“Marni ini sarapan pagimu, aku sengaja datang sendiri ke sini mengantarnya biasanya ada petugas yang akan bertanya kamu mau makan apa pagi ini, oh iya bagaimana dengan apa yang aku tawarkan semalam?” ucap Madam Gisel yang datang sambil membawakan sarapan.
Marni melihat seorang wanita berbadan gempal yang masuk ke dalam kamarnya, ia membawa sarapan khusus untuknya, Marni mengucek mata seakan tak percaya seorang bos yang di sapa madam itu mau melayaninya. Marni berusaha menyembunyikan ketakutan yang sempat melanda hatinya.
"Madam, aku baru saja bangun tidur, bolehkah aku cuci muka sebentar?" ucap Marni meminta ijin.
"Madam tunggu kamu disini ya," Madam Gisel duduk di ranjang Marni.
Marni menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya, ia mencuci wajahnya dengan gemericik air di wastafel, sesaat ia menyesali nasib buruknya yang tergiur iming-iming menjadi penyanyi ibu kota, seandainya dia tidak berangkat ke ibu kota pasti saat ini kesuciannya masih terjaga.
"Aku sudah kotor, siapa yang mau menikah denganku nanti," Marni menangis diiringi suara gemericik air sehingga tangisannya tersamarkan.
"Marni kenapa lama sekali di dalam sana, cepatlah keluar apa kamu pingsan di kamar mandi?" madam Gisel mengetuk pintu kamar mandi.
Tak lama kemudian Marni keluar kamar mandi dengan wajah basah, ia mengeringkan dengan handuknya lembur takut wajahnya lecet, ia duduk di samping madam Gisel di atas tanjang miliknya.
"Maaf aku terlalu lama di dalam kamar mandi madam Gisel," Marni memulai obrolan.
"Madam mengerti perasaanmu, pasti kamu syok dan tidak terima tapi, lambat laun akan merasa terbiasa," ucap madam Gisel sambil menyibak rambut poni yang menutupi wajah Marni.
Madam Gisel langsung ke inti obrolan, ia bertanya pada Marni apakah bersedia bekerja di rumah khusus wanita yang ia kelola ini, madam Gisel membicarakan realita jika kembali ke kampung tanpa membawa uang apakah nanti tidak akan menjadi beban keluarga, lagipula ibu dan nenek Marni di kampung bekerja jika ada pekerjaan jasa, seperti buruh cuci dan gosok baju milik tetangga, mereka semua mengandalkan uang untuk bertahan hidup dari Marni sebagai seorang biiduan yang penghasilan agak lumayan.
“Madam aku ingin pulang, aku tidak mau di sini lebih lama lagi,” ucap Marni dengan sedih.
“Jika kamu pulang sekarang, bagaimana nasib ibu dan nenekmu yang bekerja serabutan itu, mereka mengandalkanmu untuk kehidupan mereka,” ucap Madam Gisel.
“Ta-tapi madam Gisel aku hanya ingin bernyanyi saja, tidak mau melayani pria hidung belang,” ucap Marni sambil terbata.
Madam Gisel tersenyum, mungkin Marni belum terbiasa, saat ini Madam Gisel menuruti saja apa yang di inginkan Marni, toh lama-lama dia akan luluh juga, karena bagaimanapun Marni sudah tidak suci lagi sebagai seorang gadis, sebagai gantinya dia memberikan sejumlah uang yang cukup banyak hasil dari melayani pria hidung belang semalam, pria paruh baya itu memberi tips yang banyak kepada Wanita yang di panggil Madam itu.
“Baiklah Marni aku tahu kamu akan tetap tinggal karena keluargamu di rumah membutuhkan biaya hidup, kabari jika kamu menjadi seorang penyanyi di sebuah kafe dan mempunyai gaji pokok yang besar, ini uang kerja kerasmu semalam,” ucap madam Gisel memberikan sejumlah uang.
“Banyak sekali apakah ini untukku, aku bisa mengirim uang ini ke ibu dan nenek di kampung buat biaya hidup sebulan,” ucap Gadis desa itu yang memang belum pernah memegang uang begitu banyak.
