Madam Gisel menjawab Tania melakukan perawatan tubuh seminggu dua kali. Tapi malam ini dia tidak melakukan hal itu karena tidak melayani tamu vip. Madam Gisel tidak mau menunda waktu lagi. Ia menggandeng Marni untuk segera melakukan perawatan di sebuah spa khusus untuk pegawainya.
“Tidak ada waktu lagi untuk menjelaskan Marni. Ayo segera percantik dirimu!” seru Madam Gisel.
“Tunggu Madam aku saja bangun tidur. Kepalaku jadi pusing jika madam memaksaku untuk segera bangun,” ucap Marni.
Madam Gisel tidak mengindahkan permintaan Marni. Ia tetap menggandeng Marni menuju tempat spa. Pikiran madam Gisel adalah ketika sudah melakukan spa semua pusing itu akan hilang dan Marni akan menjadi fresh kembali.
“Berikan aku terapis yang berkualitas untuk melayani Marni. Malam ini ada tamu vip yang ingin dilayani olehnya!” seru madam Gisel.
“Mari silahkan masuk kamar nomor empat. Biar saya yang melayani nona Marni,” ucap terapis pilihan.
Madam Gisel menyetujuinya. Ia melihat wajah Marni yang menahan sakit. Madam menasehatinya jika sudah melakukan terapi pijat seluruh badan akan segar kembali. Madam meminta Marni untuk percaya padanya. bahkan madam memerintahkan pegawai spanya untuk menservice tubuh Marni dengan baik sehingga bisa melayani tamu vipnya tiga kali tanjakan bahkan lebih.
“Serahkan pada saya madam. Akan aku buat nona Marni menjadi wanita perkasa malam ini,” ucap pegawai spa itu.
“Bagus kamu memang yang terhebat,” jawab madam Gisel sambil tertawa.
Marni menjalani terapi pijat lulur seluruh badan selama dua jam penuh. Mandi air mawar serta aroma terapi. Benar sekali lelah ditubuhnya hilang kepalanya tidak pusing lagi dan ia merasa relax. Saatnya kini ia melakukan pemilihan baju panggung juga make-up yang akan dilakukan oleh tenaga professional lainnya.
“Nona Marni tugas saya sudah selesai. Silahkan menuju ruang pakaian untuk memilih gaun panggung anada,” ucap terapis pilihan tersebut.
“Terima kasih kak, pijatanmu sungguh luar biasa. Ini tips untukmu, kedepannya aku akan sering mencarimu untuk melakukan spa untukku,” ucap Marni.
Marni telah terbiasa melakukan pekerjaannya seperti ini. Setiap malam ia harus bernyanyi di ruangan khusus vip yang datang kesana adalah tamu khusus untuk menikmati lagu juga bisa meniduri penyanyinya. Suaranya yang merdu juga tubuhnya yang aduhai membuat banyak lelaki hidung belang yang menjadi penggemarnya. Saat ia tampil akan banyak yang berebut untuk bisa bermalam dengannya.
“Mohon maaf semuanya. Malam ini sudah ada yang berjanji dengan Marni dia telah memberikan uang mahar. Jadi setelah Marni bernyanyi akan langsung ke tempat yang telah dijanjikan,” ucap madam Gisel setelah Marni bernyanyi.
“Kenapa ini berasa tidak adil. Sudah ada yang bermain curang memberikan mahar sebelum tampil,” keluh pengunjung kelas vip tersebut.
“Tuan-tuan jika ingin memberikan mahar sebelum Marni tampil juga boleh. Asalkan mau mengantre. Saat ini ada banyak yang sudah memberikan mahar untuknya,” balas Madam Gisel.
Akhirnya semua telah sepakat jika ingin bermalam dengan Marni dan menikmati suara merdunya secara pribadi bisa memberikan mahar jauh-jauh hari. Marni melayani tamu yang dimaksud oleh Madam Gisel. Tamu itu bermain dengan sangat ganas malam ini sehingga ia merasa sekujur tubuhnya lemas.
“Marni sudah siang kenapa kamu tidak segera bangun. Kembalilah ke kamarmu jika ingin istirahat.” Seseorang membangunkan Marni.
