"Shay, kok malah bengong sih!" ucap Della, saat ia mengatakan pada Mashayu tentang apa yang dilihatnya baru saja. "Shay!" Della menaikkan intonasinya agar sang sahabat mendengar ucapannya."Eh, iya Del!" Shayu terperanjat, ia begitu terkejut saat Adella mengatakan jika gadis itu bertemu dengan idolanya saat semasa SMA dulu."Ngelamun aja sih!" bentak Della."Lo tau gak, dia tambah ganteng tau! elo sih dulu setiap ketemu gak pernah mau liat wajahnya!" ucap gadis cerewet itu. "Elo yakin itu dia Del?""Yakinlah! orang dari dulu gue merhatiin wajahnya, emang elo! nunduk mulu tapi pas doi madep belakang, baru deh elo mantengin punggungnya!" Della menggeleng-gelengkan kepalanya. Heran dengan sikap sahabatnya tersebut.“Mana mungkin gue berani ngeliat wajahnya Del, liat punggungnya aja gue udah kelojotan setengah mati!” ucap Shayu dengan menutup kedua matanya.“Uh dasar lebay! Cinta apaan model begitu,” sanggah sang sahabat.“Itulah cinta Del, lo gak akan berani menatap wajahnya saat elo b
“Charl, bagaimana perkembangannya?” tanya Albiru pada asisten kpercayaannya itu.“Maksud tuan, keadaan Tangguh?” Charles memeriksa ponselnya dan membaca lapoan dari orang suruhannya yang stand by di rumah sakit..“Ya, apa kesehatannya belum membaik?” Albiru fokus menatap depan.“Seperti yang kita ketahui sebelumnya tuan, saya pun tak bisa melihat langsung keadaan agen rahasia itu, dokter selalu melarang siapapun untulk menjenguknyha secara lansung,” jelas Charles. Senyuman tersungging di bibir Albiru, mengira jika ayah Mashayu tersebuty benar-benar terbaring di rumah sakit.“Bagus, aku bisa berkujung ke rumah Mashayu saat ini,” ucap pria dengan setelan tuxedo-nya tersebut.“Apa kita perlu membawa sesuatu untuk nona, tuan?” usul Charles.“Sepertinya itu ide yang bagus,” jawab Albiru kemudian mobil itu berhenti di saklah satu toko bunga.***Satu bucket bunga mawar merah dalam genggamanya saat pria tampan itu telah tiba di depan rumah Mashayu. Tanpa mnenunggu lama, Albiru mengetuk pint
Pagi itu Mashayu berniat untuk kabur dari Albiru yang akan mengajaknya mellihat cincin pertunangan mereka. Seperti bisa , dia kabur saat sang ibu sedang sibuk di dapur. Dengan menggunakan sepedanya ia pun mengayuh pedal itu menuju sebuah supermarket yang terdapat cafeteria di dalamnya. “Akhirnya bisa kabur juga,” ucap Mashayu sambil memakirkan sepedanya. Diapun melihat-lihat keadaan sekitar kemudian memastikan jika tidak ada yang memperhatikannya, Mashayu berjalan menuju area cefetaria, kemudian memesan sebuah minuman untuk menhilangka dahaganya. Namun saat pesanannya datang, tiba-tiba saja sebuah tangan putih merebut minuman itu dan meminumnya. “Jika ingin kencan di sini? Kenapa tidak bilang?” tanya Albiru dengan jus Mashayu pada genggamannya. “Kau? Biru kau tau aku ada di sini?” Mashayu heran sebab sejak tadi ia merasa tak ada yang mengikutinya, namun sekarang ia kembali harus berurusan dengan Albiru. “Bukan hal yang sulit bagiku jika hanya untuk mengikutimu kucing liar!” bisik
