Mashayu bergegas menuju mess-nya saat acara gala dinner itu telah usai, gadis itu mengendap dan melihat sekitar, ia sangat takut jika Albiru kembali menangkapnya. Setibanya di mess, gadis itu terkejut, melihat kondisi kamarnya.“Hah, bersih?”“Dimana barang-barangku?” Mashayu memeriksa seisi ruangan, namun koper dan tas-tas yang telah ia bawa dari Indonesia telah sirna. Kemudian datang seorang ibu housekeeping menemui gadis itu.“Nona, saya ingin memberitahukan bahwa mulai hari ini Nona akan dipindahkan ke mess lain,” ucap wanita paruh baya tersebut.“Pindah kemana Bi?” Mashayu merasa bingung, bukankah ia baru dua hari ini menmepati kamar itu, lalu mengapa dengan tiba-tiba dipindahkan begitu saja. Denagn barang-barang yang sudah lebih dulu diangkut, ini sungguh aneh baginya.“Bi, apa bibi tau mengapa saya dipindahkan dengan sangat tiba-tiba?”“Mohon maaf Non, saya tidak tau. Semuanya adalah keputusan dari pihak NavHotel,” jelas ibu tua itu. Mashayu tampak berfikir, menurutnya bukankah
ALBIRU SHAYU“Charles! Siapakan semuanya dan kabari keluarga Mashayu! Pernikahan akan berlangsung hari ini!” perintah Albiru pada asistennya.“Baik tuan!” Charles mengangguk patuh, saat ini bosnya sedang tidak diselimuti amarah, ia tak ingin membuat Albiru semakin terbawa emosi.Hari itu juga Albiru mempersiapakan semuanya, pria itu akan menikahi Shayu hari itu juga di Sydney, Autralia, ia tak ingin menunda terlalu lama lagi, baginya Mashayu adalah tipikal gadis pemberontak, yang bisa kabur kemana saja dan kapan saja, daripada harus mengambil resiko dan kehilangan tawanannya tersebut, lebih baik mengikat Mashayu sekarang juga dengan ijin dari Laras, ibu Mashayu.“Aku tidak ingin menikah denganmu Biru!” teriak gadis yang sedang dikurung di kamarnya tersebut.“Biru! Lepaskan aku! Kau curang!” ucap Mashayu meskipun calon suaminya tersebut tidak memperdulikan teriakannya.Mashayu semakin panic, ia hanya memiliki waktu kurang dari dua jam untuk kabur. Dilihatnya sekeliling apartemen mewah
“Shayu, apa yang kau rasakan sebenarnya?” Albiru memandangi tubuh lemah tersebut. Terbersit rasa kasihan dalam hatinya, mendapati gadis pemberontaknya itu terbaring, dengan wajah yang pucat dan selang oksigen yang membantu pernafasannya.“Aku tak pernah menyangka jika kau akan seperti ini Mashayu, jika saja kau bisa mengurangi egomu, dan belajar menerima kenyataan tentu saja kejadian seperti ini tidak perlu terjadi.“Menikah denganku tak seburuk yang kau kira sebenarnya, karena aku hanya ingin melihat bagaimana ayahmu saat mengetahui jika putrinya telah jatuh ke tanganku, begitupun dengan apa yang sudah ayahmu lakukan padaku beberapa tahun silam.“Jika saja kau tau, bahwa aku juga merupakan seorang korban. Sayangnya ini belum waktunya kutunjukkan padamu Mashayu,” bisik Albiru pada telinga gadis dengan mata terpejam tersebut.“Jika saja kau tau apa yang selama ini aku dan keluargaku rasakan, apakah mungkin kau tetap menolakku?”Albiru terus mengajak gadis itu berkomunikasi meskipun tan