“Ya ampun sudah jam berapa ini?” tanya Marni sambil mencoba untuk bangun dari ranjang kamar tamu vip.
“Sudah jam sembilan pagi nona, maaf ya kamarnya akan saya bersihkan. Silahkan nona membersihkan diri dan tidur ke kamar anda di asrama saja. Atau apakah anda perlu seorang untuk mengantar anda?” tanya seorang yang bertugas membersihkan kamar itu.
Marni mencoba berdiri dari tempat tidurnya. Ia meminta tolong diambilkan segelas air minum untuknya. Usai membersihkan diri Marni segera pulang ke asramanya untuk istirahat. Semalam adalah malam yang menggairahkan. Marni ingin segera keluar dari tempat yang menyengsarakan baginya ini. Namun kontrak kerjanya masih lama.
“Marni ini makan siang untukmu. Apakah kamu tidak lapar, aku melihat makanan pagimu masih ada di meja. Kau harus makan supaya tidak sakit!” tegas Tania yang masuk ke dalam kamar Marni.
“Aku baru saja bangun. Manusia tua semalam membuatku tidak bisa bergerak ketika bangun tidur,” keluh Marni seraya memegangi pinggangnya.
Tania menertawakannya, memang seperti itu kalau bermain kebanyakan jadinya pinggangnya sakit. Tania mengajak ngobrol Marni sambil makan siang bersama. Mereka menjadi akrab dan saling mencurahkan perasaan yang mereka pendam.
“Aku sudah terbiasa dengan pekerjaanku sekarang. Bernyanyi dan melayani para pria hidung belang yang berebut untuk bermain denganku. Apakah istri-istri mereka tidak tahu kalau suaminya suka bermain gila diluar rumah?” tanya Marni.
“Mungkin saja mereka tahu. Dunia orang kaya berbeda dengan orang seperti kita yang apa-apa mikir jika mengeluarkan uang,” jawab Tania.
Marni menghela nafasnya. Pekerjaan buruk seperti ini harusnya tak ia lakukan. Tapi mau bagaimana lagi semuanya sudah kehendak Tuhan. Mau protes juga sama siapa, pilihan juga ada ditangannya, jalani saja selama dua belas bulan ini. Setelah kontrak habis Marni berencana untuk menghentikan semua ini. Mungkin kembali ke kampung halaman menenangkan diri dulu barulah memulai kehidupan yang baru.
“Aku kadang merasa diriku ini sungguh hina. Setiap malam tidur dengan lelaki yang berbeda melayani napsu mereka yang buas hanya demi sebuah uang!” seru Marni yang menyesali perbuatannya.
“Marni menyesal tidak ada gunanya bukan. Sekarang lebih baik menyelesaikan kontrak kerja barulah memikirkan jalan hidup selanjutnya,” ucap Tania.
“Kau benar Tania, roda kehidupan ini terus berputar aku yakin suatu hari nanti akan ada keadilan dari Tuhan untukku juga untukmu,” balas Marni.
Mereka kembali mengobrol sepanajng hari. Mereka melakukan senam berdua dengan menonton tutorial dari sosial media yang disambungkan ke layar televisi yang lebar. Senam kebugaran untuk tubuh mereka agar selalu dalam kondisi prima.
“Aku senang Marni dan Tania akur seperti ini, mereka berdua adalah tambang emas untukku. Tubuh yang aduhai, suara merdu, paras yang rupawan membuatku kaya raya,” seru madam Gisel yang melihat mereka sedang melakukan senam kebugaran.
“Teruslah rukun ya anak-anakku,” imbuh madam Gisel menhampiri Marni dan Tania.
Mereka berdua menghentikan senam kebugaran jasmani yang dilakukan. Lalu memberikan salam kepada madam Gisel yang datang. Madam Gisel meminta mereka untuk melanjutkan senam kebugarannya.
Karena kesehatan untuk nomor satu jika mereka sakit siapa yang akan memeriahkan panggung ruang vip. Yang lain hanya sedikit penggemarnya. Meli itu juga cukup lumayan tapi banyak yang mengeluhkan pelayanannya kurang memuaskan.
“Madam maaf kami tidak tahu kalau madam tiba di kamar ini, silahkan duduk madam,” ucap Tania.