Madam Gisel pamit untuk mengambil surat kerja sama yang sudah di buatnya semalam untuk marni, ia meminta Marni untuk sarapan lebih dulu dan mengijinkan keluar asrama untuk mengirim uang kepada keluarganya di kampung, madam Gisel keluar kamar Marni dengan penuh kegembiraan.
Hati Marni bergejolak, apakah dia harus menerima pekerjaan ini, bernyanyi sekaligus melayani pria-pria yang datang ke tempat karaoke ini, tapi madam Gisel benar jika dia pulang sekarang uangnya sudah habis dan banyak yang mencemoohnya karena mimpinya terlalu tinggi menjadi penyanyi dangdut terkenal di ibu kota.
“Aku harus bagaimana, aku sudah kotor dan aku harus membiayai orang tuaku di desa,” gumam marni dalam hatinya yang bergejolak antara menerima pekerjaan ini atau tidak.
Krucukkk… perut Marni bergemuruh menandakan dia sangat lapar akhirnya dia meraih bungusan kotak nasi yang di bawakan madam Gisel yang berisi nasi, ayam lada hitam dan sayur sawi puih, juga segelas susu hangat di cangkir besar yang telah di siapkan di mejanya.
Dengan lahap Marni makan apa yang di sediakan untuknya, semalam memang dia belum makan sama sekali.
“Apa kamu sudah selesai makan Marni, ini adalah surat kerja sama kita, bacalah dahulu sebelum menandatanganinya,” ucap madam Gisel yang membawa secarik kertas untuk Marni.
“Aku sudah selesai makan madam Gisel, terima kasih makanannya enak, aku cuci tangan dahulu ya sebelum membaca surat kontrak,” ucap Marni yang masuk kamar mandi mencuci tangannya.
Marni membaca secarik kertas yang di berikan madam Gisel dan membacanya dengan seksama, matanya terbelalak dengan angka yang di nyatakan sebagai gajinya, nominal yang sangat banyak untuknya, hati Marni tak lagi memikirkan banyak hal dan langsung menandatangi surat perjanjian itu dan memberikan kembali kepada madam Gisel.
“Gaji saya banyak sekali madam Gisel, aku bisa mengirim rutin uang ke desa, dan masih bisa menabung,” ucap Marni dengan polosnya.
“Aku senang kamu setuju bekerja di sini Marni, kontrak kerja ini berlaku satu tahun, jika performamu bagus aku akan memperpanjang kontrakmu,” ucap madam Gisel.
Sesuai Janji Madam Gisel, ia memperbolehkan Marni untuk mengirim sejumlah uang kepada ibunya, untuk berjaga-jaga agar Marni tidak kabur bos karaoke itu mengutus dua orang untuk menemani Marni keluar asrama. Madam Gisel juga menjelaskan setiap hati ada orang yang akan membersihkan kamarnya, mengantar makanan sebanyak tiga kali sehari karena Marni adalah bintang di karaokenya, baru semalam madam Gisel sudah meraup keuntungan banyak karena banyak yang meyawer saat Marni bernyanyii.
“Terima kasih madam telah membantu Marni, tapi jika aku rindu ibu apakah aku bisa pulang?” ucap gadis polos itu.
“Boleh jatah pulangmu hanya dua bulan sekali, itu juga tak lebih dari satu minggu kamu cuti,” ucap madam Gisel.
Gejola dalam hati Marni antara menerima pekerjaan atau pulang ke desa sudah reda setelah madam Gisel memberinya sejumlah uang yang banyak, dia memang kecewa dengan dirinya sendiri namun keadaanya membuaatuhkan uang untuk menghidupi keluarga, akhirnya dia memutuskan untuk menerima tawaran pekerjaan yang mengharuskannya kehilangan kesucian sebagai gadis desa yang lugu.
“Semoga Tuhan memaafkankan aku yang sudah kotor ini, aku menerima pekerjaan ini karena membutuhkan uang untuk menghidupi ibu dan nenekku,” Marni berbicara pada dirinya sendiri.