“Pak! Cepetan ke Bandara ya!” ucap Mashayu memasukki mobil taksi tersebut. Gadis dengan gaun mewahnya itu bernafas lega, akhirnya ia benar-benar bisa terlepas dari acara pertunanganya hari ini. Mashayu hampir putus asa saat ibunya memutuskan bahwa acara pertunangannya dengan Albiru akan dimajukan hari ini.Namun Mashayu berhasil kabur dengan bantuan dari Della sahabatnya, dan saat ni mobil taksi sedang menuju bandara yang akan mengantarkan gadis itu ke Sydney, Australia. Karena ternyata kontrak kerja yang sangat ia tunggu-tunggu telah jatuh tepat pada hari ini. Mashayu bersorak bukan kepalang saat mendapati hal tersebut.Flashback OnGadis itu terus menangis saat sang MUA sedang merias wajahnya untuk acara pertunangannya dengan Albiru.Habislah kau Shayu! Hari ini kau akan terikat oleh cincin terkutuk itu bersama Albiru,” gumam gadis cantik itu sambil memperhatikan pantulan dirinya pada cermin.Ah menyebalkan sekali! Kenapa aku terlihat cantik hari ini! seharusnya aku tak secantik ini
Hari pertama kerja.Mashayu memulai harinya dengan penuh suka cita, ia mengenakan seragam yang telah diberikan oleh guidenya kemarin, setelah berhias diri, gadis itupun berjalan ke luar mess menuju hotel tempatnya bekerja. Kali ini ia harus lebih rajin dari biasanya mengingat suku bunga yang diberikan Albiru sudah sangat tinggi.“Good morning!” sapa seorang gadis menyambut kedatangan Mashayu.“Good morning,” balas Mashayu dengan senyuman.“Kamu Mashayu ya?” tanya gadis itu sambil menjabat tangan Mashayu,“Benar Kak,”“Oke Mashayu salam kenal, perkenalkan saya Putri, senior kamu. Saya akan membimbing kamu selama berada di sini,” ucap gadis ramah itu sambil menggandeng Mashayu menuju station kerjanya.“Terimakasih Kak Putri,” ucap Mashayu.“Salam kenal ya sebelumnya kerja di mana Shayu?”“Di hotel juga Kak dan di café,”“Oke jadi gak asing lagi dong ya sama dunia hospitality?” ucap Putri dan Mashayu pun mengangguk.“Ini hari pertama kerja kamu ya Mashayu, dan ingat nanti malam aka nada
Mashayu bergegas menuju mess-nya saat acara gala dinner itu telah usai, gadis itu mengendap dan melihat sekitar, ia sangat takut jika Albiru kembali menangkapnya. Setibanya di mess, gadis itu terkejut, melihat kondisi kamarnya.“Hah, bersih?”“Dimana barang-barangku?” Mashayu memeriksa seisi ruangan, namun koper dan tas-tas yang telah ia bawa dari Indonesia telah sirna. Kemudian datang seorang ibu housekeeping menemui gadis itu.“Nona, saya ingin memberitahukan bahwa mulai hari ini Nona akan dipindahkan ke mess lain,” ucap wanita paruh baya tersebut.“Pindah kemana Bi?” Mashayu merasa bingung, bukankah ia baru dua hari ini menmepati kamar itu, lalu mengapa dengan tiba-tiba dipindahkan begitu saja. Denagn barang-barang yang sudah lebih dulu diangkut, ini sungguh aneh baginya.“Bi, apa bibi tau mengapa saya dipindahkan dengan sangat tiba-tiba?”“Mohon maaf Non, saya tidak tau. Semuanya adalah keputusan dari pihak NavHotel,” jelas ibu tua itu. Mashayu tampak berfikir, menurutnya bukankah
ALBIRU SHAYU“Charles! Siapakan semuanya dan kabari keluarga Mashayu! Pernikahan akan berlangsung hari ini!” perintah Albiru pada asistennya.“Baik tuan!” Charles mengangguk patuh, saat ini bosnya sedang tidak diselimuti amarah, ia tak ingin membuat Albiru semakin terbawa emosi.Hari itu juga Albiru mempersiapakan semuanya, pria itu akan menikahi Shayu hari itu juga di Sydney, Autralia, ia tak ingin menunda terlalu lama lagi, baginya Mashayu adalah tipikal gadis pemberontak, yang bisa kabur kemana saja dan kapan saja, daripada harus mengambil resiko dan kehilangan tawanannya tersebut, lebih baik mengikat Mashayu sekarang juga dengan ijin dari Laras, ibu Mashayu.“Aku tidak ingin menikah denganmu Biru!” teriak gadis yang sedang dikurung di kamarnya tersebut.“Biru! Lepaskan aku! Kau curang!” ucap Mashayu meskipun calon suaminya tersebut tidak memperdulikan teriakannya.Mashayu semakin panic, ia hanya memiliki waktu kurang dari dua jam untuk kabur. Dilihatnya sekeliling apartemen mewah