Mashayu POVPagi itu dokter mengatakan jika aku sudah boleh pulang, lalu membuatkan resep obat agar kesehatanku semakin membaik. Kulihat Albiru masih setia berada di sisiku untuk memeriksa suhu tubuh ataupun hanya sekedar membetulkan selang infuse yang tertindih olehku.Wajah lelah dan mata memerahnya seakan membuatku yakin jika semalaman pria itu terus terjaga tanpa memejamkan matanya akibat ulahku yang awalnya memang hanya berpura-pura pingsan. ntah bagaimana aku bisa pingsan sungguhan, ingin kutertawa mendapati kejadian yang menimpaku ini, namun tentu saja hal itu akan membuat Albiru mengamuk.“Mashayu, kita pulang hari ini,” ucap Biru sambil membereskan pakaianku.“Apa? Pulang kemana?” jawabku, kupikir pria ini akan melepaskanku dan mengembalikanku pada ibuku setelah drama sakit yang sudah kulakukan.“Ke mansion tentu saja!” ucap Biru.“Aku ingin pulang ke rumah Albiru!” bentakku seketika bayangan pernikahan kembali menghantui pikiranku, aku sungguh tidak ingin menikah dengan pria
Bagaikan seorang putri raja dengan segala keindahannya, Mashayu berjalan pelan, sisa-sisa liquid bening masih tampak jelas pada netra berbulu lentik itu. Gaun putih tulang berhiaskan palet swarovsky menghiasai pinggirannya, sapuan ekor gaun yang menjuntai ke lantai itu mampu membius semua mata yang melihat, kini ‘pengantin terpaksa’ Albiru tersebut memasukki area acara pernikahan, dengan tubuh gemetar berjalan menuju kursi akad, membuat semua mata terpusat pada gadis tawanan tersebut. Dia duduk di sana, bersama seorang wali yang menggantikan ayahku, dia penjahat tampan itu melihat ke arahku, meskipun dengan ekspresi wajah yang datar tetapi bisa kupastikan jika hatinya tengah bersorak riang karena berhasil memenangkan ‘pertandingan’ di antara kami selama ini. Tamatlah riwayatmu Mashayu, pernikahan tanpa cinta ini akan segera terjadi, tetapi ada yang aneh dalam hatiku, bagaimana mungkin aku bisa melihat sosok itu pada diri Albiru, sosok kakak kelasku yang sangat kurindukan itu, tiba-ti
Albiru membawa istri tawanannya tersebut ke ruangan yang penuh daya pikat bagi sepasang pengantin baru, hiasan animal folding towel yang berbentuk dua angsa saling bertautan dan dikelilingi oleh taburan bunga mawar merah seakan menambah aura romantisme untuk pria itu, lilin beraroma terapi penambah gairah dengan cahaya temaram membuat suasana kamar berjenis president suit itu mampu membius siapa saja yang memasukkinya dengan membawa pasangan. Pria bertubuh atletis tersebut tak dapat melepaskan pandangannya pada sang istri, baginya hari ini adalah hari yang paling membahagiakan untuk seorang Albiru Declaire, dan sebaliknya bagi Mashayu yang menganggap hari ini sebagai hari dimulainya kehancuran hidup gadis itu. “Bi-biru, aku bisa berjalan sendiri!” ucap Mashayu saat suaminya mencoba mengangkat tubuhnya ke ranjang. “Albiru, turunkan aku!” sekali lagi pengantin cantik itu menolak sentuhan suaminya. “Kau sudah resmi menjadi milikku, Shayu! Aku sudah membayar mahal untuk membelimu,” uca
“Albiru, kau mau apa!” ucap Mashayu sambil memundurkan langkahnya. “Mau apa? Mau menuntut hakku tentu saja,” senyuman tersungging di bibir manis itu. “Tidak Biru, beri aku waktu aku belum siap!” Mashayu semakin menghindari Albiru, hingga tubuhnya menyentuh dinding. “Mau lari kemana kau Shayu!” tatapan pria itu terlihat semakin menakutkan. “Aku tidak akan lari, aku hanya sedang meminta perpanjangan waktu saja!” “Lelucon apa ini?” suami Mashayu tersebut mulai mengec*p bibir gadis itu, perlahan sementara tangannya mulai bergerilya menelusuri tubuh indah dalam kungkungannya itu. Mashayu mencoba berontak tetapi lagi-lagi ia harus sadar jika kekuatannya tidak sebanding dengan pria itu. “Bernapas Mashayu!” ucap pria itu di tengah-tengah pagutan mereka, Albiru bergerak aktif seakan tak ingin rasa manis dalam rongga bibir itu terlepas. Namun saat pria itu sedang terlarut dalam keliaran tiba-tiba saja istri tawanannya itu menghancurkan semuanya. “Auw!” pekik Albiru, saat gigi Mashayu me
