Oliver tampak mengerjapkan netranya. Laki-laki itu bergegas untuk bangun dan bersiap-siap pergi ke kantor. Ketika ia baru saja duduk, kepalanya berdenyut hebat.“Kenapa kepalaku pusing sekali,” ucap Oliver sambil memijit pelipisnya. Ia merasa heran dengan rasa pusing yang tiba-tiba mendera kepalanya. Laki-laki itu bahkan mengingat-ingat makanan apa yang semalam ia konsumsi sehingga membuat kepalanya berdenyut.Oliver segera membuka laci mejanya. Ia mencari obat sakit kepala dan segera meminumnya. Laki-laki itu berharap, rasa sakit itu akan menghilang setelah mengkonsumsi obat sakit kepala.Laki-laki itu bergegas untuk membersihkan diri. Oliver bahkan sengaja berendam dengan air hangat supaya mengurangi rasa nyeri yang menyerang kepalanya. Ia sengaja berlama-lama berendam di dalam bath tub untuk merilekskan tubuhnya.Setelah selesai berendam dan membersihkan diri, Oliver segera bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Hari ini, laki-laki itu akan menghadiri pertemuan bersama kliennya un
“Dok, kenapa kepalaku terasa berat dan berdenyut hebat?” lirih Oliver dengan netra setengah terpejam.“Apa akhir-akhir ini Anda kurang tidur?” tanya dokter itu sambil memeriksa tekanan darah Oliver. Sang dokter juga meminta Oliver berbaring untuk memastikan kondisi kesehatan laki-laki itu.“Sepertinya tidak. Memang beberapa hari ini aku sangat sibuk mempersiapkan sidang, namun aku masih beristirahat dengan waktu yang normal. Aku bahkan masih sempat berolah raga sebelum pergi ke kantor.” Oliver menjelaskan secara rinci kegiatan yang dilakukan akhir-akhir ini.“Baiklah, saya sudah memeriksa kondisi ksehatana Anda dan menurut saya, kondisi Anda baik-baik saja. Tekanan darah Anda juga normal. Saya akan meresepkan beberapa macam vitamin dan obat lambung untuk Anda. Obat ini diminum ketika Anda mengalami mual saja.” Dokter itu segera menulis resep obat dan vitamin yang harus dikonsumsi oleh Oliver.Oliver hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada dokter pribadinya. Laki-laki itu
“Tuan, apa Anda sedang mengidam?” tanya Lorenzo dengan nada yang sangat pelan. Laki-laki itu tampak tidak nyaman untuk bertanya kepada tuannya.“Uhuk! Uhuk! Uhuk!” Oliver terbatuk ketika Lorenzo bertanya hal yang tidak biasa kepadanya.“Tuan, apa Anda baik-baik saja?” Lorenzo tampak panik melihat tuannya tersedak. Laki-laki itu segera memberikan sebotol air mineral yang ada di hadapannya.Oliver hanya terdiam sambil menenggak air mineral yang ada di dalam botol hingga tandas. Laki-laki itu tampak terdiam untuk sesaat ketika memikir ucapan Lorenzo.“Tuan, saya minta maaf kalau Anda merasa tersinggung,” ucap Lorenzo dengan tatapan penuh rasa bersalah.“Tidak apa-apa. Kenapa kamu bertanya seperti itu padaku? Apa kamu sedang berprasangka denganku?” tanya Oliver dengan tatapan menyelidik.“T-tidak Tuan, hanya saja pemilik mangga ini mengatakan bahwa pecinta mangga muda adalah orang-orang yang sedang mengidam.” Lorenzo menjawab pertanyaan Oliver dengan wajah tertunduk. Laki-laki itu begitu
“Lo, bisakah kamu mengupaskan aku mangga muda lagi?” ucap Oliver dengan tatapan penuh permohonan.DEG!Lorenzo segera menghentikan kegiatannya. Laki-laki itu spontan menelan ludahnya dengan cepat.“M-mangga muda?” tanya Lorenzo dengan tatapan yang sulit diartikan.“Ya, aku minta mangga muda. Apa kamu perlu pergi menemui dokter THT?” tanya Oliver dengan nada kesal.Lorenzo hanya menggeleng dan segera mengambil sekantung mangga yang ada di meja. Laki-laki itu segera mencucinya di wastafel dan mengupas kulitnya. Ia bahkan tidak dapat membayangkan rasa asam yang seakan menyentuh lidahnya. Laki-laki itu terlihat beberapa kali memicingkan mata.Setelah selesai mengupas mangga muda, Lorenzo menyerahkan potongan mangga itu kepada Oliver. Ia bahkan sengaja menjauh dan tidak ingin melihat Oliver menikmati mangga muda yang menjadi makanan favoritnya.“Lo, apa kamu mau? Mangga ini sungguh enak dan aku jamin, kamu tidak akan menyesal memakannya bersamaku!” ucap Oliver dengan nada santai. Laki-lak
