GAIRAH CINTA TERLARANG
PART 56
Aku memilih diam, malas melanjutkan karena aku tahu perbincangan ini tidak pernah ada ujungnya.
"Urusan Roby, biar aku yang urus setelah ini, kamu tidak perlu memikirkannya lagi. Hasilnya nanti aku beritahu, Ya." Revan mengedipkan matanya ke arahku.
"Aku masih penasaran, Van," ungkapku.
"Ini semua berbahaya untuk kamu, aku tidak ingin kamu kenapa-napa, Tan," ujar Revan. Binar kekhawatiran terlihat dari ekspresi wajahnya.
"Baiklah, tapi kamu juga harus hati-hati," ujarku pada Revan.
"Siap! Pinjam ponsel kamu, Tan?" Revan meletakkan tangan di depanku.
"Untuk apa, fokus aja nyetir, Van," ujarku.
"Jadi nggak mau kasih ni, ya sudah," ujar Revan dengan menampakkan wajah cemberutnya.
"Ya Allah Van, dari dulu kamu tu nggak pernah berubah, ce
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 57Aku mencoba mengingat gelombang suara yang baru saja menembus gendang telingaku."Siapa kamu? Kamu mau apa?" cercaku dengan pertanyaan yang mendiami pikiranku untuk sekarang ini."Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang perlu kau lakukan, hentikan mencari tahu penyebab kematian Roby!" tegasnya. Nada bicaranya terkesan emosi."Memangnya kamu siapa, hah?" tanyaku kesal. Aku mencoba menantangnya."Kau tidak perlu tahu Tania, kalau kau mau cerai dari Satria, cerai secepatnya, jangan banyak tingkah, sok jadi detektif, lakukan saja urusanmu, jangan campuri urusan orang lain!" teriaknya dihadapanku sampai cipratan ludahnya mengenai wajahku. "Siapa kamu, hah? Buka penutup mataku, biar aku bisa melihat siapa kamu, jangan jadi pencundang!" teriakku tidak mau kalah. Aku yakin, wanita itu takut aku melihat wajahnya sehingga dia memasang penutup mata di wajahku."Masih mau mem
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 58"Ponsel kamu mana, Tan? Berulang kali aku hubungi tidak kamu angkat." tanya Revan pelan.Aku meraba-raba saku gamisku, lalu, mengeluarkan ponsel pintarku dari saku."Pantesan, Van, ponselku mode silent," ujarku pelan."Hmmm ...!" desis Revan diiringi senyum datar."Van, besok kita ke kontrakan Roby, ya?" Ajakku pada Revan, seketika Revan menatapku penuh dengan tanda tanya."Untuk apa, Tan?" tanyanya heran."Kita harus menemukan jejak orang yang menghabisi Roby, Van," ujarku. Jiwa belum tenang, jika semua ini masih menjadi misteri."Baiklah!" Revan mengiyakan ajakanku.Sesampai di rumah, Revan menceritakan semuanya kepada Ayah. Kemarahan Ayah memuncak, dia ingin melaporkan kasus penculikanku kepada pihak kepolisian. Setelah, aku katak
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 59Revan memindahkan kalung tersebut ke dalam plastik. Aku berusaha mengingat di mana aku melihat kalung itu, tapi pikiranku seakan buntu."Tan, kalungnya kok ada inisial T coba kamu lihat!" Seru Revan sembari memperlihatkan benda tersebut."Iya, ini sama seperti kalungku, Van." Aku membuka kalung di leherku. Lalu, memperlihatkan pada Revan."Iya, Tan, sama-berlian liontinnya juga sama persis," ujar Revan seraya membolak-balik kalung yang dia angkat mengunakan kayu. Pantas saja aku seperti sering melihatnya karena kalung yang Revan temukan tidak ada bedanya dengan milikku.Aku menjelaskann pada Revan, jika kalung yang aku kenakan adalah pemberian Satria. Revan menatapku sesaat, lalu melempar pandangan ke arah lain."Hmmm ...! Apa jangan-jangan ... ini kalung wanita yang bernama Thalita-- wanita yang Satria nikahi sebelum ke Hongkong, Tan?" tanya Revan padaku. Sedangkan ja
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 60Anton menyetujui permintaanku untuk bertemu di dekat rumah orangtuaku. Revan mengurusnya dalam sekali hentakan jari. Revan menawari untuk menjemput. Namun, segera kutolak. Dengan status yang belum jelas tentu akan menimbulkan banyak fitnah dan gunjingan dari orang sekitar."Baiklah. Terserah kamu saja, tapi ... kamu janji, hati-hati jangan ceroboh!" Revan memberi nasehat untukku."Iya," jawabku singkat.Mobil Revan berhenti di depan sebuah Restoran ternama di dekat rumah Ayah. Hari ini aku telah membuat janji dengan seorang pengacara kenalan Revan. Aku ingin masalahku dengan Satria segera usai."Aku nggak turun, ya," ujar Revan padaku."Iya, nggak apa," jawabku seraya membuka pintu mobil, meraih tas dan mebenahi baju dan hijabku."Anto sudah di dalam, meja no 12, kalau ada apa-apa, segera hubungi aku," ucapnya sebelum aku turun.Aku tidak menjawab, hanya memberikan isyarat bahwa aku m
