Olivia adalah gadis yang sangat kuat. Meski kejadian kemarin sempat membuatnya trauma, namun hari ini dia kembali hidup seperti biasanya.Dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya, dia masih dengan cekatan menangani beberapa tamu di restoran. Bengkak di wajahnya sudah mulai mengempes. Hanya luka memar saja yang tidak ingin dia tunjukkan pada tamu.Saat keluar dari ruang VIP I, Olivia berpapasan dengan seorang pria. Olivia hampir saja menabraknya jika pria itu tak segera menghindar."Maafkan aku, Tuan...." Olivia tak lagi meneruskan kata-katanya begitu tahu siapa pria yang ada di hadapannya. Pria berambut ikal dengan tangan yang dibalut perban dan digendong dengan kain pengikat di lehernya."Kau selalu saja membuatku sial meski sudah menutupi wajah jalangmu itu!" umpat Daniel.Olivia melotot tajam. Tak terima dengan ucapan kasar yang dilontarkan oleh tuan muda kaya raya yang sombong itu. Dia ingin sekali memaki, bahkan mencekik leher si otak mesum itu. Namun saat ini dia harus mamp
"Apa yang terjadi pada tanganmu, Daniel?" Cleo berbasa-basi menyapa pria yang baru saja dikenalnya."Ini karena seorang jalang! Sekarang dia punya anjing setia yang dengan senang hati melindungi dan menggigit siapa saja yang mengganggunya!" Daniel mendengus kesal.Cleo hanya tersenyum tipis. Tak terlalu peduli dengan apa yang dialami oleh pria itu.Berpapasan dengan Olivia tadi membuat Daniel merasa sedikit khawatir. Dia kembali teringat saat Kim memukulinya habis-habisan. Dia menjelaskan bahwa tunangan Olivia adalah seorang Ellyas. Daniel terkejut. Setahunya perusahaan Ellyas merupakan pimpinan tertinggi dari perusahaan yang dimiliki oleh orang tuanya. Tentu saja dia sangat takut. Karena itu dia tak lagi berani mengganggu Olivia.Sejak kejadian itu, baru kali ini dia datang ke restoran itu lagi. Itu pun atas permintaan Silvia. Dan gadis itu tak menyinggung soal Olivia sama sekali.*"Apa yang kau rencanakan, Silvia?" Olivia melirik tajam pada gadis yang memanggilnya sebagai pelayan
Saat jam makan siang, Ronan meminta Kim untuk mengantarnya ke tempat tinggal Olivia. Gadis itu bahkan tak mengindahkan pesan-pesan dan panggilan telepon dari Ronan. Membuat pria dingin itu menggeram kerena tak tahu bagaimana keadaan tunangannya.Ronan bahkan memarahi Bibi Tina karena tak bisa mencegah kepergian gadis itu. Dia pikir Olivia masih terbaring lemah di atas ranjang besarnya, hingga Ronan tak memberi kabar bahwa dia tidak bisa pulang dengan cepat. Pimpinan tertinggi perusahaan Ellyas itu harus terbang ke luar kota sore itu juga.Ronan kembali pulang dengan penerbangan berikutnya. Meski begitu susah mendapatkan tiket first class, dia tetap memilih pulang meski hanya duduk di kursi kelas bisnis. Dan itu sudah hampir pagi.Pagi harinya saat Ronan baru sampai, dia juga harus segera ke kantor untuk menghadiri rapat penandatanganan proyek bernilai milyaran. Dan saat inilah dia baru memiliki kesempatan untuk menemui calon istrinya yang terus saja membuat dirinya merasa cemas."Ing