“Kenapa kamu menatapku seperti itu? Aku tahu, kamu pasti sedang terpesona dengan ketampananku, kan?” ucap laki-laki itu dengan nada penuh percaya diri.Wajah Sonya tampak merah padam. Ia merasa malu mendengar ucapan laki-laki yang tengah duduk di hadapannya.“Maaf, saya tidak seperti yang Anda bayangkan. Sekarang saya hanya ingin Anda mau menerima maaf dari kami dan tidak membawa masalah ini lebih jauh,” ucap Sonya dengan wajah tertunduk. Ia merasa kesal karena laki-laki itu terlihat begitu sombong dan penuh percaya diri.“Kalau aku tidak mau memaafkan, bagaimana?” tanya laki-laki itu dengan penuh penekanan. Ia seakan sengaja menekan Sonya yang tengah tertunduk di hadapannya. Wanita itu terlihat sangat menarik dengan tubuh semampainya.“Saya akan tetap berusaha untuk membuat Anda menerima tawaran ini. Bukankah tawaran ini akan sangat menguntungkan untuk Anda?” Sonya masih berusaha membujuk laki-laki itu untuk menerima tawarannya.Laki-laki itu hanya tersenyum dan seolah menikmati cara
“Kenapa kamu bertanya seperti itu? Zack itu anak tunggal dan dia tidak memiliki saudara. Jadi, kenapa kamu bertanya seperti itu padaku?” Nyonya Prita tampak terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Sonya.“Maaf, saya tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan Nyonya. Kalau saya salah, saya minta maaf.” Sonya tampak merasa bersalah karena sudah bertanya hal yang sangat pribadi. Seharusnya ia tidak bertanya apapun mengenai latar belakang Zack karena akan menyakiti hati Nyonya Prita.“Tidak apa-apa, mungkin kamu penasaran karena baru pertama kali berjumpa dengan putraku. Meski kadang-kadang menyebalkan, dia adalah sosok yang luar biasa dan penyayang kepada keluarga.” Nyonya Prita memuji putranya di hadapan Sonya. Ia bahkan merasa sangat senang dengan kepulangan Zack ke tanah air.Sonya hanya mengangguk dan segera meminum segelas susu yang ada di meja kerjanya. Wanita itu merasa senang karena rasa mual dan pusingnya sudah berkurang. Ia bahkan dapat bekerja dengan nyaman.“Sonya, k
Tiba-tiba ponsel James bergetar dan sebuah nama tertera di sana.“Dayana!” lirih James dengan tatapan terkejut. Laki-laki itu segera mengangkat panggilan dari wanita yang telah lama bersemayam di dalam hatinya.“Hallo, Dayana. Ada apa? Apa kamu sudah berubah pikiran?” tanya James dengan nada penuh harap. Laki-laki itu seakan tidak sabar ingin mendapatkan jawaban dari Dayana.“James, aku ingin bicara. Apa kamu bisa datang ke rumahku sekarang?” Dayana berbicara dengan nada bergetar. Ada sesuatu yang ingin dia sampaikan kepada sosok yang telah mengaduk-aduk perasaannya.“Ya, aku akan segera ke sana!” jawab James dengan nada tergesa. Laki-laki itu segera mengakhiri pembicaraannya dengan Dayana dan naik ke lantai dua. Ia akan menemui Oliver yang lebih memilih untuk mengunci diri di kamar.“Oliver, apa kamu mendengarku?” seru James dengan tatapan terluka. Ia tahu kalau putranya juga merasakan kesedihan yang sangat dalam dengan sikapnya.Oliver membuka pintu kamarnya dan menatap lekat sosok
“A-apa? K-kamu sedang mengandung?” tanya James dengan netra terbelalak.Dayana hanya mengangguk dan meremas ujung bajunya. Bagaimanapun, James harus tahu kalau ia memiliki anak tanpa sepengetahuan suaminya.“Kenapa kamu tidak pernah bercerita apa pun kepadaku?” James tampak marah mendengar kejujuran yang dikatakan oleh Dayana. Ia bahkan tidak menyangka kalau Dayana menyembunyikan hal besar darinya.“Aku tidak ingin merusak rumah tanggamu dan sejujurnya, aku ingin sekali mengakhiri pernikahan kita. Aku tidak ingin menyakiti Alia.” Dayana tampak terisak dengan netra berkaca-kaca. Kali ini, dirinya sudah menyerah dan tidak akan mempertahankan rumah tangganya bersama James.“Dayana, kenapa kamu berpikir seperti itu? Lalu, ke mana anak kita? Anak yang selama ini kamu sembunyikan dariku?” James tampak tidak sabar mengetahui keberadaan anaknya. Laki-laki itu sangat terpukul dengan kenyataan yang baru saja diketahui olehnya.“Sonya sudah pergi dan aku menyesal karena tidak mampu mencegahnya,”