Tok…Tok…Tok…
Disaat Marni merutuki dirinya yang sudah tidak suci lagi karena membutuhkan uang, suara ketukan pintu di kamarnya terdengar, siapa yang datang menemuinya sepagi ini, dia berjalan untuk membuka pintu karena penasaran siapa yang datang.
“Hallo Marni, apakah tidurmu nyenyak semalam? Perkenalkan namaku adalah Tania!” seru seorang wanita cantik yang berada di depan pintu Marni.“Halo juga Tania salam kenal dariku. Tidurku nyenyak kok. Silahkan masuk,” ajak Marni.Marni mempersilahkan masuk tamunya. Mereka mengobrol santai di bangku yang berada di kamar Marni. Tania banyak bercerita bagaimana ia bisa masuk ke rumah bordil berkedok kafe dan karaoke keluarga ini. Semua karena keadaan dan susahnya mencari kerja ditambah lagi Tania tidak mempunyai ijasah seperti kebanyakan teman sebayanya.“Maafkan aku Marni jadi banyak bercerita seperti ini. Oh iya Marni mulai hari ini aku adalah temanmu,” ucap Tania.“Terima kasih sudah mau menjadi temanku dan juga mau bercerita panjang lebar mengenai pengalamanmu di sini,” balas Marni sambil tersenyum.Menurut Marni teman barunya itu adalah gadis periang, mudah bergaul juga ramah kepada pendatatang
Marni mengangkat telepon yang masuk ke ponselnya. Ia menyapa seseorang yang jauh diseberang sana. Ternyata itu adalah sang ibu yang menelpon karena senang dikirimi sejumlah uang yang sangat besar dari Marni.“Marni ini ibu. Terima kasih ya ternyata uang yang kamu kirim banyak sekali. Ini bisa untuk ibu dan nenek hidup satu bulan,” ucap ibu Marni dari sambungan telepon.“Sama-sama ya bu. Tolong kalau bisa disimpan uangnya untuk memperbaiki rumah atau beli yang bermanfaat. Nanti kan kalau ada wartawan misalnya Marni sudah lolos audisi jadi penyanyi biar nggak malu-maluin,” pinta Marni.Ibu Marni menyanggupi apa yang dikatakan oleh Marni. Benar juga sudah saatnya untuk merenovasi rumah yang seperti kandang ayam itu. Karena waktu sudah mulai malam Marni meminta ijin kepada ibunya untuk mengakhiri panggilan telepon.“Ibu sudah waktunya Marni perfotm bernyanyi. Doakan Marni banyak saweran ya. Agar bulan depan bisa mengirim uang yan
Madam Gisel menjawab Tania melakukan perawatan tubuh seminggu dua kali. Tapi malam ini dia tidak melakukan hal itu karena tidak melayani tamu vip. Madam Gisel tidak mau menunda waktu lagi. Ia menggandeng Marni untuk segera melakukan perawatan di sebuah spa khusus untuk pegawainya.“Tidak ada waktu lagi untuk menjelaskan Marni. Ayo segera percantik dirimu!” seru Madam Gisel.“Tunggu Madam aku saja bangun tidur. Kepalaku jadi pusing jika madam memaksaku untuk segera bangun,” ucap Marni.Madam Gisel tidak mengindahkan permintaan Marni. Ia tetap menggandeng Marni menuju tempat spa. Pikiran madam Gisel adalah ketika sudah melakukan spa semua pusing itu akan hilang dan Marni akan menjadi fresh kembali.“Berikan aku terapis yang berkualitas untuk melayani Marni. Malam ini ada tamu vip yang ingin dilayani olehnya!” seru madam Gisel.“Mari silahkan masuk kamar nomor empat. Biar saya yang melayani nona