Mashayu menahan rasa sakit pada sekujur tubuhnya entah sudah berapa kali pria itu melakukan hal itu pada gadis bertubuh ramping itu, sangat sulit untuk membedakan anatara rasa terbang melayang ke surga dan nyeri begitu bercampur menjadi satu. Karena merasa tenaganya sudah terkuras habis akibat harus mengimbangi sang suami membuat gadis itu pun terlelap, Mashayu sudah tak perduli lagi pada Albiru yang masih melanjutkan kegiatannya pada tubuhnya. Keesokan harinya Seorang maid memasukki kamar itu, membersekan semua kekacauan yang tercipta, termasuk noda-noda merah tanda hilangnya kesucian gadis itu, merasa seseorang sedang berada di kamar itu, Mashayu pun terbangun, membuuka matanya perlahan. Meskipun sebenarnya ia masih sangat ingin memjamkan matanya akibat tubuhnya yang remuk redam. “Selamat pagi nyonya,” sapa maid tersebut sambil membantu Mashayu untu bangkit. “Pagi,” balas Mashayu sambil menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya yang nasih polos tanpa sehelai benang sedikitpun.
"Biru, jelaskan padaku!" rangek Mashayu sambil menghentak-hentakkan kakinya, terlihat lucu di mata Albiru."Jelaskan apa sayang?" "Tentang gadis itu!" Mashayu semakin terlihat kesal. melihat sang suami begitu sengaja mengacuhkannya setelah berhasil membuat gadis itu penasaran setengah mati."Sudah kukatakan, kaulah gadis itu Shayu, mengapa masih belum percaya juga," ucap pria itu kemudian melingkarkan tangan kekarnya pada pinggang ramping Mashayu."Kau bohong!" "Sayang, ayolah hentikan perdebatan ini. Apa kau tidak merasa lapar?" tanya Albiru sambil meletakkan dagunya pada pundak sang istri. Terlihat begitu romantis meskipun dengan wajah Mashayu yang sedang diselimuti kekesalan. "Aku belum lapar!" jawab Mashayu ketus."Adik bayi, apa kau juga tidak merasa lapar sama seperti mama?" goda pria itu sambil mengelus perut Mashayu."Jangan gila Biru, aku tidak sedang hamil!""Belum sayang, dan mungkin sebentar lagi." ucap Albiru, kemudian meraih ponselnya untuk menelepon seseorang."Charl
Mashayu menggeliat sambil membetulkan posisinya, tangan halusnya menyentuh seprei satin yang kusut dan acak akibat ulah suaminya, sementara Albiru yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah dan wajah yang segar begitu terlihat bersemangat. "Sayang, jadi jalan-jalan?" tanya Albiru pada gadis yang masih berbaring di atas bed itu. "Apa kau senang sekarang?" sungut Mashayu, ia masih saja kesal karena Albiru mengerjainya dari pagi hingga siang hari. "Maaf sayang, kau sangat menggoda sehingga aku tak dapat menahan diri," Albiru menunjukkan ekspresi menyesal namun itu tidak membuat Mashayu lantas memaafkannya. "Kau sungguh menyebalkan! kau menghilangkan mood liburanku, Biru!" "Oh sayang, bukankah kita sedang berbulan madu saat ini hm?" Albiru menyentuh dagu gadis itu lalu memberikan kecupan pada bibirnya. "Sungguh menyebalkan!" dengus Masahyu dengan area dadanya yang semakin terasa sakit, seperti nyeri saat ingin datang bulan, tetapi nyatanya tamu bulanannya tid