“Tidak usah sungkan Tania juga Marni. Aku hanya kebetulan lewat dan senang sekali melihat kalian ruku, sudah lanjutkan saja senam kebugaran kalian ini. Kalian ini memang dua anak kesayanganku,” balas madam Gisel sambil tertawa.
Madam Gisel yang terlihat senang itu tiba-tiba teringat sesuatu. Dia meninggalkan kamar Marni dan meminta Tania dan Marni untuk segera melanjutkan senamnya. Juga mengingatkan mereka berdua untuk tidak beraktivitas berlebihan karena bisa capek sebelum malam tiba.
“Kami akan terus rukun madam. Tania orang yang baik asyik diajak ngobrol juga,” jawab Marni.
“Ya ampun aku lupa kalau ada sesuatu yang harus aku kerjakan. Kalian lanjut saja ya senamnya tapi ingat jangan sampai kelelahan!” seru madam Gisel.
“Baik madam Gisel. Apakah ada yang bisa kami bantu madam untuk mengurus sesuatu itu madam?” tanya Marni.
Madam Gisel menggelengkan kepalanya. Ia tidak butuh bantuan Marni maupun Tania. Madam Gisel langsung berpaling membuka pintu untuk meninggalkan mereka berdua yang sedang melakukan senam kebugaran."Tidak usah sayang-sayangku ini bukan urusan pekerjaan jadi kalian tidak usah membantu, teruskan saja latihan kebugaran kalian jangan lupa senam kegel ya bagus untuk aset berharga kalian," ucap madam Gisel sambil tertawa."Kalau begitu baiklah madam kami akan segera melanjutkan senam kebugaran kami," jawab Marni dan Tania.Madam Gisel sudah pergi menjauh dari kamar Marni. Ia duduk di sebuah gazebo menikmati semilir angin serta beberapa makanan di sebuah meja kecil disana.Ia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang raut wajahnya tampak berbinar bahagia mengubungi seseorang."Hallo madam, gadis yang aku bawa tidak kabur atau membuat masalah 'kan? Aku tidak punya uang untuk mengembalikan semua uangmu karena uang yang madam beri sudah aku habiskan
Jodi masih kesal karena tidak ada gadis bernama Marni itu. Apa sih keistimewaan dari ruangan yang ia tempati saat ini selain menikmati bir sambil mendenagrkan wanita cantik bernyanyi dan bisa memberikan saweran.Tak lama kemuadian mata Jodi terbelalak melihat pesona gadis yang begitu menggoda yang masuk ruangan dan naik diatas panggung untuk bernyanyi. Suasana biasa menjadi luar biasa. Gaya elegan sedikit centil memaki dress warna merah kebanggakannya belahan gaun yang memperlihatkan paha mulusnya ditambah suara yang khas dan merdu membuat Jodi tak berhenti memuji gadis yang menggoda itu."Apakah dia adalah Marni gadis yang aku bawa dari desa waktu itu. Sekarang dia sudah berubah penampilannya menjadi gadis ibu kota bak sosialita," gumam Jodi."Tuan muda, saya diutus nyonya besar untuk mengawasi anda. Takutnya anda membuat kegaduhan di ruangan ini," ucap seseorang yang berperawakan besar lengkap dengan baju serba hitamnya.Jodi menggertakkan giginya
Tania menghela nafasnya, waktu itu dia juga sama seperti Marni saat ada senior baik yang akan meninggalkan dunia gelap ini untuk menikah. Ia paham betul apa yang dirasakan Marni saat ini. Tania memeluk Marni meyakinkan semuanya akan baik-baik saja. Kelak Marni juga akan menemukan seorang pangeran tampan yang akan mengeluarkannya dari lembah hitam ini."Marni tenanglah. Aku memang akan pergi dari sini. Kau masih bisa bertemu denganku karena aku masih tinggal di kota ini," ucap Tania menghibur Marni."Tapi kenapa hatiku menjadi resah ketika mendengar kau akan keluar dari lembah hitam ini?" ucap Marni.Tania tersenyum karena Marni akan kehilangan sosok yang mampu membuatnya nyaman dan melindunginya sama seperti Tania waktu dulu."Suatu hari nanti akan ada giliranmu untuk meninggalkan tempat ini," ucap Tania."Tapi masih lama sekali Tania," jawab Marni."Sudah jangan memikirkan hal yang tidak-tidak karena hari ini kita gajian. Aku akan mengantar
