Selena mulai bergairah karna cumbuan William di lehernya. "Tunggulah sebentar, A
Tatapan William sama sekali tidak berkedip saat melihat Selena dalam balutan Lingerie hitam yang begitu menggodanya. Tubuh Selena dengan tinggi 165cm dan bertubuh langsing namun memiki buah dada yang begitu besar dan menggiurkan. Kulit putih bersihnya menjadi terlihat lebih indah dengan memakai lingerie hitam itu. Terlebih Saat Selena mulai berjalan mendekati William dengan langkahnya yang gemulai, kaki jenjangnya melangkah dengan begitu genit. William meneguk ludahnya saat melihat siluet tubuh Selena dari balik tipisnya lingeri itu serta gunung kembar Selena yang menonjol keluar karna model lingerie itu memiliki model dada yang cukup rendah. Selena tepat berdiri di depan William dengan begitu menantang William. "Apa Bapak menyukai kejutan dari saya?" ucap Selena sembari memainkan pucuk rambutnya menggunakan jari telunjuknya. William segera beranjak dari duduk dan menarik tubuh Selena ke dalam dekapannya. "Ku pastikan kamu tidak akan bisa berhenti menjerit malam ini." Tan
Selena manatap pria yang berada di sampingnya yang tengah tidur tanpa memakai pakaian, hanya selimut yang menutupi tubuh kekar pria yang telah menghabiskan malam penuh bergairah dengannya. Kilatan ingatan akan kejadian penuh gairah tadi malam itu seolah menari di benak Selena, bagaimana saat William mencumbu tubuh Selena dengan bibir bahkan lidahnya. Tubuh kekarnya yang bergerak dengan gagah seolah menuntut sebuah kepuasan. Bahkan semua gerakan dan cumbuan dari pria yang tengah berada di sisinya membuat tubuh Selena bergeliat karna merasakan puncak kenikmatan dunia. Pipi Selena menjadi merona karna malu ketika mengingat semua hal erotica itu, reflek telapak tangannya menutupi wajahnya. Di saat Selena merasa malu karena pikirannya sendiri, sebuah tangan kekar terasa merangkul pinggangnya. Selena segera melihat, William ternyata sudah bangun dan kini tengah menatapnya sembari tersenyum. "Good morning, Baby." sapa William lembut. Pria itu nampak bangun tidur dengan k
Selena dan William berdiri berdampingan menghadap kepada Robert dan juga Charles yang tengah duduk memperhatikan mereka. Dua buah koper besar berada di sisi mereka, di dalam koper itu berisi barang-barang Selena. Setelah satu minggu memikirkan matang-matang, akhirnya Selena pun menuruti kemauan Suaminya. Karna merasa tak nyaman di tatap tajam oleh Robert, Selena menundukkan kepalanya, sedangkan William menatap Kakek dan Ayahnya dengan tatapan 'berani' tanpa merasa gentar sedikitpun. "Mulai hari ini, Selena akan tinggal di rumah ini, Wil harap Kakek dan Ayah bisa memperlakukan Selena dengan baik," ucap William dengan nada tegasnya. Robert terkekeh mendengar ucapan sang cucu. "Zaman sekarang orangtua yang harus mengikuti permintaan anak muda. Kakek bisa apa jika kamu sudah memaksa?" "Lagi pula jika Kakek menolak kamu membawa gadis itu, apakah kamu akan mendengarkan?" Robert bertanya sinis. "Baguslah kalau begitu, jadi kedepannya tidak akan ada masalah lagi," William
"Lalu kamu akan melakukan apa agar William benar-benar meninggalkan wanita asing itu dan menikahi putriku, Brenda." Mark berkata dengan santai tetapi tegas pada lawan bicaranya, Robert. Di restoran mewah itu, Mark meminta untuk bertemu dengan Robert dan bertanya bagaimana kelanjutan nasib anak dan cucu mereka. Mark menyulut rokoknya di hadapan Robert, seolah tanpa takut menantang Robert. Kekuasaan mereka hampir sama, sama-sama kuat dan berpengaruh. Oleh karena itu, Mark berani bersikap angkuh di hadapan Robert, walau Robert lebih tua, bagi Mark tidak ada kata menghormati yang lebih tua jika sudah menyangkut masalah Brenda, putri semata wayang yang begitu dia cintai dalam kehidupan ini. "Beri William sedikit waktu, paling tidak satu tahun agar mereka bisa berpisah," Jawab Robert juga tampak santai tetapi tegas. "Setahun? Bukankah itu terlalu lama?" Mark kembali menghisap rokoknya lalu menghembuskan asapnya tepat di hadapan Robert. "Kamu kira putriku itu apa, hah!"