“Shayu, apa yang kau rasakan sebenarnya?” Albiru memandangi tubuh lemah tersebut. Terbersit rasa kasihan dalam hatinya, mendapati gadis pemberontaknya itu terbaring, dengan wajah yang pucat dan selang oksigen yang membantu pernafasannya.“Aku tak pernah menyangka jika kau akan seperti ini Mashayu, jika saja kau bisa mengurangi egomu, dan belajar menerima kenyataan tentu saja kejadian seperti ini tidak perlu terjadi.“Menikah denganku tak seburuk yang kau kira sebenarnya, karena aku hanya ingin melihat bagaimana ayahmu saat mengetahui jika putrinya telah jatuh ke tanganku, begitupun dengan apa yang sudah ayahmu lakukan padaku beberapa tahun silam.“Jika saja kau tau, bahwa aku juga merupakan seorang korban. Sayangnya ini belum waktunya kutunjukkan padamu Mashayu,” bisik Albiru pada telinga gadis dengan mata terpejam tersebut.“Jika saja kau tau apa yang selama ini aku dan keluargaku rasakan, apakah mungkin kau tetap menolakku?”Albiru terus mengajak gadis itu berkomunikasi meskipun tan
"Biru, jelaskan padaku!" rangek Mashayu sambil menghentak-hentakkan kakinya, terlihat lucu di mata Albiru."Jelaskan apa sayang?" "Tentang gadis itu!" Mashayu semakin terlihat kesal. melihat sang suami begitu sengaja mengacuhkannya setelah berhasil membuat gadis itu penasaran setengah mati."Sudah kukatakan, kaulah gadis itu Shayu, mengapa masih belum percaya juga," ucap pria itu kemudian melingkarkan tangan kekarnya pada pinggang ramping Mashayu."Kau bohong!" "Sayang, ayolah hentikan perdebatan ini. Apa kau tidak merasa lapar?" tanya Albiru sambil meletakkan dagunya pada pundak sang istri. Terlihat begitu romantis meskipun dengan wajah Mashayu yang sedang diselimuti kekesalan. "Aku belum lapar!" jawab Mashayu ketus."Adik bayi, apa kau juga tidak merasa lapar sama seperti mama?" goda pria itu sambil mengelus perut Mashayu."Jangan gila Biru, aku tidak sedang hamil!""Belum sayang, dan mungkin sebentar lagi." ucap Albiru, kemudian meraih ponselnya untuk menelepon seseorang."Charl
Mashayu menggeliat sambil membetulkan posisinya, tangan halusnya menyentuh seprei satin yang kusut dan acak akibat ulah suaminya, sementara Albiru yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah dan wajah yang segar begitu terlihat bersemangat. "Sayang, jadi jalan-jalan?" tanya Albiru pada gadis yang masih berbaring di atas bed itu. "Apa kau senang sekarang?" sungut Mashayu, ia masih saja kesal karena Albiru mengerjainya dari pagi hingga siang hari. "Maaf sayang, kau sangat menggoda sehingga aku tak dapat menahan diri," Albiru menunjukkan ekspresi menyesal namun itu tidak membuat Mashayu lantas memaafkannya. "Kau sungguh menyebalkan! kau menghilangkan mood liburanku, Biru!" "Oh sayang, bukankah kita sedang berbulan madu saat ini hm?" Albiru menyentuh dagu gadis itu lalu memberikan kecupan pada bibirnya. "Sungguh menyebalkan!" dengus Masahyu dengan area dadanya yang semakin terasa sakit, seperti nyeri saat ingin datang bulan, tetapi nyatanya tamu bulanannya tid