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 61"Ini siapa, Mbak?" tanya Marsya dengan menunjuk ke arah Anton."Ini Anton, Sya," jawabku seadanya."Selingkuhan Mbak yang nomor berapa ini?" tanyanya sinis. Senyum sarkas mengembang di bibirnya.Rasa terkejut mendadak menyerang mendengar pertanyaannya. Anton menatapaku penuh tanda tanya."Huusssh ...! Ngomong apa kamu, Sya. Ini Anton pengacara Mbak," ujarku pelan. Aku tidak ingin orang-orang memperhatikan kami."Maaf, Pak! Ini adiknya Satria," ujarku dengan rasa malu yang memenuhi dada karena ucapan Marsya. Anton hanya mengangguk tanpa ekspresi."Nggak perlu aktinglah, bilang saja ini selingkuhan, Mbak," ujarnya lagi dengan nada menghina."Diam Sya! Pergi dari sini!" tegasku padanya.Marsya sepertinya ingin mempermalukanku di depan umum."Aku tidak mau pergi, ini tempat umum. Jadi, Mbak tidak punya hak mengusir aku," ujar Marsya dengan angkuhnya. Tangan
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 62"Ma, cepatan dong!" teriak Marsya."Sebentar!"Mamanya Satria meraih tanganku lalu berkata "kamu mau datang, 'kan?"Aku terdiam, tidak tahu menjawab apa. Satu sisi dalam diri meronta ingin melihat keadaan Satria. Namun, sisi lain menolak keras ajakan mamanya karena luka yang ditoreh oleh Satria sangat dalam."Ma, nggak usah bawa wanita ini ke tempat mas Satria yang ada dia tambah sakit melihat wajah wanita yang sok alim ini!" Tunjuk Marsya kasar ke arahku.Aku tidak habis pikir dengan sikap Marsya yang over terhadap kasus yang sedang aku lewati dengan Satria. Emosinya sering meledak-ledak di waktu yang tidak tepat."Marsya, kamu diam! Mama minta kamu anterin mama, bukan komentar tentang apa yang mama perbuat!" bentak Mamanya Satria."Mama selalu belaain dia, lebihnya apa, sih?" Marsya merengut kesal."Jangan banyak tanya, jantung mama bisa kumat melihat tingka
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 63Beberapa menit kemudian, mobil yang aku kendarai telah memasuki halaman rumah ayah. Aku turun lalu membuka pintu untuk mama. Kutuntun mama berjalan untuk masuk ke dalam rumah. Ibu terkejut melihat mama bersamaku.Ibu mengajak mama duduk di sofa. aku melangkah ke belakang untuk membuatkan minum untuk Mama. Beberapa menit kemudian, aku kembali dengan segelas teh manis hangat di tanganku. Berjalan cepat menuju tempat Mama duduk dengan Ibu."Silahkan diminum, Ma!" Aku menyerahkan gelas kepada Mama. Walaupun Satria berubah kejam. Namun, mamanya tetap seperti dulu. Tatapan cintanya tidak pernah berubah untukku."Terimakasih!" Mama meraih gelas dari tanganku.Ibu menanyakan tentang perjumpaan kami. Aku pun mencerita awal pertemuan dengan mamanya Satria di restoran."Bu, kedatangan saya ke sini, ingin meminta izin untuk membawa anak-anak dan Tania ke rumah. Satria sakit, Bu. Sudah dua hari dia
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 64Aku duduk memperhatikan Mama bermain dengan anak-anak. Bulir bening menetes di sudut mata indahku. Kemelut antara aku dengan Papa mereka menyebabkan anak-anak akan jarang bertemu dengan Omanya.Puas bermain dengan anak-anak, Mama Rina pamit pulang. Dia mengemudi seorang diri, Marsya pun tidak dapat lagi di andalkan. Sikapnya sangat aneh sejak Satria ketahuan selingkuh dengan Karmila. Hari ini pun sama, emosinya meledak, saat, dia tahu Satria telah menikahi Talitha.Aku melanjutkan menghabiskan waktu senggangku dengan anak-anak. Melihat kecerian mereka membuat rasa sakit dan rasa bahagiaku bercampur dalam satu palung hati.Ujian yang Allah beri terlalu berat untuk aku lewati seorang diri. Bisikan-bisikan halus yang menyesatkan seringkali terdengar di indera pendengarku.**