Bagaimanapun, dia hanya punya waktu kurang dari enam bulan lagi untuk membuat Olivia benar-benar menjadi bagian dari Ellyas. Tentu saja satu-satunya keturunan Martin Ellyas yang asli.Dia berharap gadis itu tak akan pernah pergi lagi. Baik dari keluarga, ataupun... darinya."Tunggu sampai aku menangkap basah dirimu. Sekali saja kau melakukan kesalahan, aku akan mengirim kau dan keluargamu keluar dari planet ini!"Ronan bergegas meninggalkan tempat itu. Diikuti Kim yang langsung mendahului dan membukakan pintu mobil untuk majikannya yang terlihat kian memanas."Tunggu saja sampai aku bertemu dengannya!" Ronan mendengus kesal.*Kim melajukan mobil dengan kencang menuju tempat kerja Olivia. Tak ada lagi pembicaraan di antara sopir dan majikan itu. "Panggilkan Nona Olivia!" Kim meminta pada salah seorang pelayan saat memasuki restoran itu. "Olivia?" ulang seorang gadis dengan nametag Helen yang membukakan pintu kaca saat melihat Kim datang.Helen berpikir bahwa Kim adalah salah seorang
Olivia langsung memberengut. Lalu membuang pandangan dari Ronan. Tak mau sampai bertatap mata dan memperlihatkan rasa kecewa di raut wajahnya. "Jika masih ada yang kalian inginkan, tekan saja belnya. Aku akan datang. Permisi!" Olivia bersikap layaknya melayani tamu yang lain. Dia hendak melangkah, namun lengannya tertangkap oleh Ronan yang tak membiarkannya beranjak dari dalam sana sebelum mendapat penjelasan."Kenapa tak menjawab?! Kenapa kalian berkumpul di sini? Bersamanya?" Ronan menoleh ke arah Daniel dengan tatapan membunuh.Daniel yang sudah keringat dingin sejak Ronan muncul tadi langsung menelan ludah. Berulang kali dia mengusap pergelangan tangannya yang masih terbungkus, saking takutnya."Maaf, kurasa aku salah tempat. Aku sama sekali tidak tahu kalau si jal__." Olivia melotot mendengar bahwa pria mesum itu akan memanggilnya si jalang. "Mak__maksudku Olivia. Aku tidak tahu bahwa dia juga berada di ruangan ini."Daniel tahu bahwa Ronan tidak main-main dalam bertindak. Pria
Olivia kembali mengalihkan pandangan. Dia benci jika berlama-lama berada di tengah-tengah mereka. Orang-orang yang selalu saja berusaha mengganggu dan membuat hidupnya tidak tenang.Namun Olivia tak bisa berbuat apa-apa. Tugasnya sebagai seorang pelayan membuatnya harus menuruti permintaan tamu yang telah memesan ruangan paling mahal di restoran itu."Bisa aku pergi sekarang?" Olivia kembali bertanya."Kau belum menjawab pertanyaanku!" sahut Ronan. "Kenapa tiba-tiba kau meninggalkan ranjangku dan pergi bekerja hari ini. Kau sangat tidak patuh!" Ronan masih geram jika mengingat begitu keras kepalanya gadis itu.Cleo dan Silvia sama-sama tercengang mendengar kata ranjang yang diucapkan oleh Ronan. Tidak terkecuali Daniel yang masih berdiri di depan pintu bersama Kim yang menjaganya.Siapa pun pasti menduga apa maksud dari ucapan Ronan. Olivia seperti tiba-tiba meninggalkannya setelah mereka tidur bersama.Tangan Olivia mengepal. Ronan seperti sengaja membuat ke tiga orang itu larut dal
Olivia berjalan mondar-mandir di ruang loker sembari menggigit kuku jarinya. Entah kenapa dia seperti merasa serba salah. Gadis itu mencoba meredam emosinya yang entah sebab apa. Dia bahkan tak tahu kenapa hatinya begitu jengkel saat Ronan muncul di ruangan tadi."Kau masih di sini!" Ronan tiba-tiba saja masuk. Membuat Olivia buru-buru memakai maskernya kembali. "Bersiaplah! Aku antar kau pulang.""Bagaimana anda bisa masuk ke sini? Ini ruangan khusus karyawan!" Olivia terkejut dengan kehadiran