“Biru, aku ingin pergi ke pantai,” ucap Mashayu sambil mengeratkan pelukan tangannya pada lengan Albiru.“Ke pantai? Sekarang?” Biru mengerutkan keningnya, terheran tidak biasanya sang istri manja seperti itu.“Iya!” seru gadis itu kemudian memeluk tubuh Albiru, menempelkan dadanya dengan dada bidang suaminya, membuat pria itu sedikit terangsang.“Apa kau sedang ingin menggodaku sayang?” Albiru menaikkan satu alisnya sambil mencubit dagu tirus Mashayu.“Tidak Biru,” ucap Shayu menggelengkan kepalanya.“Hu’um, aku sungguh ingin pergi sekarang,” ucapnya lagi, sambil semakin mengeratkan pelukannya bahkan ia juga menciumi pipi sang suami. Albiru menghentikan pekerjaannya, menutup laptop dan segera merengkuh pinggang Mashayu.“Kau sungguh ingin menggodaku rupanya ya?” sergah suami Mashayu itu lalu merebahkan tubuh Mashayu di atas ranjang.Mashayu menutup matanya, ia selalu saja merasa risih saat tatapan Albiru begitu terlihat menyeramkan seperti itu, tatapan yang sangat menunjukkan jika pr
“Shayu, apa kau mendengarku?” Albiru kembali mengulangi perkataannya.“Sayang, saat itu juga Albiru menoleh ke arah sang istri tetapi ia harus menahan kekesalan karena ternyata Mashayu telah tertidur.“Astaga Shayu, aku sudah sangat memberanikan diri untuk mengungkapkan semuanya kepadamu tetapi ternyata kau justru terlelap,” ucap Albiru menghela napas panjang, ingin memarahi sang istri tetapi tidak tega akhirnya ia hanya mengecup wajah cantik itu.‘Mungkin ini belum waktunya untukmu mengetahui semuanya Shayu, biarlah kita menjalani apa yang ada dulu. Aku belum siap untuk menerima kemarahanmu sayang,’ gumam pria tampan itu.***Tiba di Jakarta.Charles menjemput atasan beserta sang istri tersebut di area departure. Sesekali Mashayu mengerjapkan matanya saat berusaha melawan rasa kantuk yang masih melanda.“Sayang, apa kau masih saja mengantuk? Kau bahkan sudah tertidur lebih dari enam jam!” ucap Albiru sambil berjalan menggandeng tangan gadis itu.“Aku pun tak tau Biru, beberapa waktu
BAB 45 ALBIRU SHAYUSatu bulan kemudian Shayu dan Albiru memutuskan untuk kembali ke Indonesia, dengan berat hati Sharon melepaskan putra dan menantunya tersebut, wanita paruh baya itu sudah sangat menyayangi Mashayu, baginya gadis itu merupakan secerca cahaya di dalam kehidupan putranya yang selama ini terbilang gelap dan hampa.“Biru, bisakah Shayu tetap tinggal di sini?” tanya Sharon menggoda putranya padahal ia tau jika Albiru begitu tidak bisa berjauhan dari istri cantiknya itu.“Apa maksud mama? Bagaimana mungkin Shayu berada di sini sedangkan Biru di Indonesia?”“Kau bisa mengunjunginya setiap minggu Nak!” rengek Sharon.“Tidak bisa Ma!” bantah Albiru.“Ayolah! Mama sangat kesepian di sini!” Sharon masih saja ingin mengerjai pria itu.“Ma, bukankah mama ingin agar Shayu segera hamil? Lalu jika kami harus menjalani LDR, peluang untuk hamil itu akan semakin mengecil ma,” balas Albiru, padahal ia memang tidak bisa berjauhan dengan Mashayu, pesona gadis itu terlalu memabukkan untuk
BAB 44 ALBIRU SHAYUAlbiru semakin merasakan gejolak pada perutnya, sementara Sharon semakin menyunggingkan senyuman di wajahnya. Wanita paruh baya itu sangat berharap lebih pada putera dan menanantunya tanpa memperdulikan kondisi Albiru yang semakin kacau.“Ma, Shayu akan menelepon dokter sekarang juga!” ucap gadis yang mulai tidak tega pada suaminya itu.“No sayang! Kau tak boleh terlalu banyak bergerak, biarkan mama saja yang menghubungi dokter!” sergah Sharon kemudian berlari untuk mengambil ponselnya.“Ma, apa-apaan ini, Biru yang sedang sakit, tetapi mengapa mama malah mengkhawatirkan Shayu?”“Biru, jangan terlalu banyak bicara! Sebentar lagi kau akan menjadi seorang ayah!” pungkas wanita paruh baya itu kemudian berlalu. Albiru hanya menatap sang istri dengan ekspresi bertanya-tanya.“Sayang, apa kau hamil?” tanya Albiru ragu.“Aku tidak tau, Biru. Tetapi rasanya itu tidak mungkin, aku bahkan merasa sangat biasa-biasa saja saat ini,” jawab gadis itu santai.“Oh, jika kau benar h