Madam Gisel menggelengkan kepalanya. Ia tidak butuh bantuan Marni maupun Tania. Madam Gisel langsung berpaling membuka pintu untuk meninggalkan mereka berdua yang sedang melakukan senam kebugaran."Tidak usah sayang-sayangku ini bukan urusan pekerjaan jadi kalian tidak usah membantu, teruskan saja latihan kebugaran kalian jangan lupa senam kegel ya bagus untuk aset berharga kalian," ucap madam Gisel sambil tertawa."Kalau begitu baiklah madam kami akan segera melanjutkan senam kebugaran kami," jawab Marni dan Tania.Madam Gisel sudah pergi menjauh dari kamar Marni. Ia duduk di sebuah gazebo menikmati semilir angin serta beberapa makanan di sebuah meja kecil disana.Ia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang raut wajahnya tampak berbinar bahagia mengubungi seseorang."Hallo madam, gadis yang aku bawa tidak kabur atau membuat masalah 'kan? Aku tidak punya uang untuk mengembalikan semua uangmu karena uang yang madam beri sudah aku habiskan
Jodi masih kesal karena tidak ada gadis bernama Marni itu. Apa sih keistimewaan dari ruangan yang ia tempati saat ini selain menikmati bir sambil mendenagrkan wanita cantik bernyanyi dan bisa memberikan saweran.Tak lama kemuadian mata Jodi terbelalak melihat pesona gadis yang begitu menggoda yang masuk ruangan dan naik diatas panggung untuk bernyanyi. Suasana biasa menjadi luar biasa. Gaya elegan sedikit centil memaki dress warna merah kebanggakannya belahan gaun yang memperlihatkan paha mulusnya ditambah suara yang khas dan merdu membuat Jodi tak berhenti memuji gadis yang menggoda itu."Apakah dia adalah Marni gadis yang aku bawa dari desa waktu itu. Sekarang dia sudah berubah penampilannya menjadi gadis ibu kota bak sosialita," gumam Jodi."Tuan muda, saya diutus nyonya besar untuk mengawasi anda. Takutnya anda membuat kegaduhan di ruangan ini," ucap seseorang yang berperawakan besar lengkap dengan baju serba hitamnya.Jodi menggertakkan giginya
Tania menghela nafasnya, waktu itu dia juga sama seperti Marni saat ada senior baik yang akan meninggalkan dunia gelap ini untuk menikah. Ia paham betul apa yang dirasakan Marni saat ini. Tania memeluk Marni meyakinkan semuanya akan baik-baik saja. Kelak Marni juga akan menemukan seorang pangeran tampan yang akan mengeluarkannya dari lembah hitam ini."Marni tenanglah. Aku memang akan pergi dari sini. Kau masih bisa bertemu denganku karena aku masih tinggal di kota ini," ucap Tania menghibur Marni."Tapi kenapa hatiku menjadi resah ketika mendengar kau akan keluar dari lembah hitam ini?" ucap Marni.Tania tersenyum karena Marni akan kehilangan sosok yang mampu membuatnya nyaman dan melindunginya sama seperti Tania waktu dulu."Suatu hari nanti akan ada giliranmu untuk meninggalkan tempat ini," ucap Tania."Tapi masih lama sekali Tania," jawab Marni."Sudah jangan memikirkan hal yang tidak-tidak karena hari ini kita gajian. Aku akan mengantar
Ibunya Marni meyakinkan tetangganya kalau memang anaknya bekerja sebagai penyanyi kafe saja tidak ada sampingannya. Sebenarnya maksud dari tetangganya itu apa sih. Kok curiga banget sama pekerjaan Marni."Maksud ibu-ibu ini apa sih. Anak saya memang pekerjaannya hanya seorang penyanyi kafe. Tidak ada yang lainnya, kalian ini bisa-bisanya berpikr yang macam-macam," ucap ibunya Marni."Ya jelas kami ini berpikir yang tidak-tidak. Jangan pikir kami ini bodoh kalau kirim uang banyak-banyak ke kampung seperti ini emangnya anakmu nggak butuh makan dan biaya hidup. Kamu enak di sini foya-foya. Kalau anakmu di sana mati kelaparan bagaimana?" tanya tetangga Marni ketus.Ibunya Marni meradang bisa-bisanya para tetangganya berucap seperti itu. Padahal waktu dia hidup susah dan hanya mengandalkan uang Marni manggung yang masih tak seberapa itu ia tak pernah mengatakan hal yang menyinggung tetangganya."Kamu kok berkata seperti itu sih bu. Anak-anak kalian yang bekerj