Ronan."Tempat mana yang tidak bisa aku masuki, heh?" Ronan tersenyum jengkel.Olivia mendengus kesal. Merasa dirinya tak lagi memiliki privasi atas dirinya sendiri."Bergegaslah! Aku tak punya banyak waktu." Ronan melirik arloji mewah di pergelangan tangannya."Tidak, Tuan Ellyas. Aku belum menyelesaikan jam kerjaku." Olivia berucap dengan angkuh.Ronan mengernyit mendengar panggilan Olivia yang berubah padanya. Gadis itu terlihat begitu menjaga jarak, dengan memanggilnya dengan sapaan yang be
"Apa yang kau bicarakan, Ronan? Kau tidak percaya pada Ibu? Ibu sedang mempersiapkan semuanya." Laura tampak kecewa mendengar ucapan putranya."Kau tidak berpikir bahwa Ibu sengaja mengulur waktu, bukan?""Tidak, Bu. Bukan seperti itu. Tapi aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi."'Gadis itu harus secepatnya tinggal bersamaku.'Laura tersenyum getir. Di antara harus kecewa ataukah bahagia melihat putra kesayangannya sedang tergila-gila pada seorang gadis. Hingga merasa tak sabar ingin cepat-cepat memilikinya.Laura merasa terabaikan. Namun di sisi lain, baru kali ini Ronan terlihat begitu bersemangat dalam urusan wanita. Dan Laura bahagia karena akhirnya anak laki-lakinya sembuh dari luka hatinya."Baiklah! Kau akan menikah minggu depan." *Silvia langsung melemparkan tas tangannya ke atas rajang dengan kuat. Dia begitu kesal dan merasa frustasi dengan apa yang baru saja terjadi di restoran tadi. Dia bahkan meremas rambutnya sendiri.'Olivia dan Ronan sudah tidur bersama?' Dia histe
"Kenapa baru sampai selarut ini?" Ronan mencegat Olivia saat wanita itu ingin masuk ke kamarnya.Ronan memerintahkan Kim untuk menjemput istrinya pulang dari bekerja. Namun perjalanan yang seharusnya tidak sampai tiga puluh menit menjadi lebih dari satu jam, hingga Kim terlambat membawa istri majikannya kembali ke rumah sesuai perintah Ronan."Maaf, aku mengantar temanku dulu ke rumahnya." Olivia sedikit merasa sungkan.Setelah insiden Ronan memanggil kata 'sayang' terhadap Olivia malam itu, Olivia terpaksa mengakui semuanya. Dia dan Ronan sudah menikah. Ketiganya terperanjat heran. Seperti tak percaya.Olivia memohon agar mereka merahasiakannya. Mau tak mau mereka menuruti permintaan wanita itu. Lagipula kini mereka sudah tahu bahwa suami Olivia adalah seseorang yang berpengaruh. Tentu saja mereka harus menurut jika tidak ingin berurusan dengan Ronan Ellyas. Mereka bahkan telah menyaksikan sendiri bagaimana cara pria itu menghukum orang-orang yang telah berani mengganggu istrinya.La
"Kau memberitahu suamiku bahwa sepupu-sepupunya mengerjaiku?" Olivia merasa tak percaya."Tentu saja, Oliv. Siapa lagi yang menyelamatkanmu selain aku, hah?" Silvia membanggakan dirinya.Malam itu Silvia sedang melihat-lihat akun sosial media miliknya. Dia yang kini mulai berteman dengan para kaum bangsawan di sosial media melihat rekaman siaran langsung yang dibuat oleh Elsa. Silvia tersenyum jahat menyaksikan adegan itu. Dia begitu menikmati gadis yang dia benci menjadi bulan-bulanan semua orang di dunia maya. Olivia pasti akan merasa malu sekali jika semua kerabat dan sahabat-sahabat keluarga Ellyas sampai mengetahui latar belakang Olivia yang sebenarnya.Dengan begitu Olivia akan mendapatkan penolakan dan intimidasi hingga akhirnya menyerah dan memutuskan untuk meninggalkan Ronan dan keluarganya.Namun tiba-tiba Silvia teringat. Ronan selalu saja punya cara untuk menyelamatkan istrinya. Bahkan menghukum siapa saja yang berani menyentuh Olivia. Silvia kemudian berbalik arah. Cepa