Di dalam kamar hotel yang mewah, di bawah selimut yang sama, Selena dan William tengah saling berpelukan setelah berbagi peluh beberapa saat yang lalu. Selena bersandar di dada bidang William yang dipenuhi otot kekar nan gagah, jemari lentik gadis itu bermain manja di atasnya. Sedangkan William menatap ke langit-langit kamar hotel dengan menindih tangan kanannya di kepala, berbagai pikiran mulai datang berkecamuk. Dia selalu berpikir, jika cintanya telah habis untuk mendiang istrinya, Sofia. Namun ternyata kini dia bisa merasakan cinta untuk seorang gadis muda bernama Selena. Seulas senyum terukir di wajah tampan William kala teringat penyatuan panas mereka yang sangat bergelora, saat di dalam mobil maupun di kamar hotel beberapa saat yang lalu. "Mas," Selena memanggil William sambil terus memainkan jemari lentiknya di dada bidang William
"Kita harus menuntaskan ini di Hotel, Baby." Nafas William sudah memburu, gairahnya sudah begitu ingin di puaskan. Gadis cantik di dekapannya tersenyum lalu menganggukkan kepala, tanda menyetujui permintaan William. Selena lalu berbisik pada William. "Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panas dan penuh gairah." "Benar, kamu akan berada di bawah kendaliku sepanjang malam." balas William tak kalah penuh gairah. Tak mau membuang waktu lagi, William segera membayar argo taksi yang Selena naiki, setelah selesei dengan langkah cepat William mengajak Selena untuk masuk ke dalam mobilnya. "Kita ke hotel sekarang." "Iya mas." William melirik Selena lalu langsung injak gas untuk ke hotel bintang 5 yang terdekat. Sepanjang perjalanan ke hotel, William sama sekali tidak melepaskan genggaman tangannya, bahkan sesekali mengecup punggung tangan Selena dengan begitu bergairah. Wangi Berries dan lavender khas milik Selena langsung memenuhi indra penciuman William.
Mobil Mercedes Maybach hitam itu melaju cepat mengejar taksi yang membawa Selena, beruntung lalu lintas malam itu tidak terlalu banyak kendaraan. Dengan cepat, William bisa mendekati taksi Selena, berusaha membunyikan klakson agar taksi tersebut mau berhenti sejenak di pinggir jalan tempat pemberhentian. "Nona, apakah yang di mobil hitam itu mengenal Anda? Sepertinya dia meminta kita untuk berhenti." Selena tercenung mendengar apa yang diucapkan oleh supir taksi, lalu melihat ke arah belakang mobil. Benar saja, mobil hitam yang sangat Selena kenal sedang mengikutinya. "Jalan terus pak, kalau bisa Bapak ngebut saja, itu orang jahat!" pinta Selena agar supir taksi itu segera menginjak gas dan berlalu menjauh. "Baik Nona," Supir taksi yang tidak tahu apa-apa mengikuti perintah Selena yang menjadi penumpangnya. Pikirnya jika itu benar, pria asing itu sedang menguntit gadis tersebut. Taksi itu melaju semakin cepat dan sedikit membuat William kerepotan. Bukannya berhen