Neneknya Marni tentu saja marah kepada ibu Parni yang ternyata selalu meminta uang kepada Marni. Wanita yang sudah tua itu menasehati ibu Parni seharusnya mengerti akan keadaan anaknya sendiri di kota orang seperti apa. "Bisa jadi anakmu itu disana kelaparan nduk. Kamu itu kok tega banget memang gajinya gede tapi 'kan biaya hidup disana juga mahal. Kamu nggak kasihan sama anakmu hah!" bentak neneknya Marni. "I-ya maafkan aku bu. Tapi aku ini juga ingin menunjukkan ke tetangga kalau anakku juga bisa sukses di kota bu," ucap ibunya Marni. Neneknya Marni menggelengkan kepalanya. Beliau kembali menasahati ibunya Marni yang tak biasa itu. Seharusnya bisa mengayomi anaknya jika menelpon juga bertanya kabar apa pekerjaannya berat atau tidak. Bukannya setiap menelpon meminta uang kalau begini ya jelas tetangga pada kepo kerja jadi penyanyi kafe saja bisa beli ini itu. "Lain kali jangan lakukan lagi kamu harus tahu susahnya anakmu mencari uang di kota besar itu sepe
Nyonya Anna sudah terlanjur memberitahukan kepada Arsen kalau Marni sepertinya sedang sakit. Entah kenapa Marni mengatakan tidak ingin Arsen tahu kalau dia sedang sakit."Marni apapun yang terjadi padamu suamimu harus tahu," jawab nyonya Anna sambil menepuk bahunya."Tapi mi, Arsen sedang bekerja aku tak mau konsentrasinya buyar hanya karena mendengar aku sedang sakit," balas Marni.Marni betul juga Arsen mungkin akan segera pulang serta khawatir mendengar istri tercintanya sakit. Nyonya Anna menghela nafasnya bingung memikirkan kedua anaknya ini sepertinya mempunyai ikatan hati yang kuat."Percayalah semua akan baik-baik saja Marni," ucap Nyonya Anna sambil tersenyum."Aku percaya mi semua akan baik-baik saja. Sekarang aku hanya ingin tidur dan istorahat saja," balas Marni.Nyonya Anna mengangguk dan meminta Marni untuk segera tidur di mobil nanti kalau sudah sampai rumah akan segera di bangunkan untuk pindah ke ruang tidur.Sampai rumah nyonya Anna meminta Marni bangun dan pindah ke
Mona juga sedang memikirkan pembalasan apa yang akan ia lakukan untuk menyingkirkan Marni. Dia tak akan melepaskan Marni begitu saja. Karena telah merebut pamor dan ketenaran yang seharusnya milik sang putri."Ibu juga sudah memikirkan ini sebelumnya sayangku. Tenang saja pasti akan ada celah untuk menyingkirkan wanita itu," balas Mona."Baik kalau begitu aku akan pergi bernyanyi dulu," ucap putri Mona sambil berlari keluar.Saat Mona memikirkan cara menyingkirkan Marni. Nyonya Anna dan Marni sedang menikmati pekerjaannya. Mereka bahagia banyak job yang menghampiri di tambah hubungan menantu dan mertua itu sangat akrab sekarang."Marni apa kamu lelah?" tanya nyonya Anna."Tidak aku hanya merasa tak enak badan saja mi," jawab Marni.Marni menunjukkan rasa tak enak badannya tubuhnya terlihat lemas dan wajahnya pucat. Nyonya Anna merasa ada sesuatu yang janggal apakah Marni sedang kecapekan atau banyak tekanan karena pekerjaan."Marni ayo mami antar kamu ke rumah sakit," pinta nyonya Ann