Olivia merasa takjub menatap bangunan besar dan lebar yang baru saja dia masuki. Deru mesin-mesin raksasa membuatnya berdecak kagum dengan produksi massal bahan baku tekstil dengan beraneka macam warna. Kepala Olivia bahkan berputar dan kakinya sampai berjalan mundur demi bisa memperhatikan keadaan sekeliling di pabrik tersebut.Laura tersenyum getir. Namun dia bisa melihat bahwa Olivia tampak peduli dan lebih antusias dibanding Silvia yang hanya bersikap angkuh dengan memamerkan bahwa gadis itu adalah putri pemilik pabrik demi mendapatkan pengakuan dari semua orang.Kemudian Laura menambah sedikit lagi waktu pengawasan agar Olivia bisa melihat-lihat lebih lama bagian produksi sebelum akhirnya memasuki ruangan kantor."Masuklah!" Laura meminta pada Olivia melewati pintu yang baru saja dibukakan oleh Armaya. Tanpa ragu Olivia melewati Laura dan menurut untuk masuk lebih dulu. Namun tiba-tiba Olivia tercengang saat melihat beberapa orang berpakaian rapi sudah duduk seperti menyambut k
Mau tak mau Olivia harus menuruti keinginan suaminya. Wanita itu sampai di depan bangunan pabrik milik keluarga Ellyas setelah diantar oleh Kim yang kembali menjemputnya sesudah mengantar Ronan ke kantor pusat perusahaan.Seperti instruksi Ronan, Olivia telah sampai lebih dulu hingga saat dia berdiri di depan gerbang, mobil hitam Laura berhenti di tempatnya menunggu."Selamat pagi, Bu." Olivia langsung menyapa ibu mertuanya begitu wanita itu turun dari kendaraannya.Laura menatapnya dengan dingin. Merasa bahwa dia tak memiliki janji untuk bertemu dengan menantunya itu."Apa yang kau lakukan di sini?""Hum... itu... aku...." Olivia tampak gugup. Dia tahu wanita paruh baya itu tak menyukainya. Namun dia bisa merasakan bahwa Laura tak pernah punya niat untuk berbuat jahat padanya."Ronan yang memintamu datang?" Laura seperti bisa membaca raut wajah gadis itu."Aku... ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, Bu. Aku... bersikap lancang dengan meninggalkan meja makan begitu saja."Laura
Ronan menarik sudut bibir. Kemudian memberikan kode pada asisten pribadinya. Kim mengerti, lalu mematuhi semua perintah majikannya."Pergi dari sini, dan jangan pernah datang lagi!" Ronan memberi titah dengan tegas.Gadis-gadis itu tampak ketakutan, lalu bergegas hendak keluar."Satu lagi!" Langkah mereka kemudian terhenti mendengar suara dingin itu dari Ronan. "Ucapkan terima kasih di masing-masing akun kalian atas makanan gratis yang kalian makan!"Ketiganya mengangguk dengan cepat. Lalu saling mendorong agar bisa keluar dari tempat itu dengan segera.Ronan melirik arloji mewah di pergelangan tangannya, lalu melirik ke arah istrinya."Selesaikan pekerjaanmu, Sayang. Aku tunggu di luar!"Ronan bergegas meninggalkan tempat itu. Sengaja membiarkan Olivia menjelaskan sendiri pada ke tiga rekannya semua tentang semua yang terjadi."Wanita itu tidak bisa menyangkal lagi bahwa aku ini suaminya, bukan?" Ronan tersenyum penuh percaya diri dari kursi penumpang di mobil mewahnya."Benar, Pak.