Ibunya Marni meyakinkan tetangganya kalau memang anaknya bekerja sebagai penyanyi kafe saja tidak ada sampingannya. Sebenarnya maksud dari tetangganya itu apa sih. Kok curiga banget sama pekerjaan Marni."Maksud ibu-ibu ini apa sih. Anak saya memang pekerjaannya hanya seorang penyanyi kafe. Tidak ada yang lainnya, kalian ini bisa-bisanya berpikr yang macam-macam," ucap ibunya Marni."Ya jelas kami ini berpikir yang tidak-tidak. Jangan pikir kami ini bodoh kalau kirim uang banyak-banyak ke kampung seperti ini emangnya anakmu nggak butuh makan dan biaya hidup. Kamu enak di sini foya-foya. Kalau anakmu di sana mati kelaparan bagaimana?" tanya tetangga Marni ketus.Ibunya Marni meradang bisa-bisanya para tetangganya berucap seperti itu. Padahal waktu dia hidup susah dan hanya mengandalkan uang Marni manggung yang masih tak seberapa itu ia tak pernah mengatakan hal yang menyinggung tetangganya."Kamu kok berkata seperti itu sih bu. Anak-anak kalian yang bekerj
Neneknya Marni tentu saja marah kepada ibu Parni yang ternyata selalu meminta uang kepada Marni. Wanita yang sudah tua itu menasehati ibu Parni seharusnya mengerti akan keadaan anaknya sendiri di kota orang seperti apa. "Bisa jadi anakmu itu disana kelaparan nduk. Kamu itu kok tega banget memang gajinya gede tapi 'kan biaya hidup disana juga mahal. Kamu nggak kasihan sama anakmu hah!" bentak neneknya Marni. "I-ya maafkan aku bu. Tapi aku ini juga ingin menunjukkan ke tetangga kalau anakku juga bisa sukses di kota bu," ucap ibunya Marni. Neneknya Marni menggelengkan kepalanya. Beliau kembali menasahati ibunya Marni yang tak biasa itu. Seharusnya bisa mengayomi anaknya jika menelpon juga bertanya kabar apa pekerjaannya berat atau tidak. Bukannya setiap menelpon meminta uang kalau begini ya jelas tetangga pada kepo kerja jadi penyanyi kafe saja bisa beli ini itu. "Lain kali jangan lakukan lagi kamu harus tahu susahnya anakmu mencari uang di kota besar itu sepe
Meli masih mondar mandir di kamarnya. Ia masih memikirkan cara untuk melakukan rencana jahatnya tanpa ketahuan oleh orang lain."Meli kenapa kamu seperti orang sedang resah seperti itu apakah ada masalah?" tanya Tania yang kebetulan sedang mencari Meli untuk meminta bantuan."Ah kak Tania aku hanya sedang berpikir untuk melatih lagi vokalku agar semakin bagus," balas Meli.Tania menyipitkan matanya kenapa alasan yang dibuat Meli serasa tak masuk akal. Tak biasanya gadis yang hanya mengandalkan goyangan hot ini sampai berpikir latihan olah vokal pada tenaga ahli."Kenapa baru sekarang kamu kepikiran kemarin kemana saja?" tanya Tania sambil melipat tangannya."Kakak Tania aku juga ingin menjadi populer sepertimu juga Marni, aku baru sadar kalau aku harus berlatih vokal," jawab Meli.Tania bukannya memandang rendah Meli. Dari dulu sudah beberapa kali diberikan kesempatan untuk berlatih vokal juga berlatih kepribadianyang menawan. Di tempat usaha m