Albiru masih terlelap setelah kegiatan panasnya dengan sang istri semalam. Dia benar-benar terlarut dalam kehangatan tubuh Mashayu, begitupun dengan Mashayu yang tak dapat mengontrol dirinya saat sentuhan Albiru begitu terasa memabukkan pada setiap jengkal kulit mulus gadis itu. Setelah usai membersihkan diri, gadis itupun keluar dari kamar menuju dapur, berniat untuk membuatkan sarapan untuk suaminya. “Selamat pagi sayang,” sapa Sharon yang sedang memasak. “Selamat pagi Mama,” jawab Mashayu padahal ia sudah bangun sepagi mungkin, tetapi tetap saja ibu mertuanya bangun lebih pagi dari dirinya. “Mashayu, bagaimana tidurmu?” Sharon memperhatikan wajah menantunya tersebut, sambil tersenyum-senyum ia membatin Kau hebat Albiru, tidak sia-sia mama membantumu! Gumam Sharon saat memeperhatikan kulit Mashayu yang penuh dengan kissmarks dari puteranya. “Sangat nyenyak Ma, bagaimana tidur mama? Maafkan Shayu yang selalu tertlambat bangun,” ucap gadis itu, menahan malu, ia tau jika sang ibu m
Mashayu menatap benda pipih itu ia tak mengerti mengapa Albiru tidak menggunakan uang tersebut seperti sebagai mana mestinya, gadis itu sempat berfikir jika Albiru adalah tipe orang yang serakah, tetapi lagi-lagi sepertinya dugaannya itu salah.“Albiru, mengapa kau tak menggunkan uang ini? kupikir kau akan--,” ucap Mashayu terpotong saat pria tampan di sampingnya itu menghentikannya.“No Shayu, aku tak menggunakan uang itu,” ucap Albiru.“Iya, tetapi kenapa?”“Karena itu uangmu Shayu, itu hasil kerja kerasmu selama bertahun-tahun ini,” Albiru menatap manik indah gadis itu.“Biru, ada apa denganmu? Ini uangmu! Aku telah bekerja keras selama ini hanya untuk mengembalikan uangmu,” ucap Mashayu sambil memberikan kartu atm itu pada Albiru.“Shayu, mungkin aku memang memerasmu selama ini, tetapi jujur saja aku tak bisa mengatakan alasan yang sesungguhnya padamu. Yang jelas kau harus mengambil uangmu kembali, aku adalah suamimu sekarang dan sudah menjadi kwajibanku untuk menafkahimu,” jelas
Mashayu memandang tubuh renta itu, wajah yang begitu teduh meskipun matanya terpejam tetapi Armani terlihat seperti seoarang yang masih sehat dan terawat.“Opa, sebelumnya perkenalkan saya Mashayu istri Albiru, cucu opa yang tampan itu, opa bisa memanggilku dengan nama Shayu.” Gadis itu terus memperhatikan tubuh yang sedang tergolek dengan berbagai alat bantu kehidupan itu.“Opa, bagaimana kabar opa? Mungkin benar ini adalah pertemuan pertama kita, tetapi entah mengapa Shayu merasa sudah sangat mengenal opa,” ucap Mashayu sambil terus mencoba berkomunikasi dengan pria renta tersebut, berharap sang kakek bisa mendengarnya.“Opa, apa Shayu boleh sedikit bercerita? Sebenarnya awalnya Shayu sangat membenci Biru, karena dia sudah sangat keterlaluan pada Mashayu, namun entah bagaimana seiring berjalannya waktu Shayu mulai jatuh hati padanya,” Mashayu tersenyum tipis dia merasa seperti ingin menceritakan semuanya pada Armani saat itu juga.“Apa opa tau, jika ternyata Albiru pun juga memiliki