“Biru, aku ingin pergi ke pantai,” ucap Mashayu sambil mengeratkan pelukan tangannya pada lengan Albiru.“Ke pantai? Sekarang?” Biru mengerutkan keningnya, terheran tidak biasanya sang istri manja seperti itu.“Iya!” seru gadis itu kemudian memeluk tubuh Albiru, menempelkan dadanya dengan dada bidang suaminya, membuat pria itu sedikit terangsang.“Apa kau sedang ingin menggodaku sayang?” Albiru menaikkan satu alisnya sambil mencubit dagu tirus Mashayu.“Tidak Biru,” ucap Shayu menggelengkan kepalanya.“Hu’um, aku sungguh ingin pergi sekarang,” ucapnya lagi, sambil semakin mengeratkan pelukannya bahkan ia juga menciumi pipi sang suami. Albiru menghentikan pekerjaannya, menutup laptop dan segera merengkuh pinggang Mashayu.“Kau sungguh ingin menggodaku rupanya ya?” sergah suami Mashayu itu lalu merebahkan tubuh Mashayu di atas ranjang.Mashayu menutup matanya, ia selalu saja merasa risih saat tatapan Albiru begitu terlihat menyeramkan seperti itu, tatapan yang sangat menunjukkan jika pr
“Shayu, apa kau mendengarku?” Albiru kembali mengulangi perkataannya.“Sayang, saat itu juga Albiru menoleh ke arah sang istri tetapi ia harus menahan kekesalan karena ternyata Mashayu telah tertidur.“Astaga Shayu, aku sudah sangat memberanikan diri untuk mengungkapkan semuanya kepadamu tetapi ternyata kau justru terlelap,” ucap Albiru menghela napas panjang, ingin memarahi sang istri tetapi tidak tega akhirnya ia hanya mengecup wajah cantik itu.‘Mungkin ini belum waktunya untukmu mengetahui semuanya Shayu, biarlah kita menjalani apa yang ada dulu. Aku belum siap untuk menerima kemarahanmu sayang,’ gumam pria tampan itu.***Tiba di Jakarta.Charles menjemput atasan beserta sang istri tersebut di area departure. Sesekali Mashayu mengerjapkan matanya saat berusaha melawan rasa kantuk yang masih melanda.“Sayang, apa kau masih saja mengantuk? Kau bahkan sudah tertidur lebih dari enam jam!” ucap Albiru sambil berjalan menggandeng tangan gadis itu.“Aku pun tak tau Biru, beberapa waktu
BAB 45 ALBIRU SHAYUSatu bulan kemudian Shayu dan Albiru memutuskan untuk kembali ke Indonesia, dengan berat hati Sharon melepaskan putra dan menantunya tersebut, wanita paruh baya itu sudah sangat menyayangi Mashayu, baginya gadis itu merupakan secerca cahaya di dalam kehidupan putranya yang selama ini terbilang gelap dan hampa.“Biru, bisakah Shayu tetap tinggal di sini?” tanya Sharon menggoda putranya padahal ia tau jika Albiru begitu tidak bisa berjauhan dari istri cantiknya itu.“Apa maksud mama? Bagaimana mungkin Shayu berada di sini sedangkan Biru di Indonesia?”“Kau bisa mengunjunginya setiap minggu Nak!” rengek Sharon.“Tidak bisa Ma!” bantah Albiru.“Ayolah! Mama sangat kesepian di sini!” Sharon masih saja ingin mengerjai pria itu.“Ma, bukankah mama ingin agar Shayu segera hamil? Lalu jika kami harus menjalani LDR, peluang untuk hamil itu akan semakin mengecil ma,” balas Albiru, padahal ia memang tidak bisa berjauhan dengan Mashayu, pesona gadis itu terlalu memabukkan untuk
BAB 44 ALBIRU SHAYUAlbiru semakin merasakan gejolak pada perutnya, sementara Sharon semakin menyunggingkan senyuman di wajahnya. Wanita paruh baya itu sangat berharap lebih pada putera dan menanantunya tanpa memperdulikan kondisi Albiru yang semakin kacau.“Ma, Shayu akan menelepon dokter sekarang juga!” ucap gadis yang mulai tidak tega pada suaminya itu.“No sayang! Kau tak boleh terlalu banyak bergerak, biarkan mama saja yang menghubungi dokter!” sergah Sharon kemudian berlari untuk mengambil ponselnya.“Ma, apa-apaan ini, Biru yang sedang sakit, tetapi mengapa mama malah mengkhawatirkan Shayu?”“Biru, jangan terlalu banyak bicara! Sebentar lagi kau akan menjadi seorang ayah!” pungkas wanita paruh baya itu kemudian berlalu. Albiru hanya menatap sang istri dengan ekspresi bertanya-tanya.“Sayang, apa kau hamil?” tanya Albiru ragu.“Aku tidak tau, Biru. Tetapi rasanya itu tidak mungkin, aku bahkan merasa sangat biasa-biasa saja saat ini,” jawab gadis itu santai.“Oh, jika kau benar h