Meli marah kepada orang yang menabraknya saat berjalan dengan santai. Ia memaki si penabrak itu dan bangun dari jatuhnya. "Punya mata nggak sih kamu itu hah, jalan selebar ini tapi tidak melihat aku sebesar ini," bentak Meli. Plak! Sebuah tamparan mendarat di pipi Meli dengan keras. Ia kaget dan melihat dengan jelas siapa yang ia tabrak barusan. "Apa matamu buta beraninya memaki aku. Kamu kenapa tidak menemani Marni apakah kamu sengaja mengabaikan perintahku?" tanya madam Gisel geram. "Ma-madam maafkan saya. Saya bersalah mada. Saya ketoilet sebentar tadi sekarang saya akan melayani Marni lagi," jawab Meli terbata. Madam Gisel mencngkram kuat dagu Meli dengan tangannya yang gempal itu. Madam memperingatkan Meli untuk tidak mengabaikan perintahnya karena bisa berakibat fatal untuknya. "Jangan buat aku kecewa. Karena kamu itu hanya sampah yang tidak berguna, jika kamu sungguh berguna mungkin sekarang sudah akan mendatangkan keuntungan yang ber
Meli kesal melihat apa yang ada didepan mata ketika semua rencananya untuk mencelakai Marni atau membuatnya malu malam ini malah terjadi sebaliknya.Banyak Pria hidung belang yang berkantong tebal itu bergairah melihat aset berharga milik Marni."Perempuan jalang itu bisa-bisanya bernasib bagus. Bukanya menjadi bahan candaan malah membuat mereka senang," gumam Meli yang tak senang melihat kejadian ini."Ya ampun apa yang terjadi di panggung kenapa semua orang seperti malah berada di arena judi?" tanya Tania dengan wajah penasarannya.Tania mengintip dari balik tirai penyekat ternyata mereka sedang beradu banyak uang untuk bersenang-senang malam ini. Tania tertawa senang melihat apa yang terjadi. Sepertinya Marni akan menjadi bintang masa depan menggantikan dirinya yang sebentar lagi akan pensiun. "Ada apa kak Tania apakah Marni baik-baik saja?" tanya Meli pura-pura khawatir."Tidak ada apa-apa hanya mungkin ini adalah trik marketing yang dilakukan oleh
Nyonya Anna sudah terlanjur memberitahukan kepada Arsen kalau Marni sepertinya sedang sakit. Entah kenapa Marni mengatakan tidak ingin Arsen tahu kalau dia sedang sakit."Marni apapun yang terjadi padamu suamimu harus tahu," jawab nyonya Anna sambil menepuk bahunya."Tapi mi, Arsen sedang bekerja aku tak mau konsentrasinya buyar hanya karena mendengar aku sedang sakit," balas Marni.Marni betul juga Arsen mungkin akan segera pulang serta khawatir mendengar istri tercintanya sakit. Nyonya Anna menghela nafasnya bingung memikirkan kedua anaknya ini sepertinya mempunyai ikatan hati yang kuat."Percayalah semua akan baik-baik saja Marni," ucap Nyonya Anna sambil tersenyum."Aku percaya mi semua akan baik-baik saja. Sekarang aku hanya ingin tidur dan istorahat saja," balas Marni.Nyonya Anna mengangguk dan meminta Marni untuk segera tidur di mobil nanti kalau sudah sampai rumah akan segera di bangunkan untuk pindah ke ruang tidur.Sampai rumah nyonya Anna meminta Marni bangun dan pindah ke
Mona juga sedang memikirkan pembalasan apa yang akan ia lakukan untuk menyingkirkan Marni. Dia tak akan melepaskan Marni begitu saja. Karena telah merebut pamor dan ketenaran yang seharusnya milik sang putri."Ibu juga sudah memikirkan ini sebelumnya sayangku. Tenang saja pasti akan ada celah untuk menyingkirkan wanita itu," balas Mona."Baik kalau begitu aku akan pergi bernyanyi dulu," ucap putri Mona sambil berlari keluar.Saat Mona memikirkan cara menyingkirkan Marni. Nyonya Anna dan Marni sedang menikmati pekerjaannya. Mereka bahagia banyak job yang menghampiri di tambah hubungan menantu dan mertua itu sangat akrab sekarang."Marni apa kamu lelah?" tanya nyonya Anna."Tidak aku hanya merasa tak enak badan saja mi," jawab Marni.Marni menunjukkan rasa tak enak badannya tubuhnya terlihat lemas dan wajahnya pucat. Nyonya Anna merasa ada sesuatu yang janggal apakah Marni sedang kecapekan atau banyak tekanan karena pekerjaan."Marni ayo mami antar kamu ke rumah sakit," pinta nyonya Ann