Robert memerintahkan anak buahnya untuk membubarkan pesta yang bahkan belum di mulai dengan alasan kesehatannya yang menurun. Pria paruh baya itu melakukan hal itu karena belum siap jika semuanya tahu akan keberadaan Selena. Hatinya belum bisa menerima wanita asing yang tidak jelas asal usulnya. Semua kolega bisnis yang begitu menghormati Robert, tanpa mengeluh apapun mau menuruti untuk pergi dari pesta tanpa bertanya apapun walau mereka ingin tahu siapa wanita yang di bawa oleh pewaris W&M group itu. Bukan level mereka untuk menggunjing masalah pribadi seseorang, terlebih Keluarga Robert bukanlah keluarga biasa. Selama hal itu tidak mengganggu Bisnis mereka, hal itu bukan masalah besar bagi mereka, hanya sekedar cukup tahu dan tidak akan membocorkan kepada media. "Maaf Bapak dan Ibu yang kami Hormati, pesta ulang tahun Pak Robert harus di sudahi sampai di sini karena kesehatan beliau yang tiba-tiba menurun," jelas juru bicara Robert pada kolega bisnis yang hadir di pesta
Situasi di pesta sudah begitu riuh karena William yang menggandeng Selena di tempat umum. Lebih tepatnya, semua tamu mengharapkan penjelasan tentang siapa wanita yang William gandeng serta statusnya di dalam keluarga Massimo. "Ayah, sebaiknya kita segera ke luar untuk menenangkan para tamu, mereka pasti ingin tahu siapa wanita yang di bawa oleh William," ucap Charles pada Robert yang masih berada di dalam ruangan kerjanya. Robert nampak sangat kesal. "Bodoh! Bagaimana kamu bisa memberikan usul seperti itu, hah!" Charles menunduk tidak berani menatap sang ayah mertua. "Saya.. saya hanya.." "Diamlah!" Robert segera menyela ucapan Charles yang belum selesei. "Biar Aku saja yang memikirkan jalan keluar untuk kekacauan yang dj buat oleh cucuku itu." Dengan berkacak pinggang, Robert memikirkan solusi, apa yang harus dia katakan kepada para koleganya tentang wanita asing yang William bawa tadi? Sedangkan Charles hanya terdiam tidak berani lagi untuk memberikan solusi pada A
Selena dengan langkah cepat dan menggandeng tangan William. Di perlakukan seperti itu membuat William kesal, seumur hidupnya belum pernah ada wanita menarik tubuhnya seperti itu. Dengan sedikit kasar William mengibaskan tangan Selena dan menghentikan langkah mereka di lorong rumah yang sangat besar itu. "Lepaskan! Jaga sikapmu kepadaku Selena, jangan seenaknya seperti ini, mengerti!" Selena menatap tajam kepada William, pria di hadapannya itu seolah tidak mengerti maksudnya menarik William seperti itu. "Apa Mas tidak sadar telah membuat kesalahan, hah?" "Kesalahan apa Selena? Aku hanya ingin memberitahukan kepada Kakek tentang dirimu." Selena berdecak kesal. "Kenapa Mas tidak mendiskusikan terlebih dahulu kepadaku tentang hal ini? Kenapa langsung memutuskan sendiri dengan gegabah seperti ini!"
Saat Brenda hendak memberitahukan siapa pria yang akan bertunangan dengannya, William datang mendekati Mereka berdua. "Brenda? Selena? sedang apa kalian?" Suara bariton William membuat dua wanita cantik itu sontak menengok bersamaan. Brenda nampak terkejut saat William tahu nama Selena, pria dingin yang sangat setia pada satu wanita itu jarang sekali ingin berkenalan dengan wanita lain jika sudah memiliki pasangan. "Kamu.. kamu kenal dengan Selena, Wil?" Brenda bertanya untuk memastikan kecurigaannya. "Benar, Aku kenal dengan Selena." William tanpa ragu lalu memegang tangan Selena di hadapan Brenda dan membawanya pergi begitu saja. Seolah tidak memberikan kesempatan Brenda untuk bertanya lebih banyak tentang Selena. Hal itu cukup membuat Brenda tercenung dan Selena juga bingung dengan situasi saat itu.