Nyonya Anna menertawakan Mona yang sepertinya putrinya mau debut tapi hanya jadi figuran melulu. Nyonya Anna juga menyindirnya berbuat hal curang seperti apa yang dilakukan oleh ibunya dulu."Aku tahu kamu hanya berpura-pura karena sudah malu. Wanita jalang sepertimu pasti sekarang sedang iri dengan karir menantuku yang cemerlang!" seru nyonya Anna."Kamu sialan wanita gila tak tahu malu. Aku tak merebut suamimu dia sendiri yang datang padaku," balas Mona."Mana ada lelaki kaya yang tak terlihat hebat di mata wanita jalang. Yah sekarang nikmatilah karmamu sendiri hidup menderita bareng lelaki yang kamu cintai," ledek nyonya Anna.Mona marah dan membuat keributan sedangkan nyonya Anna meminta satpam untuk membawa kedua wanita itu pergi dari studio ini karena membuat suasana ribut dan hampir mencelakai artisnya."Apa yang kamu katakan apa kamu mempunyai bukti kalau aku hampir mencelakai artismu hah?" tanya Mona."Kamu telah memfitnahnya barusan. Semua orang di sini jadi saksinya karena
Seperti biasa nyonya Mona dan putrinya memainkan trik perempuan jalang. Mereka mengatakan kalau Marni salah sangka kepada Mereka."Pak satpam putriku sangat ngefans sama penyanyi kelas atas Marni itu," jawab Nyonya Mona."Iya tapi dia begitu sombong aku hanya ingin foto tapi dia begitu sombong dan berlari," balas putri nyonya Mona.Marni malas meladeni mereka trik perempuan jalang seperti mereka ini sudah biasa Marni lihat sebelumnya. Jadi Marni sudah tahu akan melakukan apa."Mampus kamu Marni jangan coba melawanku karena kamu tak akan mampu," ucap nyonya Mona dalam hatinya.Marni sengaja tak bersuara dan pergi meninggalkan nyonya Mona dan putrinya karena sebentar lagi dia harus perform. Dengan langkah santai dan penuh pesona Marni menyapa siapa saja yang bertemu dengannya bahkan para fans yang mengajak foto ia ladeni. Ia mengibaskan rambutnya lalu menatap tajam kepada lawannnya."Dasar jalang, kamu berani memainkan kami," bentak putri nyonya Mona."Jalang kok terial jalang. Apa kamu
Marni mengatakan sesuatu yang mendesak itu contohnya ketika ia tiba-tiba sakit lalu ada keluarga yang berhalangan maksudnya sakit apakah bisa ganti hari atau harus menyelesaikan tanggung jawab dulu."Yah aku ada nenek yang sangat tua di kampung halaman. Dia segalanya bagiku kalau tiba-tiba wafat apa aku harus menyelesaikan tanggung jawabku apa bisa langsung pulang ke kampung ijin." jawab marni karena kematian tak dapat di prediksi apakah ia akan mendapatkan penalti atas lari dari tanggung jawab ini."Itu bisa di bicarakan nanti Marni. Nanti coba mami bicarakan pada pengelola acaranya," balas nyonya Anna.Entah kenapa nyonya Anna begitu cocok bekerja dengan Marni. Dia menganggap Marni senagai anaknya sendiri. Sekarang saatnya bekerja. Beginilah kehidupan Marni setelah lepas dari rumah bordil madam Gisel. Marni sudah meraih mimpinya menjadi seorang superstar penyanyi tahun ini. Asetnya sangat banyak di kampung juga buat ibu dan neneknya. Di kota bersama dengan suaminya. "Marni lelah se
Marni menggoda Arsen pasalnya ia tak bisa memberikan jatah padanya karena sedang capek. Marni sengaja memakai baju yang tasi di buatnya perform di panggung dan belum menggantinya."Sayang sekali aku sedang capek malam ini jadi aku tak bisa memberimu jatah," balas Marni sambil merebahkan badannya di ranjang."Walau capek tapi harus melayaniku sebentar saja," ucap Arsen.Arsen tak dapat membendung hasratnya malam ini. Dia melepas gaun yang dipakai Marni mengajaknya mandi bersama dengan air hangat juga memakai relaksasi aroma terapi agar jadi rileks berdua. Dalam kamar mandi mereka melakukan adegan panjang suami istri yang membuat badan semakin rileks."Apa kamu masih mau melakukan ini Arsen?" tanya Marni dengan nafas terengah-engah."Iya tunggu sebentar lagi aku masih ingin bercinta denganmu," jawab Arsen.Malam ini Arsen melanjutkan di atas ranjangnya yang empuk. Bercinta dengan istri tercinta yang sungguh di sayanginya. Dia tertidur sampai pulas hingga pagi hari."Apa kalian masih ma