Nyonya Anna menertawakan Mona yang sepertinya putrinya mau debut tapi hanya jadi figuran melulu. Nyonya Anna juga menyindirnya berbuat hal curang seperti apa yang dilakukan oleh ibunya dulu."Aku tahu kamu hanya berpura-pura karena sudah malu. Wanita jalang sepertimu pasti sekarang sedang iri dengan karir menantuku yang cemerlang!" seru nyonya Anna."Kamu sialan wanita gila tak tahu malu. Aku tak merebut suamimu dia sendiri yang datang padaku," balas Mona."Mana ada lelaki kaya yang tak terlihat hebat di mata wanita jalang. Yah sekarang nikmatilah karmamu sendiri hidup menderita bareng lelaki yang kamu cintai," ledek nyonya Anna.Mona marah dan membuat keributan sedangkan nyonya Anna meminta satpam untuk membawa kedua wanita itu pergi dari studio ini karena membuat suasana ribut dan hampir mencelakai artisnya."Apa yang kamu katakan apa kamu mempunyai bukti kalau aku hampir mencelakai artismu hah?" tanya Mona."Kamu telah memfitnahnya barusan. Semua orang di sini jadi saksinya karena
Seperti biasa nyonya Mona dan putrinya memainkan trik perempuan jalang. Mereka mengatakan kalau Marni salah sangka kepada Mereka."Pak satpam putriku sangat ngefans sama penyanyi kelas atas Marni itu," jawab Nyonya Mona."Iya tapi dia begitu sombong aku hanya ingin foto tapi dia begitu sombong dan berlari," balas putri nyonya Mona.Marni malas meladeni mereka trik perempuan jalang seperti mereka ini sudah biasa Marni lihat sebelumnya. Jadi Marni sudah tahu akan melakukan apa."Mampus kamu Marni jangan coba melawanku karena kamu tak akan mampu," ucap nyonya Mona dalam hatinya.Marni sengaja tak bersuara dan pergi meninggalkan nyonya Mona dan putrinya karena sebentar lagi dia harus perform. Dengan langkah santai dan penuh pesona Marni menyapa siapa saja yang bertemu dengannya bahkan para fans yang mengajak foto ia ladeni. Ia mengibaskan rambutnya lalu menatap tajam kepada lawannnya."Dasar jalang, kamu berani memainkan kami," bentak putri nyonya Mona."Jalang kok terial jalang. Apa kamu
Marni mengatakan sesuatu yang mendesak itu contohnya ketika ia tiba-tiba sakit lalu ada keluarga yang berhalangan maksudnya sakit apakah bisa ganti hari atau harus menyelesaikan tanggung jawab dulu."Yah aku ada nenek yang sangat tua di kampung halaman. Dia segalanya bagiku kalau tiba-tiba wafat apa aku harus menyelesaikan tanggung jawabku apa bisa langsung pulang ke kampung ijin." jawab marni karena kematian tak dapat di prediksi apakah ia akan mendapatkan penalti atas lari dari tanggung jawab ini."Itu bisa di bicarakan nanti Marni. Nanti coba mami bicarakan pada pengelola acaranya," balas nyonya Anna.Entah kenapa nyonya Anna begitu cocok bekerja dengan Marni. Dia menganggap Marni senagai anaknya sendiri. Sekarang saatnya bekerja. Beginilah kehidupan Marni setelah lepas dari rumah bordil madam Gisel. Marni sudah meraih mimpinya menjadi seorang superstar penyanyi tahun ini. Asetnya sangat banyak di kampung juga buat ibu dan neneknya. Di kota bersama dengan suaminya. "Marni lelah se