"Apalagi yang kalian tunggu. Cepat bersihkan sepatunya!"Ketiga gadis itu langsung melotot. Kemudian masing-masing memohon kepada pria itu."Tidak, Ronan. Kenapa kau meminta kami melakukannya?" Anne lebih dulu bersuara."Benar, kakak sepupu. Kami hanya bercanda. Kami tidak sungguh-sungguh ingin mempermalukannya.""Lagipula ini idenya Elsa. Dia yang meminta kami datang dan mengganggu Olivia. Dia juga yang merekam video itu dan menyebarkannya.""Benar. Ini semua salah Elsa. Biarkan kami pulang, Ronan.""Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian menyalahkanku, hah?""Ini memang salahmu.""Ya. Ini salahmu!""Kalian__."Ketiga gadis itu masing-masing saling melempar kesalahan. Ronan yang sama sekali tidak peduli siapa dalang di balik semua itu terlihat cukup tenang."Tunggu apa lagi? Berlutut dan minta maaflah! Kalian menyukai hiburan? Semakin malam semakin ramai yang akan menonton, bukan?" Ronan menyeringai."Ronan, kami mohon__.""Berlutut! Atau kalian ingin ibu atau ayah kalian yang melaku
Saat sedang membersihkan meja di lantai dasar, menejer restoran memanggil Olivia. Gadis itu langsung datang menuju meja kasir."Anda memanggilku, bu Jessi?""Kau mengenal ketiga gadis di meja outdoor, Olivia?" tanya bu Jessi dengan lugas.Pikiran Olivia langsung mengarah pada Elsa, Anne dan juga Sely."Ya. Aku mengenal mereka.""Kau juga akan membayar tagihan ini? Mereka mengaku bahwa kau saudara sepupunya, dan meminta memberikan bill ini padamu." Bu Jessi menyodorkan secarik kertas.Olivia meraih kertas putih itu. Dia menarik napas panjang setelah melihat deretan angka yang jumlahnya bahkan lebih besar dari gajinya di sana."Tolong masukkan ke tagihanku saja, Bu." Olivia hanya bersikap pasrah.Bagaimanapun juga, mulut lancangnya itu juga yang berbasa-basi ingin mentraktir mereka makan jika mereka ingin datang. Olivia pikir gadis-gadis itu tidak akan hadir karena mereka sama sekali tidak akrab. Hingga tanpa perlu menunggu berhari-hari, mereka bertiga benar-benar sengaja datang untuk m
Olivia kembali bekerja seperti biasanya. Baginya tak ada yang berubah setelah pernikahannya dengan tuan muda mahakaya seperti Ronan. Tak ada jaminan uang bulanan dalam perjanjian yang mereka sepakati. Juga kartu hitam yang kemarin diberikan padanya sudah kembali ke tangan Ronan karena insiden di toko baju tempo hari.Saat malam tiba, restoran itu kedatangan beberapa tamu wanita. Dengan jalan berlenggak-lenggok, mereka mencari keberadaan Olivia. Hingga salah satu di antara mereka melihat pelayan wanita itu menghindangkan beberapa botol minuman beralkohol kepada para tamu.Gadis-gadis itu lalu mencari tempat duduk di teras outdoor lantai tiga. Menikmati angin malam di tengah kota dengan Olivia sebagai bahan untuk hiburan."Hai, Olivia!" Anne memanggil istri dari sepupunya itu untuk segera melayani mereka.Olivia menoleh kemudian mendekat."Kalian... di sini?" Olivia menyipit heran."Tentu saja, sepupu ipar. Bukankah kau sendiri yang mengundang kami ke sini?" Elsa menyahuti ucapan Olivia
"Apa yang terjadi? Kau tidak ingat apa tugasmu? Kau bahkan sudah membuat kekacauan di hari pertama menjadi menantu di hadapan orang tuaku!" Ronan terpaksa menurunkan sedikit nada bicaranya."Jadi maksud anda, aku harus diam saja saat ibuku dihina oleh pria lumpuh itu?" Olivia tampak geram tanpa memedulikan apa Ronan akan tersinggung akan hal itu."Jaga bicaramu, Nyonya." Ronan memelankan suaranya, sembari melirik area sekitar. "Apa kau ingin mati karena telah berani menghina kepala keluarga di rumah ini?"Olivia yang biasa nyalinya langsung menciut karena ancaman Ronan, kini terlihat tak peduli."Apa aku tidak boleh membela harga diri ibuku, Tuan? Tuan besar itu bahkan sama sekali tak mengenal ibuku. Bagaimana bisa dia menuduh ibuku adalah seorang wanita murahan. Ibuku orang baik. Dia selau menyayangiku selama aku bersamanya. Dia pasti punya alasan kenapa meninggalkanku di panti asuhan. Mungkin saja setelah meninggalkanku seseorang menangkapnya dan terjadi hal yang buruk pada ibuku."