Arsen menggaruk rambutnya lalu memeluk Marni ia mengaku kalau sedang kangen istrinya seharian tidak mendapatkan kabar darinya terasa satu abad lamanya."Tentu saja aku kangen istriku. Kakak untuk tugas aku sudah menyelesaikannya tepat waktu," balas Arsen."Jangan membuatku muak memangnya yang mempunyai istri hanya kamu sendiri. Besok kalau ada kesalahan akan aku hukum kamu tidak bisa bertemu dengan istrimu seminggu," ucap Antoni yang sepertinya masih kesal.Arsen hanya tersenyum karena sudah terbiasa dengan perilaku kakaknya yang gampang marah apalagi dengan karyawan yang sudah tidak dapat di toleransi lagi. Antoni akan marah sekali jika pekerjaan tidak dapat selesai tepat waktu. "Kakak jangan marah terus nanti cepat tua," ucap Arsen membujuk kakaknya agar tidak marah."Kalau begitu mami mau pulang ke rumah Antoni dulu ya. Besok mami akan menjemput Marni untuk mengantarnya bekerja, sekarang istirahatlah," ucap nyonya Anna.Marni sedang naik daun sekarang jadwal manggungnya sedang ban
Tuan Handoko mengatakan tidak ingin mencari gara-gara pasalnya ia sudah hidup dengan tenang selama ini. Memang dia mencintai Mona selamanya akan mencinti Mona yang tulus menyayanginya juga dengan putri yang ia sayangi."Jangan ganggu kami Anna. Aku sudah tidak punya apa-apa lagi sekarang kamu sudah merebut semuanya. Jadi tolong biarkan kami hidup dengan tenang di sini," balas tuan Handoko."Pria tua bangka sialan lebih baik kamu ajari istri yang kamu banggakan itu untuk tidak mengganggu orang karena kau bisa membinasakan dia kapan saja karena menghina ibuku," ucap Antoni kesal.Antoni sudah memberikan peringatan lalu pergi membawa Marni dan juga maminya untuk pulang bersama. Lain kali mungkin Antoni akan memberikan pengwal untuk Marni dan maminya agar hal yang seperti ini tidak lagi terjadi."Marni apa yang kamu lihat tidak usah di ingat lagi. Mereka adalah sampah yang tidak berguna bagi kami," ucap Antoni kesal."Aku mengerti Antoni tapi tidak baik seperti itu kepada ayahmu. Bagaiman
Antoni mendekati wanita yang masih terlihat muda dan menggoda tersebut. Di tampar wajahnya lalu dijambak rambutnya kemudian di tampar lagi."Tuan muda Antoni kamu apakan ibuku. Tolong ampuni ibuku," pinta perempuan muda itu."Jadi kamu anak si jalang ini?" tanya Antoni mendekatinya lalu menamparnya sebanyak empat kali bolak balik.Antoni mencemooh gadis itu sebagai anak haran dari seorang lonte yang menghancurkan rumah tangga mami papinya. Marni sekarang mengerti kenapa wanita itu tadi mengganggu nyonya Anna."Jangan sakiti anakku. Dia tidak bersalah lawanmu adalah aku!" seru wanita bernama Mona itu."Baik kalau begitu aku akan ladeni permintaanmu wahai lonte bermulut busuk. Mana tadi mulutmu yang garang memaki mamiku?" tanya Antoni.Kemudian pria itu menampar berkali-kali Mona sampai pingsan. Gadis cantik di samping Mona berteriak minta tolong tapi Antoni tak mempedulikannya lagi pula siapa yang mau menolongnya di tempat seperti ini dan Antoni pelakunya."A-aku bisa melakukan apa sa