Albiru masih terlelap setelah kegiatan panasnya dengan sang istri semalam. Dia benar-benar terlarut dalam kehangatan tubuh Mashayu, begitupun dengan Mashayu yang tak dapat mengontrol dirinya saat sentuhan Albiru begitu terasa memabukkan pada setiap jengkal kulit mulus gadis itu. Setelah usai membersihkan diri, gadis itupun keluar dari kamar menuju dapur, berniat untuk membuatkan sarapan untuk suaminya. “Selamat pagi sayang,” sapa Sharon yang sedang memasak. “Selamat pagi Mama,” jawab Mashayu padahal ia sudah bangun sepagi mungkin, tetapi tetap saja ibu mertuanya bangun lebih pagi dari dirinya. “Mashayu, bagaimana tidurmu?” Sharon memperhatikan wajah menantunya tersebut, sambil tersenyum-senyum ia membatin Kau hebat Albiru, tidak sia-sia mama membantumu! Gumam Sharon saat memeperhatikan kulit Mashayu yang penuh dengan kissmarks dari puteranya. “Sangat nyenyak Ma, bagaimana tidur mama? Maafkan Shayu yang selalu tertlambat bangun,” ucap gadis itu, menahan malu, ia tau jika sang ibu m
Mashayu menatap benda pipih itu ia tak mengerti mengapa Albiru tidak menggunakan uang tersebut seperti sebagai mana mestinya, gadis itu sempat berfikir jika Albiru adalah tipe orang yang serakah, tetapi lagi-lagi sepertinya dugaannya itu salah.“Albiru, mengapa kau tak menggunkan uang ini? kupikir kau akan--,” ucap Mashayu terpotong saat pria tampan di sampingnya itu menghentikannya.“No Shayu, aku tak menggunakan uang itu,” ucap Albiru.“Iya, tetapi kenapa?”“Karena itu uangmu Shayu, itu hasil kerja kerasmu selama bertahun-tahun ini,” Albiru menatap manik indah gadis itu.“Biru, ada apa denganmu? Ini uangmu! Aku telah bekerja keras selama ini hanya untuk mengembalikan uangmu,” ucap Mashayu sambil memberikan kartu atm itu pada Albiru.“Shayu, mungkin aku memang memerasmu selama ini, tetapi jujur saja aku tak bisa mengatakan alasan yang sesungguhnya padamu. Yang jelas kau harus mengambil uangmu kembali, aku adalah suamimu sekarang dan sudah menjadi kwajibanku untuk menafkahimu,” jelas
Mashayu memandang tubuh renta itu, wajah yang begitu teduh meskipun matanya terpejam tetapi Armani terlihat seperti seoarang yang masih sehat dan terawat.“Opa, sebelumnya perkenalkan saya Mashayu istri Albiru, cucu opa yang tampan itu, opa bisa memanggilku dengan nama Shayu.” Gadis itu terus memperhatikan tubuh yang sedang tergolek dengan berbagai alat bantu kehidupan itu.“Opa, bagaimana kabar opa? Mungkin benar ini adalah pertemuan pertama kita, tetapi entah mengapa Shayu merasa sudah sangat mengenal opa,” ucap Mashayu sambil terus mencoba berkomunikasi dengan pria renta tersebut, berharap sang kakek bisa mendengarnya.“Opa, apa Shayu boleh sedikit bercerita? Sebenarnya awalnya Shayu sangat membenci Biru, karena dia sudah sangat keterlaluan pada Mashayu, namun entah bagaimana seiring berjalannya waktu Shayu mulai jatuh hati padanya,” Mashayu tersenyum tipis dia merasa seperti ingin menceritakan semuanya pada Armani saat itu juga.“Apa opa tau, jika ternyata Albiru pun juga memiliki