Amanda menerima kotak paket dari Laila lalu membukanya perlahan. Nama yang tertera adalah namanya jadi dia berani membukanya."Aku penasaran apa isinya. Itu dari luar negeri pasti biaya kirimnya mahal," ucap Laila penasaran."Wow ini keren, peralatan masak yang lumayan mahal, siapa pengirimnya?" tanya kepala divisi."Pengirimnya mantan pacar Carlos," jawab Amanda.Mereka agak terkejut dengan siapa pengirimnya. Amanda tapi tampak biasa saja. Kalau itu orang lain mungkin sudah membuangnya ke tempat sampah karena mantan kekasih sang lelaki mengirimkan dia sebuah hadiah."Amanda, apa kamu yakin?" tanya Laila."Iya aku yakin ini dari Sinta, lihat saja ada suratnya," jawab Amanda yang menunjukkan ssbuah surat.Laila dan kepala divisi membaca surat dari Sinta. Lalu mereka memandang Carlos yang wajahnya datar biasa saja. Mereka tidak tahu apa yang dipikirkan Carlos saat ini. "Amanda kamu mau menyimpan surat ini atau membuangnya?" tanya Laila."Menyimpannya, ini adalah hadiah pertama untukku
Carlos terbelalak matanya dia sangat senang soal menghukum orang. Sudah lama sepertinya dia tidak menghukum karyawan di perusahaannya."Sudah berapa lama aku tidak menjatuhkan sangsi pada karyawan, Laila?" tanya Carlos menyeringai tipis sebelum menjawab pertanyaan kepala divisi desain."Sudah hampir dua bulan," jawab Laila."Kalau mereka membuat ulah lagi. Tolong potong gaji mereka atau pecat langsung. Perusahaan ini akan tetap berjalan tanpa mereka!" tegas Carlos.Kepala divisi menyetujuinya karena seperti apa yang Carlos bilang. Perusahaan besar seperti ini akan cepat mendapatkan kandidat tenaga manusia yang profesional setelah memecat karyawan yang tidak kompeten dan hanya menimbulkan masalah saja. "Akan saya atur sesuai perintas bos," ucap Kepala divisi."Bagus kalau begitu, ayo Laila kita kembali bekerja," ajak Carlos sambil meninggalkan ruangan Amanda bekerja.Semua karyawan menjadi takut dan merinding. Tapi mereka menyalahkan Amanda karena kalau dia tidak menggoda bos mungkin
Amanda menueruput kopinya santai. Dia melihat Carlos dengan tatapan lembut karena Carlos sudah terlihat sangat marah."Aku ingin berbicara tapi sepertinya akan terus disangkal oleh lelaki asing yang mendekatiku ini, entah apa niatnya!" seru Amanda."Oh ya, apa kamu akan percaya dengan jawabanku karena lelaki ini sudah menjawab duluan?" tanya Amanda.Carlos terdiam sejenak. Benar juga apa yang dikatakan oleh Amanda. Biasanya dia tidak akan mendengarkan apa kata orang jika sedang marah, apalagi sudah ada jawaban sebelum Amanda menjawab pertanyaannya."Hampir saja aku percaya pada kata-kata pria busuk ini. Siapa yang menyuruhmu untuk menghancurkan hubungan kita?" tanya Carlos menatap tegas pria itu."Bapak jangan percaya dengan perempuan ini. Dia itu wanita penggoda, dia mendekatiku yang sedang minum kopi di sini. Tidak ada yang menyuruhku menghancurkan hubungan Bapak, mana aku berani!" jawab karyawan itu panjang lebar.Carlos menyeringai tipis. Orang munafik seperti ini sudah banyak ia
Haciuuu ... Amanda tiba-tiba bersin, lalu dia menggosok hidungnya. "Sepertinya ada yang menggunjingku di belakang," gumam Amanda."Ada-ada saja kamu ini. Bersin tandanya kamu akan flu bukan ada yang menggunjingmu," balas Carlos yang melepas mantelnya lalu diberikan ke Amanda."Aku tidak sakit, Carlos. Aku mendapatkan firasat buruk," balas Amanda.Carlos hanya menyunggingkan senyuman lalu membuka pintu mobilnya. Mempersilahkan Amanda masuk lebih dulu."Masuklah kita pulang istirahat," ucap Carlos."Baik," jawab Amanda pelan.Carlos sengaja tidak mengucapkan akan membawa Amanda ke Dokter untuk periksa. Kalau memberitahu Amanda pasti dia akan menolak. "Kita mau ke arah mana. Sepertinya ini bukan arah jalan pulang?" tanya Amanda."Nanti kamu akan tahu," jawab Carlos.Amanda memejamkan matanya sebenatar. Ia percaya kalau Carlos tidak akan mencelakainya. Mereka tiba di sebuah rumah sakit besar. Saat Amanda membuka matanya ia kaget untuk apa dia datang ke rumah sakit."Carlos, siapa yang s