Marni menggoda Arsen pasalnya ia tak bisa memberikan jatah padanya karena sedang capek. Marni sengaja memakai baju yang tasi di buatnya perform di panggung dan belum menggantinya."Sayang sekali aku sedang capek malam ini jadi aku tak bisa memberimu jatah," balas Marni sambil merebahkan badannya di ranjang."Walau capek tapi harus melayaniku sebentar saja," ucap Arsen.Arsen tak dapat membendung hasratnya malam ini. Dia melepas gaun yang dipakai Marni mengajaknya mandi bersama dengan air hangat juga memakai relaksasi aroma terapi agar jadi rileks berdua. Dalam kamar mandi mereka melakukan adegan panjang suami istri yang membuat badan semakin rileks."Apa kamu masih mau melakukan ini Arsen?" tanya Marni dengan nafas terengah-engah."Iya tunggu sebentar lagi aku masih ingin bercinta denganmu," jawab Arsen.Malam ini Arsen melanjutkan di atas ranjangnya yang empuk. Bercinta dengan istri tercinta yang sungguh di sayanginya. Dia tertidur sampai pulas hingga pagi hari."Apa kalian masih ma
Arsen menggaruk rambutnya lalu memeluk Marni ia mengaku kalau sedang kangen istrinya seharian tidak mendapatkan kabar darinya terasa satu abad lamanya."Tentu saja aku kangen istriku. Kakak untuk tugas aku sudah menyelesaikannya tepat waktu," balas Arsen."Jangan membuatku muak memangnya yang mempunyai istri hanya kamu sendiri. Besok kalau ada kesalahan akan aku hukum kamu tidak bisa bertemu dengan istrimu seminggu," ucap Antoni yang sepertinya masih kesal.Arsen hanya tersenyum karena sudah terbiasa dengan perilaku kakaknya yang gampang marah apalagi dengan karyawan yang sudah tidak dapat di toleransi lagi. Antoni akan marah sekali jika pekerjaan tidak dapat selesai tepat waktu. "Kakak jangan marah terus nanti cepat tua," ucap Arsen membujuk kakaknya agar tidak marah."Kalau begitu mami mau pulang ke rumah Antoni dulu ya. Besok mami akan menjemput Marni untuk mengantarnya bekerja, sekarang istirahatlah," ucap nyonya Anna.Marni sedang naik daun sekarang jadwal manggungnya sedang ban
Tuan Handoko mengatakan tidak ingin mencari gara-gara pasalnya ia sudah hidup dengan tenang selama ini. Memang dia mencintai Mona selamanya akan mencinti Mona yang tulus menyayanginya juga dengan putri yang ia sayangi."Jangan ganggu kami Anna. Aku sudah tidak punya apa-apa lagi sekarang kamu sudah merebut semuanya. Jadi tolong biarkan kami hidup dengan tenang di sini," balas tuan Handoko."Pria tua bangka sialan lebih baik kamu ajari istri yang kamu banggakan itu untuk tidak mengganggu orang karena kau bisa membinasakan dia kapan saja karena menghina ibuku," ucap Antoni kesal.Antoni sudah memberikan peringatan lalu pergi membawa Marni dan juga maminya untuk pulang bersama. Lain kali mungkin Antoni akan memberikan pengwal untuk Marni dan maminya agar hal yang seperti ini tidak lagi terjadi."Marni apa yang kamu lihat tidak usah di ingat lagi. Mereka adalah sampah yang tidak berguna bagi kami," ucap Antoni kesal."Aku mengerti Antoni tapi tidak baik seperti itu kepada ayahmu. Bagaiman
Antoni mendekati wanita yang masih terlihat muda dan menggoda tersebut. Di tampar wajahnya lalu dijambak rambutnya kemudian di tampar lagi."Tuan muda Antoni kamu apakan ibuku. Tolong ampuni ibuku," pinta perempuan muda itu."Jadi kamu anak si jalang ini?" tanya Antoni mendekatinya lalu menamparnya sebanyak empat kali bolak balik.Antoni mencemooh gadis itu sebagai anak haran dari seorang lonte yang menghancurkan rumah tangga mami papinya. Marni sekarang mengerti kenapa wanita itu tadi mengganggu nyonya Anna."Jangan sakiti anakku. Dia tidak bersalah lawanmu adalah aku!" seru wanita bernama Mona itu."Baik kalau begitu aku akan ladeni permintaanmu wahai lonte bermulut busuk. Mana tadi mulutmu yang garang memaki mamiku?" tanya Antoni.Kemudian pria itu menampar berkali-kali Mona sampai pingsan. Gadis cantik di samping Mona berteriak minta tolong tapi Antoni tak mempedulikannya lagi pula siapa yang mau menolongnya di tempat seperti ini dan Antoni pelakunya."A-aku bisa melakukan apa sa