Amanda sudah sampai rumah dia segera makan dan minum obat. Setelahnya dia langsung tiduran di ranjang. "Tidurlah, aku akan menjagamu malam ini. Tapi tak bisakah kamu membantuku menidurkan adik kecilku dulu?" tanya Carlos sambil membelai rambut Amanda."Ingat kata Dokter tadi apa. Kamu tidak boleh menyentuhku selama tujuh hari, tubuhku masih lemah karena mu," jawab Amanda yang mengingatkan kejadian di Rumah sakit Carlos menghela nafasnya akhirnya dia mencoba mengontrol dirinya agar tidak ingin melakukan hubungan itu pada Amanda."Sial aku harus bisa mengontol napsuku," gumam Carlos."Aku tidur duluan Carlos," ucap Amanda."Tidurlah. Selamat malam," balas Carlos ketus.Dia mencoba menarik nafas dan menahannya untuk menghilangkan rasa ingin menyentuh Amanda malam ini. Akhirnya Carlos berhasil melakukan itu dan tidur di sofa berselimut tebal menahan dingin malam. Esok harinya Amanda sudah bangun dari tidurnya yang nyenyak dan tubuhnya terasa segar pagi ini."Kita masak ikan mujaer asam
Amanda menyeringai tipis membayangkan apa yang akan terjadi jika dia tetap berangkat ke kantor hari ini. "Tentu saja aku harus tetap bekerja. Dia yang akan menyebar fitnah akan bersuara lebih vokal daripada mereka yang biasa saja," jawab Amanda."Kenapa aku tidak berpikir sampai situ. Aku sudah meminta Angga juga untuk mengurus hal ini, aku lupa kalau kamu orang yang cerdas," ucap Carlos.Carlos menyeringai tipis memeluk Amanda. Dia merasa tidak salah menilai wanita calon pendampingnya. Amanda adalah orang yang tepat untuk menjadi istrinya. "Amanda ayo kita bersiap untuk berangkat ke kantor," ajak Carlos."Aku sudah siap. Tapi aku harus dandan cantik hari ini untuk menghadapi orang yang mencoba mencemarkan nama baikku itu," balas Amanda."Terserah kamu saja," ucap Carlos bersemangat.Carlos lebih penasaran dengan apa yang akan dilakukan Amanda untuk memancing orang yang menyebar foto itu ke forum perusahaan. Sekarang ini banyak telepon masuk ke ponsel Carlos sudah banyak mungkin mer
Lelaki itu menyembunyikan ketakutannya. Ia pura-pura tidak tahu apa yang dibicarakan oleh Angga. "Bukti apa Pak Angga, memangnya bukti itu mengarah kepadaku. Aku tidak tahu apa-apa?" tanya karyawan itu."Lihat saja sendiri," ucap Angga.Laila membantu Angga menyalakan proyektor juga mengumpulkan beberapa karyawan kantor untuk berkumpul menyaksikan bukti kejahatan yang Angga bawa."Apa kamu sudah siap melihat buktinya?" tanya Angga."Siap, aku tidak salah apa-apa. Justru aku penasaran dengan apa yang akan Pak Angga tunjukkan!" jawab karyawan itu tegas.Video sudah diputar dan beberapa orang sudah melihatnya dengan jelas. Rekaman cctv yang diambil dari rumah sakit itu merekam dengan jelas siapa yang mengarahkan ponsel pada Carlos dan Amanda. Tubuh karyawan itu gemetaran seketika karena takut. Dia lihat juga ada Carlos yang menatanya dengan tatapan tajam ingin memukulnya sampai dia puas. "Apa sekarang kamu masih bisa mengelak, kalau perbuatan itu bukanlah perbuatanmu?" tanya Amanda."A
Amanda dengan sigap menendang lelaki itu. Dia yang sudah terlatih karate tidak takit dengan senjata yang diarahkan padanya."Kamu masih saja tidak mau bertaubat ya," gumam Amanda."Amanda apa kamu baik-baik saja?" tanya Carlos."Menyingkir dulu Carlos, urusanku belum selesai," jawab Amanda.Amanda mendekat ke arah lelaki itu lagi. Senjata yang ia bawa tadi sudah terlepas dari tangannya karena tendangan Amanda tepat mengenai perut sehingga ia kesakitan. Amanda memungut pisau yang terjatuh ke lantai untuk menakuti lelaki itu."Apa yang akan kamu lakukan dengan pisau itu. Jangan mendekat padaku!" tegas lelaki itu."Apa kamu takut. Tadi kamu begitu sombong ingin merusak wajahku dengan pisau ini," ucap Amanda.Amanda memainkan pisau di tangannya. Dia sengaja melakukan itu agar tidak ada orang yang berani menindasnya lagi. Dia terlihat akan menusukkan pisau itu ke arah lelaki itu sehingga banyak orang menjerit."Amanda jangan lakukan itu. Kamu apa mau melakukan pembunuhan di kantor ini?" ta